"sebenarnya apa yang sudah terjadi?" tanya Moore pada Allail yang terlihat seperti dia mengetahui sesuatu.
"Jangan sentuh aku! Kau adalah bagian dari mereka," bentak Allail pada Moore, kemudian menutup Lascrea yang tengah menggunakan baju ballet itu dengan jasnya dan menggendongnya pergi.
"Ayo, Lascrea kita pergi!"
Allail pun pergi begitu saja tanpa penjelasan sepatah kata pun. Moore amat kesal melihat pria yang ada di samping Lascrea saat dia tengah membutuhkan orang itu bukanlah dia, melainkan pria lain.
Bukk!
"Kurang ajar!" Moore pun menghajar tembok untuk melepaskan amarahnya kala itu, akan tetapi jiwanya seperti terbakar, rasanya amat menyesakkan.
Tiba-tiba seorang pria datang, ya dia adalah Bahkil, si pemimpin malaikat yang dulu menjadi atasan Moore di langit.
"Moore, apakah kau sekarang sudah mengingatku?" tanya Bahkil sambil tersenyum tipis pada Moore.
"Kau...? Apakah kita pernah bertemu?" tanya Moore kembali karena dia yang sama sekali tak mengingat pertemuannya dengan Bahkil kala itu.
"Oh, jadi jiwamu memang sangat mencintai wanita itu dan menolak untuk mengakui siapa sesungguhnya dirimu?" balasnya.
"Maksudmu?" Moore mengerutkan dahinya, baginya saat itu seperti ditimpa oleh tangga setelah jatuh. Pertama dia sedang kesal setelah melihat wanita yang dia cintai digendong pria lain, sekarang ada pria aneh yang datang dan berbicara tak jelas padanya.
"Haha, temperamenmu memang sama saja dengan saat masih menjadi malaikat dulu, walau sekarang kau sudah berubah menjadi sedikit lunak pada wanita itu, bukan hanya sedikit, kau malah cinta mati padanya," kata Bahkil sambil tersenyum penuh maksud.
Moore yang sedang sangat kesal itu menjadi semakin kesal saat mendengarkan ucapan pria dihadapannya itu.
"Apa yang kau inginkan?" tanya Moore dengan mengerutkan dahinya.
"Aku? Aku hanya ingin satu," katanya kemudian dia pun mendekatkan mulutnya ke telinga Moore dan berbisik. "hanya satu, yaitu kematian Allail," ujarnya.
Seketika tubuh Moore merinding mendengarkan ucapan pria yang ada dihadapannya kala itu.
"A-apa? Apa yang kau maksudkan?" Mata Moore terbelalak kala itu.
"Pfft, hahaha, jangan pura-pura Moore. Aku tahu kau sangat menginginkan Allail, si Raja iblis penguasa neraka itu hilang, bukan? Inilah kesempatannya, kau akan bisa membinasakannya dan bersama dengan wanita yang kau cintai itu, SE-LA-MA-NYA." Bahkil pun tersenyum sambil memberikan rayuan demi rayuan pada Moore untuk membunuh Allail dengan tangannya.
"Kenapa kau ingin membunuh Allail? Kalau kau mau, kenapa tak kau bunuh sendiri saja dia?" tanya Moore lagi pada Bahkil untuk mencari tahu maksud dan tujuannya.
"Kenapa bukan aku sendiri yah?" Dia tersenyum. "Tentu saja aku tak bisa membunuh dia dengan tanganku sendiri untuk saat ini, tapi kau berbeda, kau adalah bentuk utuh dengan kekuatan suci langit untuk menghukum kegelapan. Kau akan melakukannya kan? Kalau kau melakukannya aku akan menyiapkan sebuah kartu AS untukmu!"
Setelah mengatakan itu, dia pun mengeluarkan Amone. Wanita yang dulunya menjadi cinta pertama Allail, dengan wajahnya yang seperti pantulan bayangan dari wujud asli Lascrea itu, membuat Moore terbelalak.
"Astaga, siapa wanita ini?" Moore menutup mulutnya sambil menatap tak percaya sosok wanita yang tengah berdiri dihadapannya kala itu.
"Haha, ya. Ekspresi seperti inilah uang aku inginkan setelah kubawa setengah jiwanya yang kusegel 1000 tahun lalu untuk kupersatukan dengan setengah bagiannya dalam tubuh wanita yang bersama Allail sekarang," jelasnya.
