RUANG LATIHAN BALERINA 1.
Lascrea kala itu sedang merenggangkan tubuhnya bersama dengan teman balerina lainnya.
"Aduh, sakit sekali ya ampun. Rasa sakitnya masih ada bahkan setelah ditempel salompas," ucap Lascrea sambil mengusap-usap pinggangnya itu.
"Lascrea, apakah kau baik-baik saja?" tanya salah satu teman ballet Lascrea dengan wajah yang khawatir.
"Heheh, a-aku baik-baik saja. Hanya ini digigit hewan buas," jawab Lascrea tanpa berpikir.
"Hewan buas?" Wajah temannya pun berubah menjadi bingung kala itu.
"Haha, t-tidak. Bukan apa-apa kok. Oh ya ayo kita saling bantu merenggangkan tubuh," ajak Lascrea pada temannya itu karena pada penari ballet memanglah harus melenturkan tubuh mereka sampai ke tahap extream.
Setelah itu mereka pun memainkan beberapa lagu dan menarikannya sebagai pemanasan.
Pada awalnya, semuanya berjalan dengan lancar dan dinamis, sampai Lascrea merasa ada suara wanita yang memanggil-manggilnya.
Lascrea pun sontak berbalik dan melihat siapakah yang memanggilnya kala itu, akan tetapi, saat dia berbalik sama sekali tidak ada orang di sana.
"Ya ampun, ada apa ini? Kenapa perasaanku tidak enak, yah?" gumam Lascrea sambil memegang bahunya yang mulai merinding.
Salah seorang temannya yang melihat Lascrea tidak melanjutkan tariannya itu dan hanya berdiri saja pun menegur Lascrea dan bertanya kepadanya, apa yang sebenarnya terjadi?
Lascrea yang kala itu hanya merasa bahwa itu semua mungkin hanyalah ilusinya saja langsung membalas dengan gelengan kepalanya, kemudian dia pun melanjutkan kegiatannya lagi bersama dengan teman-temannya.
***
Tepat tengah hari.
Sekarang adalah waktunya bagi mereka untuk beristirahat setelah hampir setengah hari menari dan menggerakkan tubuh mereka.
Satu persatu teman Lascrea pun berpamitan untuk mengambil tas mereka dan pergi ke kantin untuk menikmati makan siang mereka.
"Lascrea, kami duluan yah," ucap salah satu temannya bersama dengan teman lainnya yang turut ikut di belakangnya.
"Iya, kalian duluan saja. Aku masih harus melakukan satu tarian terakhir," balas Lascrea sambil tersenyum, kemudian teman-temannya pun menunduk dan berjalan pergi ke kantin terlebih dahulu.
Lascrea pun kembali pada latihannya setelah melihat teman-temannya pergi kala itu. Aula latihan yang luas itu, kini hanya ada Lascrea seorang diri.
"Baiklah, ini adalah tarian terakhirku." Lascrea kemudian bersiap dengan pose ala penari ballet yang siap menarikan tariannya.
Ting.. ting.. ting..
Musik pun mulai berputar mengiringi tarian indah bak kepakan phoenix itu.
Dalam tariannya yang menceritakan kisah cinta dua insan yang sedang memadu kasih itu, dia mulai membayangkan wajah Allail yang dirasakannya sedang berada di tempat itu juga dan memperhatikannya.
Tiba-tiba tanpa Lascrea sadari ada suara wanita lagi yang memanggilnya.
"Lascrea, Lascrea." Suara wanita itu semakin lama semakin jelas di telinga Lascrea.
Lascrea yang mulai ketakutan kala itu langsung berhenti dari kegiatan menarinya sambil menelusuri seluruh sudut aula yang kosong itu.
"Ada apa ini? Kenapa aku terus saja mendengar suara yang aneh? Kenapa ada suara wanita yang terus-terusan memanggilku?" tanya Lascrea sambil memegang lehernya yang sekali lagi, terasa sangat merinding.
"Lascrea." Suara wanita itu pun terasa tepat di telinga kanan Lascrea, dia pun berbalik secepat kilat ke bagian kanannya, akan tetapi tak ada siapa pun di sana.
Lascrea yang tengah ketakutan itu perlahan mundur dan mulai berlari menuju pintu keluar.
Plakk!
Pintu itu pun tertutup dengan sendirinya dengan keras.
Lascrea mulai melihat ke sana dan kemari dengan nafasnya yang mulai tak teratur dan perasaan takut yang mulai menenggelamkan dirinya.
