Vando mengusap telapak tangannya dengan sapu tangan putihnya kuat-kuat, ia benar-benar merasa jijik karena Nirina baru saja menyentuhnya dan berusaha menggenggamnya.
Di sinilah Vando berada, sebuah atap dari gedung yang baru saja diresmikan. Menatap gadis yang kata Fey amat cantik namun amat ia benci.
"Aku dengar kamu sering lembur, By," sapa Nirina, membuka percakapan.
Vando mengernyit jijik, "Gue benci panggilan itu."
Nirina tertawa, ia tak peduli lagi pada tatanan rambutnya yang kacau karena tiupan angin yang terlalu kencang.
"Tapi dulu suka kan?" goda Nirina.
Tangan Vando yang berada dalam saku celananya terkepal erat, ia berusaha menekan emosinya sedalam mungkin. Ia tak mau memanjangkan tangannya hanya untuk masa lalu yang sebenarnya sudah hampir terhapus dari ingatannya.