Chereads / Addicted (IND) / Chapter 15 - 15. Hormon 2

Chapter 15 - 15. Hormon 2

"Tidak masalah."

Galant mengacak rambutnya asal ketika dia menyadari tentang apa yang dia lakukan terhadap Arghi barusan.

Dia sungguh tidak dapat mengerti dengan dirinya sendiri bagaimana semua yang Arghi lakukan sangat mempengaruhinya sedemikian rupa ini. Dia telah kehilangan kendali atas dirinya sendiri, Galant rasanya ingin melompati Arghi detik ini juga walaupun dia sendiri tidak tahu apa lagi yang akan Galant lakukan selanjutnya.

Galant membaringkan kepalanya di atas meja menghadap ke arah Arghi untuk melihatnya lebih jelas lagi, memperhatikannya dengan seksama bagaimana Arghi makan dengan perlahan. Lehernya yang masih basah terkena tumpahan air sebelumnya berkilau terkena cahaya lampu, yang entah mengapa menyebabkan Galant harus menelan salivanya, hanya dengan melihat seperti ini saja bagi Galant sangat mempengaruhi tubuh bagian bawahnya.

Dia memejamkan matanya erat di mana hal itu hanya kesia-siaan saat yang dia lihat dalam kegelapan hanya ada sosok Arghi di sana.

"Galant?" panggil Arghi tiba-tiba, Galant melihat Arghi menoleh ke arah yang salah menghadap Galant.

Galant hanya bergumam tidak jelas sebagai tanggapan diamnya. Sampai Arghi kembali membuka suaranya, "Galant, apakah kamu tidak makan?"

"Aku sudah selesai," jawab Galant menegakkan tubuhnya kembali, tangannya terbentang dan bersandar pada belakang kursi Arghi kali ini dan juga bergeser sedikit mendekat. Dia ingin mencium aroma segar itu lebih banyak lagi dari Arghi seolah itu adalah oksigen yang membuatnya bertumpu untuk hidup hingga detik ini.

"Hm, aku hanya tidak mendengarmu."

Galant bertanya-tanya pada dirinya apakah Arghi sendiri tidak menyadari apa yang dia buat, walaupun sebenarnya Arghi sendiri tidak melakukan apapun.

"Aku tidak lapar."

"Kenapa kamu tidak mengatakannya, aku seharusnya tidak makan juga." Arghi berkata dengan main-main sambil menyodorkan piring kosongnya ke depan.

"Arghi~" Kedua kaki Galant bergerak melingkari sebelah kaki Arghi dan membuat gerakan mengusap di sana. Tubuh Galant telah sepenuhnya menghadap pada Arghi, juga matanya tak lepas memandang Arghi dari jarak sedekat ini yang hanya justru menyebabkan Galant semakin bergejolak dan tubuhnya terasa panas sepanjang dia memperhatikan fitur Arghi.

Selama bertahun-tahun hidup bersama Arghi dan menganggapnya sebagai sahabat yang selalu ada untuknya, tetapi mengapa baru sekarang dia merasakan gejolak ini terhadap sahabatnya sendiri yang juga adalah seorang laki-laki. Dia tidak bisa memanfaatkan kondisi Arghi sekarang hanya untuk dirinya sendiri. "Arghi."

Galant sendiri tidak tahu dia harus mengucapkan apa lagi hanya untuk menarik perhatian Arghi sepenuhnya sekarang, memang kegiatan inilah yang selalu Galant lakukan ketika ingin meminta perhatian lebih dari Arghi.

"Arghi."

"Hm?"

"Arghi, apakah kamu ingin ke pantai sekarang?" tanya Galant ragu-ragu. Tangannya yang semula terbentang di belakang kursi Arghi sekarang telah berpindah tanpa dia sendiri sadari pada pundak Arghi.

Arghi tidak langsung menjawab, dia justru menundukkan kepalanya dengan jemari-jemarinya bergerak-gerak gelisah di atas lututnya. "Em, mungkin lain kali Galant. Kamu bisa melakukannya sendiri."

"Aku tidak ingin sendirian, Arghi," Galant ingin menarik kembali ucapannya yang terucap dengan nada merengek seperti itu, tetapi tidak akan mungkin bisa jadi dia membiarkannya dan berpura-pura tidak tahu.

"Galant, kamu bisa mengajak temanmu untuk pergi,"

Tidak. Dia tidak bisa, dia hanya ingin pergi bersama Arghi. "Baik, ini mungkin sudah malam. Kita bisa pergi besok."

Galant menggigit lidahnya sendiri menahan diri untuk tidak datang menempelkan hidungnya pada perpotongan leher Arghi sekarang, tangan Galant bahkan telah perlahan turun untuk menetap pada pinggang Arghi di atas kaus tipis berwarna putih polos itu.

"Galant, aku tidak akan datang ke sana lagi."

"Kenapa?" Galant seketika menanggapi dan sedikit menunduk untuk melihat ekspresi yang tercetak di wajah Arghi saat ini.

"Apa yang bisa aku lakukan Galant? Apa yang bisa aku lakukan dengan mata ini?" Nada Arghi memelan dan rendah, hingga tangan Galant yang lain meraih telapak tangan Arghi untuk digenggam dengan erat menyalurkan kekuatan serta kepercayaan diri pada Arghi.

Galant ingin berkata bahwa dia selalu siap untuk menjadi mata bagi Arghi, berada di sisinya untuk menceritakan bagaimana dunia lewat kata-kata yang dia bisikkan langsung di telinga Arghi. Menerangkan warna-warna yang tertoreh untuk kemudian menjadikan bagian dari lantunan kalimat-kalimat dan jika dia bisa, Galant akan memberikan semua dunia dan hidupnya hanya untuk Arghi sekarang juga.

"Aku bisa menjadi matamu," jawab Galant mantap.

Ada tawa kecil keluar dari mulut Arghi saat dia mengangkat kepalanya menghadap Galant. Galant bahkan baru menyadari ada jejak-jejak basah yang mengalir di sepanjang pipi Arghi sampai menyebabkan tangan Galant yang berada di pinggang Arghi mengerat.

"Itu tidak mungkin, Galant. Jika itu terjadi pasti aku akan begitu bergantung padamu."

Galant memang menginginkan agar Arghi bergantung padanya. Hanya padanya. Seperti sebuah oksigen.

Terima kasih telah membaca.