Chereads / Belenggu Raja Iblis / Chapter 10 - Ciuman Mesra

Chapter 10 - Ciuman Mesra

Lascrea selalu memikirkan mimpi yang baru saja dia alami itu.

Sebenarnya kenapa dia harus melalui mimpi seperti itu?

Apa sebenarnya maksud dari mimpi yang di alami Lascrea?

Siapa wanita itu?

Berbagai pertanyaan berputar di kepala Lascrea yang tengah mencoba mencari cara untuk melupakan Allail dengan perlahan.

"Hufft, aku sangat kesal dengan pria itu. Sebenarnya kenapa bayangannya tidak mau hilang dari pikiranku? Cih, dasar." Lascrea menggerutu sepanjang perjalannya pergi ke tempat berseluncur salju. Dia ingin mendinginkan pikirannya sambil melupakan kenangan Allail, pria yang dia cintai itu.

Lascrea berjalan tanpa melihat arah depannya, tiba-tiba dia menabrak seorang pria.

Bukk!

"Aww, ya ampun." Lascrea meringis sambil terjatuh di lantai.

"Apa anda baik-baik saja, Nona?" tanya pria berjas yang tinggi dan tampan itu sambil menyodorkan tangannya guna membantu Lascrea bangun.

"Oh, saya baik-baik saja." Lascrea pun bangun dengan sendirinya tanpa memegang tangan pria itu.

Pria itu pun memasukkan tangannya lagi ke saku karena cuaca yang dingin.

"Kalau begitu saya permisi dulu," kata Lascrea sambil mengambil tasnya dan bergegas pergi meninggalkan pria itu tanpa melihat wajahnya.

"Hey!" Panggilnya.

"Huh?" Lascrea pun berbalik sambil merasa bingung. "Ada apa Tuan? Apa ada yang bisa saya bantu?" lanjut Lascrea bertanya.

"Apa kau tak mau melihat wajahku, permaisuriku?"

Deg..

Deg..

Deg..

Lascrea yang masih tertunduk itu sontak merasakan jantungnya seperti akan keluar dari tempatnya. Hatinya perih. Dia mengangkat wajahnya dan langsung menatap pria di hadapannya itu.

"Kau..." Air mata Lascrea mengalir tanpa dia sadari.

Pria itu adalah suaminya, Sang Raja iblis yang terkenal kejam itu, Allail penguasa si penguasa neraka.

Lascrea langsung melemparkan tas yang ada di genggamannya itu dan berlari ke pelukan Allail.

"Wuaaa, hiks, hiks, dari mana saja kamu? Kenapa lama sekali kamu sampai di sini?" Lascrea terus menangis sambil memeluk Allail dengan erat, dia mencengkram punggung Allail seakan-akan tak ingin melepaskan pria yang amat dia rindukan wajahnya itu.

"Satu tahun, Allail. Satu tahun, hiks, hiks."

"Sshh, shh, maafkan aku Lascrea. Aku terlambat." Kali ini Allail menyebut nama Lascrea dengan benar, bukan lagi Amone yang dia dengar, akan tetapi nama aslinya sejak dia lahir.

Allail memeluk wanita yang telah menjadi istrinya itu dengan penuh cinta, dia memberikan kecupan bertubi-tubi pada kepala wanita itu.

Kecupannya turun ke dahi, kemudian hidung, dia mengecup kedua pipi Lascrea, kemudian berhenti sambil menyisakan bibir merahnya yang indah itu dengan mata yang menatap dalam pada Lascrea.

Lascrea pun menatap Allail dengan dalam kala itu. Nafas mereka berdua memburu satu sama lain. Saat itulah Allail mengatakan, "Aku mencintaimu, Lascrea." Seketika itu juga air mata Lascrea terjatuh sambil bibir mereka berdua bertemu dengan mesranya.

Hati Lascrea sangat bahagia, dia merasa telah menjadi wanita paling bahagia di dunia.

Lascrea menggenggam erat bahu Allail untuk menahan beban tubuhnya. Begitupula Allail. Dia langsung menggendong Lascrea bak seorang putri dan berteleportasi dalam sekejap ke rumah Lascrea, tepat di kamar tidurnya.

Mereka saat itu langsung tersungkur di kasur bersama. Memadu kasih yang indahnya tiada tara. Saling berpegang tangan, mereka memberikan arti cinta sebenarnya kepada masing-masing dari mereka.

