Dia membuka pintu dan seketika tubuh Galant menjadi semakin lemas dan Galant hampir merosot kembali ke lantai jika saja dia tidak berpegang erat pada pintu di dalam genggamannya.
Benar, memang ada yang salah pada tubuh Galant sendiri. Dia menarik napas dalam-dalam membutuhkan banyak udara segar lainnya yang seharusnya Galant dapatkan, tetapi lingkungan sekitar tampaknya sama sekali tidak mendukung Galant untuk melakukan hal itu ketika bagian tubuh bawahnya hingga sekarang masih terasa sakit menekan untuk bangkit keluar. Terasa keras seperti batu dan panas.
Dia tidak mengerti dengan reaksi tubuhnya sendiri ketika dihadapkan dengan Arghi di ujung sana, aroma pekat yang menguar dari dalam diri Arghi menyebabkan tubuhnya yang merasakan keanehan yang begitu banyak hingga membuat detak jantungnya semakin meningkat seiring detik demi detik yang dia habiskan di sini.
Arghi mungkin tidak mengetahui kehadirannya di ujung sana tatkala kepala Arghi tenggelam di dalam lipatan kakinya yang di tarik di dada, angin kencang yang datang tiba-tiba seketika itu juga menyadarkan dan menarik pikiran Galant dari kerumitan sejenak diri kepalanya.
Dia dengan goyah bangkit berdiri, menapak lantai dingin di bawah kakinya dan mulai menjejak dengannya mantap.
Matanya terarah penuh pada Arghi di sana, tetapi itu tetap saja dia masih tidak bisa mengabaikan aroma itu begitu saja. Dia hanya ingin menarik Arghi masuk ke dalam kamar dan meminta maaf kembali atas apa yang telah dia lakukan pada Arghi sebelumnya.
Galant berjalan mendekat, dia tidak ingin mengagetkan Arghi dengan kedatangannya yang tiba-tiba. Dia tahu Galant telah bersikap seperti anak di bawah umur dengan lari dari masalah yang telah dia ciptakan sendiri.
Berjalan mendekat pada sumber aroma yang begitu kuat menghantam Galant membuat dirinya hampir kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri. Dia hendak kembali terhempas ke lantai, tetapi menguatkan diri untuk tetap berdiri. Begitu salahnya pada reaksi tubuh yang dialami oleh Galant terhadap Arghi tiba-tiba tanpa tahu apa penyebabnya sebenarnya.
Galant dengan perlahan berjongkok tepat di depan Arghi yang sepertinya masih belum menyadari dengan keberadaan Galant, sampai Galant sendiri menyentuh lengan laki-laki yang lebih tua darinya ini.
"Arghi?" panggil Galant hampir seperti bisikkan angin yang berhembus di antara mereka.
Arghi mendongak dengan bola matanya yang sayu mengarah tepat ke arah Galant, dia kemudian meringis tatkala menyadari bahwa Arghi sama sekali tidak bisa melihat eksistensi Galant di hadapannya ini.
Arghi bahkan tidak mengatakan apapun dengan bibirnya ditarik lurus, yang dapat mengurai uraian benang kusut di dalam dada Galant saat ini. Dia tahu ini adalah sebuah kesalahan yang Galant terus menerus mengharap maaf pada Arghi.
"Kita masuk sekarang di luar semakin dingin, Arghi" kata Galant perlahan sambil menyentuh pergelangan tangan Arghi yang terasa dingin di kulit Galant karena terpaan angin.
Arghi memang tidak mengatakan apapun, tetapi pada akhirnya dia bangkit berdiri dan mulai berjalan meninggalkan Galant di belakangnya.
"Galant, kamu menyuruhku untuk masuk. Tapi kamu sendiri tidak melakukannya."
Suara Arghi yang tiba-tiba datang masuk ke pendengaran Galant hingga membuat kepalanya seketika terangkat menghadap Arghi yang berdiri memunggunginya. Galant masih mencerna dengan baik apa yang baru saja dia dengar bersamaan dengan debaran jantungnya yang sejak tadi tak pernah melambat.
"Galant, apakah kamu pergi lagi sekarang?" tanya Arghi lagi menarik fokus Galant sepenuhnya sekarang pada Arghi yang kali ini berbalik menghadap Galant.
Galant tidak menunggu hingga Arghi merubah pikirannya, dia langsung berjalan mendekat ke sisi Arghi dan tidak dapat menahan senyumnya yang mekar setelah dia mencium kembali aroma dari Arghi yang menguar seperti sebelumnya. Dia memang tidak tahu mengapa hal aneh ini bisa terjadi, tetapi Galant akan mengambil ini dan menyingkirkan efek sementara lainnya yang tubuhnya terima.