Tiba-tiba ada sebuah tangan yang menepuk bahunya, sontak Lascrea yabg sedang ketakutan itu langsung menjerit sejadi-jadinya.
"Kyaaa, aaa, aaaa!" Lascrea menunduk sambil menutup mata dan telinganya rapat-rapat.
"Hey," panggil seorang pria.
Lascrea pun perlahan membuka matanya saat mendengar ada suara orang dan yang sedang berdiri dihadapannya kala itu kakinya menginjak lantai.
Lascrea pun perlahan melihat ke atas dengan ragu-ragu.
Ternyata yang berdiri itu adalah pendukung dan investor utama bagi Club tari ballet yang Lascrea ikuti kala itu.
"Oh Bapak?" Lascrea pun bangun dari posisi menunduknya sambil tersenyum malu pada Bapak itu.
"Apa yang sedang kau lakukan di sini?" tanya Bapak itu.
"Aku sedang latihan, Pak." jawab Lascrea dengan sopan.
"Oh, apakah kau tak mendengar suara wanita yang memanggilmu lagi?" tanya Bapak itu.
Sontak mata Lascrea pun terbelalak, dia langsung melihat dengan tatapan takut pada wajah Bapak tadi yang saat itu tengah menyermik.
Lascrea pun mulai mundur, perlahan demi perlahan menjauhi Bapak itu dan kemudian berlari.
"Kenapa tak mau terbuka." Lascrea dilanda kecemasan saat pintu aula tempat dia berlatih itu sama sekali tak mau terbuka, sedangkan Bapak tadi yang tingkahnya mulai aneh semakin mendekat padanya.
"Lascrea."
Tiba-tiba ada sosok wanita tembus pandang bagaikan asap, mendekatinya.
"Berikan separuh jiwaku!" pinta wanita itu sambil terus mendekati Lascrea.
"A-apa? Jiwa apa? Aku sama sekali tidak tahu!" Lascrea berusaha menjauhi wanita yang semakin mendekat dengannya kala itu.
"Lascrea," panggil dia lagi sambil terus mendekati bagian mulut Lascrea dan berusaha menghirup sesuatu dari dalamnya.
Wanita itu menghirup benda yang terlihat seperti bongkahan asap berwarna merah dari dalam tubuh Lascrea dengan cepatnya.
Lascrea amat ketakutan, akan tetapi dia sama sekali tak dapat berbuat apa-apa untuk melawan wanita itu. Tubuhnya sama sekali tak berdaya, tak bisa bergerak, dan tak bisa dihentikan.
Sekitar 10 menit kemudian, wanita itu telah mengambil semua asap merah dari dalam tubuh Lascrea dan sekarang Lascrea terbujur lemah.
Dilihatnya samar-samar wanita tadi yang awalnya hanyalah asap putih yang tembus pandang, perlahan berubah dan mempunyai wujud layaknya manusia normal, dengan wajah yang mirip dengan Lascrea tapi dia memiliki tato tanaman berduri yang mengitari bagian perutnya.
"Selamat datang, Amone," ucap Bahkil, malaikat yang baru saja keluar dari tubuh Bapak investor tadi.
Lascrea pun segera pingsan setelah mendengar kata-kata Amone dan melihat wujud dari wanita yang mengambil sesuatu dari tubuhnya itu.
***
"Lascrea, Lascrea bangun! Hey, bangun!" panggil Moore yang kala itu berusaha membangunkannya dengan mengguncangkan tubuhnya.
Tak lama kemudian, Lascrea yang merasakan ada orang yang sedang mengguncang tubuhnya itu, perlahan tersadar dan membuka matanya.
"M-Moore?" Dilihatnya Moore dan para teman lainnya sedang berdiri mengitari Lascrea kala itu.
"Apa kau tidak apa-apa?" tanya Moore sambil membantu membangunkan Lascrea.
"A-aku..." Lascrea mencoba mengingat apa yang telah terjadi, akan tetapi dia sama sekali tak bisa mengingatnya.
Tiba-tiba, seorang pria berlari dan menerobos kerumunan yang mengitari Lascrea kala itu. Ya, dia adalah Allail yang telah ditelepon oleh Coach Lascrea saat pertama melihat Lascrea pingsan.
"Lascrea, Sayang!" Allail pun menarik Lascrea dari Moore. Ia pun dengan erat memeluknya guna menenangkannya.
"Allail, aku-"
"Sshht, diam saja, tenang aku akan selalu melindungimu," kata Allail yang seperti dia telah mengetahui apa yang terjadi kala itu.
Bersambung...