***

Beberapa saat kemudian, Lascrea telah tertidur dengan tubuh yang penuh dengan hickey. Sangking lelapnya dia tertidur Allail yang kala itu jahil mencubit-cubit hidungnya sama sekali tidak membuat dia bangun atau bergerak sedikitpun.

Allail melihat wajah wanita yang tertidur dengan lelap dengan selimut sedada itu. Allail memandanginya dengan seksama sambil berpikir apakah wanita ini merindukan dia selama ini?

Allail mengusap lembut pipi Lascrea, Lascrea terdengar sedikit bergumam.

"Jangan pergi, jangan tinggalkan aku sendiri."

Saat mendengarkan hal itu, hati Allail seperti berbunga. Dia langsung masuk ke dalam selimut yang dipakai Lascrea itu kemudian memeluknya erat di atas tubuhnya.

"Aku tidak akan pernah ke mana-mana lagi. Aku tidak akan meninggalkanmu lagi, kau tidak akan sendiri," kata Allail sambil mengecup kepala wanita yang berada di dekapannya itu.

***

"Ugh~" Lascrea bangun dari tidur nyenyaknya itu, kemudian dia pun melihat bagian ranjang di sampingnya.

"Allail?" Lascrea kaget saat melihat tak ada Allail di sana. Dia pun langsung berlari keluar seperti orang gila mencari wujud pria itu. Dia takut kalau sampai Allail meninggalkan dia lagi.

RUANG MAKAN.

Terlihat pria berbadan tinggi, kekar dan juga atletis sedang berdiri di depan pemanggangan, seraya menyiapkan makanan untuk permaisuri tercintanya.

"Oh, kau sudah bangun?" tanya Allail sambil tersenyum.

Lascrea yang mengira semua yang dialaminya itu hanyalah mimpi, berlari ke arah Allail sambil memeluknya erat dari belakang.

"Hey, hehe, ada apa denganmu? Apa kau bermimpi buruk?" tanya Allail sambil tersenyum dengan tangan yang terus melanjutkan kegiatan memasaknya itu.

"Tidak, aku tidak bermimpi buruk lagi," ucap Lascrea dengan kedua tangan yang semakin memeluk Allail dengan erat.

"Hehe, good morning!" Allail pun membalikkan badannya sambil memberikan kecupan selamat pagi yang mesra pada wanitanya itu.

Pipi Lascrea memerah, dia amat senang sekaligus malu saat Allail memperlakukannya seakan-akan dia sangat dicintai olehnya.

"Lascrea, kau silahkan duduk di meja makan. Tapi sebelum itu, pakai dulu bajumu yah, aku merasakan ada yang kenyal menyentuh punggungku."

Lascrea yang memang langsung berlari dari kasur tanpa sehelai kain pun itu sontak menutup tubuhnya dengan kedua tangannya saat mendengar ucapan Allail.

Dia pun dengan wajah yang memerah karena malu, langsung berlari ke kamarnya dan menggunakan sebuah baju putih dengan celana pendek biru kesukaannya.

Beberapa menit kemudian dia kembali lagi.

Allail menyambutnya dengan wajah yang tersenyum cerah dengan hidangan sarapan pagi yang telah tersedia dengan rapi di atas meja makan.

Lascrea mendekati Allail, kemudian Allail pun mempersilahkan Lascrea untuk duduk dan menyantap sarapan yang telah dia buatkan untuk wanita kesayangannya itu.

"Bagaimana, apa itu enak?" tanya Allail sambil menyuapkan makanan dengan jenis yang sama ke dalam mulutnya sendiri.

Lascrea mengangguk kala itu. "Sangat lezat!" Lascrea tersenyum sambil memandang Allail. Dia tak henti-hentinya melihat pria yang sudah setahun itu baru dia temui lagi.

***

Setelah mereka menyelesaikan sarapan mereka, mereka pun pergi ke ruang tamu sambil bersantai dan berbincang-bincang.

"Allail, sebenarnya apa yang membuat kamu tidak menemuiku terlebih dahulu? Padahal setahun itu adalah waktu yang amat panjang, aku di sini menunggumu seperti orang yang kehilangan akal, kamu tahu tidak?" Lascrea membalikkan pandangannya dari mata Allail, dia agak malu mengakui perasaannya pada pria itu.

Allail pun tersenyum, dia mendekati Lascrea kemudian mengecup pipinya kemudian menarik Lascrea agar duduk di pangkuannya.

"Woww." Lascrea kaget saat ditarik tanpa aba-aba, namun di lain sisi dia juga berdebar. Pria yang ada di hadapannya semakin berubah menjadi lebih romantis.

Bersambung...