"Jadi, maksudmu wanita ini tak lain adalah wujud Lascrea 1000 tahun lalu? Jadi Lascrea adalah reinkarnasi dari wanita ini?" tanya Moore tak percaya.
"Iya, betul sekali apa yang kau pikirkan itu. Sekarang, kau harus siap membunuh Allail kapan saja, dan aku yang akan menyiapkan umpannya agar si Raja iblis itu dapat ditaklukkan dengan mudah seperti 1000 tahun lalu."
Moore masih berpikir, dia tak bisa begitu saja menyatakan bergabung dengan pria aneh yang memiliki wanita berwajah mirip Lascrea kala itu. Moore berpikir dan terus berpikir.
"Kalau aku tak membunuh pria itu, maka Lascrea akan selalu menempel padanya, aku tak bisa diam saja dan tak melakukan apa-apa. Mungkin ini adalah jawaban dari permintaanku, pria ini, dan wanita yang mirip dengan Lascrea itu," batinnya.
Setelah agak lama berpikir dan menimbang-nimbang hal yang harus dia lakukan itu, Moore pun akhirnya setuju dengan usulan Bahkil untuk menjadi jembatan kematian bagi Allail. Seketika Bahkil pun tersenyum dengan senang mendengar jawaban itu dari Moore.
"Benar Moore. Kau memang harus menyetujuinya, setelah itu, dendam selama seribu tahun ini akan terbalaskan dengan manis. Hahaha, aku akan menari di atas kematian Raja iblis itu," batin Bahkil.
***
Sementara pada waktu yang sama Lascrea sudah sampai di rumahnya bersama dengan Allail yang menggendongnya masuk ke kamar untuk istirahat.
"Tidurlah, Sayang," ucap Allail sambil membelai lembut kepala Lascrea hingga dia tertidur.
Tak lama kemudian Lascrea pun menutup matanya.
***
"Lascrea, selamatkanlah Allail. Hanya kamu yang bisa melakukannya, hanya dirimu yang sekarang yang mencintai Allail yang bisa melakukannya," ucap wanita yang sama seperti mimpinya yang lalu.
Kali ini Lascrea berusaha mendekatinya, dan bertanya apa sebenarnya maksudnya. Akan tetapi, dia sudah menghilang seperti debu yabg dihempaskan di udara.
Kemudian wanita yang sama pun datang dan tersenyum pada Lascrea akan tetapi dia menggunakan gaun merah darah dan dikelilingi oleh tato tanaman berduri di bagian perutnya.
"Lascrea, kau akan kehilangannya lagi, kau memang tak ditakdirkan bersama dengannya, entah seribu tahun lalu maupun sekarang," ucapnya sambil tertawa.
"A-apa maksudmu? Siapa kau sebenarnya?" tanya Lascrea dengan setengah ketakutan dan kesal karena dihantui terus oleh wanita yang mengerikan dan memiliki wajah yang sama persis dengannya.
"Kau lihat saja nanti, takdirnya akan terputus dengan kematian abadi, se-la-ma-nya, hahahahahaha." Wanita itu pun menghilang dengan tawanya yang sangat mirip dengan setan, nyaring, bergema, dan membuat merinding.
Lascrea pun tersadar dari mimpinya setelah bangun dari tidur kala itu.
Dia sontak langsung mencari di mana keberadaan Allail yang saat dia membuka matanya itu, hari sudah gelap dan Allail sama sekali tak ada di sampingnya kala itu.
"Allail," gumam Lascrea yang kemudian pergi keluar mencarinya dihalaman rumahnya karena malam itu adalah malam bulan purnama, mungkin saja dia ada di sana.
Saat dia sampai di depan pintu rumahnya itu, dia melihat pemandangan yang membuatnya hancur berkeping-keping.
Allail sedang berada dalam pelukan wanita lain dan wanita itu mengecup bibir Allail dengan mesranya.
Allail kala itu hanya terdiam tanpa sepatah kata pun, dia tak menunjukkan penolakan sama sekali.
Betapa hancurnya hati Lascrea menyaksikan hal itu.
Dengan bermandikan sinar bulan purnama, Lascrea melihat suaminya bermesraan dengan wanita lain.
Bersambung...