***
Mata Galant tak luput untuk mengamati dari kejauhan dengan keadaan sahabatnya di bawah sana. Dia juga memperhatikan dan mencium aroma samar-samar dari tubuh Arghi yang menguar lewat angin berhembus serta aroma itu yang masih tertinggal di kamarnya sejak Arghi beberapa menit yang lalu tertidur di kasurnya.
Dia seharusnya berada di bawah mengawasinya dari jarak dekat agar Arghi tidak salah dalam mengambil langkah sehingga dapat membuatnya kembali terluka tanpa sengaja. Namun, Arghi tentu saja tidak membiarkan itu terjadi dan dia menyuruh Galant untuk tetap belajar di kamarnya.
Namun, bagaimana bisa Galant bisa belajar dengan tenang di dalam kamar ketika dia sama sekali tidak bisa mengabaikan Arghi yang berada di halaman rumah mereka untuk pertama kalinya sejak Arghi kehilangan ingatannya.
Mata Galant yang berwarna keabu-abuan berkilat tertimpa cahaya sore ketika matanya tidak pernah lelah untuk melihat penuh ke arah Arghi yang tengah berjalan menuju sisi kolam ikan di pekarangan rumah. Ada sesuatu yang menusuk-nusuk pada dada Galant ketika dia merasakan gelombang emosi yang datang ketika dia mengingat kembali bagaimana dulu Arghi sangat menyukai kegiatan yang sedang dia lakukan ini, tetapi untuk sekarang Arghi sama sekali tidak dapat melihatnya lagi. Melihat bagaimana ikan-ikan kesukaan Arghi yang berenang-renang di air yang jernih.
Arghi mengambil posisi berjongkok dan hal itu membuat tangannya mengepal takut-takut melihat ke arah Arghi sekarang, sementara Arghi mengulurkan tangannya untuk menyentuh air yang berada di dalam kolam dan Galant masih bisa melihat jelas senyum terukir di bibir Arghi. Hanya sebuah hal-hal sederhana seperti ini dapat membangkitkan lengkungan di wajah itu.
Galant memperhatikan dengan baik bagaimana ikan-ikan berenang mendekat ke arah tangan Arghi yang menyentuh permukaan air, Galant bersandar di balkon dan menarik napasnya dalam-dalam sambil menutup matanya. Membiarkan aroma-aroma baru yang kali ini tercium lebih jelas masuk ke indera penciumannya.
Dia berpikir untuk kesekian kalinya bahwa ini adalah keanehan yang tiba-tiba muncul dari dalam tubuhnya. Ketika dia merenggangkan tubuh sebelumnya, Galant juga menyadari ada sesuatu yang berbeda dari fisiknya yang Galant sadari. Apalagi ketika saat itu dia berdiri di sebelah Arghi, menyadari bahwa dia sedikit tumbuh.
Maksudnya dia menangkap bahwa jarak tinggi badan Galant dan juga Arghi hampir sama sekarang, Galant hampir tidak mempercayainya karena perubahan itu hanya terjadi dalam waktu yang sangat singkat. Mungkin saja hanya dalam satu malam yang terjadi atau bahkan ini sudah lama terjadi dan Galant baru menyadarinya sekarang. Namun, hanya saja Galant memperhatikan hal-hal seperti ini dan yakin perubahannya memang terjadi dalam waktu singkat.
Galant mengerjap beberapa kali menghalau benda asing yang tiba-tiba masuk ke dalam matanya dan dia harus dengan cepat berjalan menuju wastafel untuk membasuh matanya.
Ketika Galant pada akhirnya telah menyelesaikan masalah kecil yang dia alami barusan, maka Galant kembali ke sisi balkon yang sebelumnya dia tinggal untuk waktu beberapa saat dan memfokuskan kembali pandangannya ke bawah pada Arghi.
Namun, hal yang Galant temukan jauh dari bayangannya sebelumnya adalah untuk melihat Arghi di bawah sana tengah terduduk dengan kedua tangannya yang menutup mulut.
Siapa orang itu?
Gemuruh gelombang amarah tiba-tiba datang menggelegak dari dalam tubuh Galant apalagi ketika dia melihat sosok asing yang tengah berjalan mendekat ke arah Arghi yang tengah kesulitan.
Galant segera langsung melesat keluar kamar dengan tangannya yang mengepal dan pikirannya terus memacu untuk memikirkan berbagai kemungkinan yang terjadi pada Arghi. Galant hanya berharap kemungkinan-kemungkinan itu tidak akan pernah keluar dari kepalanya.
Dia menuruni tangga dengan cepat layaknya sebuah angin dan ketika dirinya telah melesat hendak mendekati Arghi di sana, sebelumnya Galant mendengar suara Arghi yang bergetar. Galant bahkan tidak pernah mendengar Arghi begitu ketakutan seperti ini sebelumnya dan Galant tidak akan membiarkan ini terjadi apalagi karena orang asing itu. Dia akan membayarnya. Segera.
"Pergi. Pergi dari sini. Menyingkirlah."