Chapter 2 - Balas Dendam

Kalau bukan karena ibu tiri dan adik tirinya, hidup Ella tidak akan hancur berantakan seperti ini.

Ibu tiri dan adiknya itu, dengan sengaja memberikan obat pada minumannya, di saat ia menginjak usia yang ke-18 tahun. Usia di mana ia dianggap sebagai orang dewasa.

Setelah itu, mereka berdua mengirimkannya ke tempat tidur pria asing yang bahkan tidak ia kenal. Yang bahkan sampai sekarang ia tidak tahu.

Siapa sangka satu bulan kemudian, ia hamil.

Selama ini, Ella pikir pria di malam itu adalah tunangannya yang ia cintai selama bertahun-tahun. Ia pikir ia telah menyerahkan malam pertamanya kepada tunangan yang ia cintai sejak kecil.

Ella berusaha mati-matian untuk melindungi anak di dalam kandungannya dan bahkan mengabaikan ayah kandungnya demi bisa melahirkan anak tersebut.

Ella sudah siap untuk mempertaruhkan nyawanya demi anak yang begitu ia cintai itu.

Demi pria yang ia cintai …

Namun, apa yang ia dapati?

Tunangannya dan adik tirinya malah sengaja bercinta tepat di sebelah kamarnya dengan suara yang keras, tidak peduli meski ada yang mendengarnya. Mereka tidak berusaha menutupi tingkah laku mereka yang menjijikkan, malah sengaja mengumbarnya agar Ella bisa mendengar suara-suara yang memuakkan tersebut.

Suara-suara yang menjijikkan itu bagaikan olokan yang ditujukan kepadanya, tepat menusuk ke hatinya. Mereka seolah ingin memberitahu betapa bodohnya Ella selama ini.

Ternyata, semua ini adalah rencana mereka.

Karena shock dan begitu marah, Ella akhirnya harus melahirkan bayinya dalam keadaan prematur. Tetapi setelah melahirkan, ia malah mendapati bahwa anaknya sudah tiada.

Semua itu membuat emosinya runtuh pada saat yang bersamaan.

Ia telah kehilangan semuanya.

Ia kehilangan keluarganya, kehilangan pria yang dicintainya, kehilangan anak di dalam kandungannya …

Di saat Ella membutuhkan sosok yang bisa menopangnya dan membuatnya bangkit kembali, ayahnya malah mengirimkannya ke rumah sakit jiwa. Dengan begitu keji, selama lima tahun ayahnya mengurungnya di tempat yang tidak berbeda dari neraka.

Selama lima tahun terakhir ini, semua orang mengabaikannya. Ia kehilangan hak warisan yang ditinggalkan oleh ibunya dan dikirimkan ke rumah sakit jiwa, di mana kematian jauh lebih indah dibandingkan kehidupan.

Setiap hari adalah siksaan bagi Ella, memikirkan apakah anaknya itu benar-benar sudah mati. Ia tidak percaya semua ini terjadi padanya. Ia yakin anaknya masih ada di luar sana, tidak tahu bagaimana cara bayi mungil itu bisa bertahan hidup sendirian tanpa ibunya …

Hidup Ella dulunya bagaikan seorang putri raja. Ia berasal dari keluarga yang berkecukupan, putri pertama dari Keluarga Maheswara yang memiliki segalanya.

Ia cantik, ia cerdas, ia kaya …

Namun, sekarang semua yang ia miliki telah direnggut darinya. Ia bukan lagi seorang putri raja, melainkan seekor semut kecil yang bisa diinjak-injak oleh siapa pun.

Ella yang berusia 18 tahun, dulunya sangat polos.

Ella yang berusia 18 tahun, sangat mencintai dan mempercayai keluarganya.

Ella yang berusia 18 tahun, dibodohi sehingga ia harus kehilangan kebahagiaannya.

Hidupnya telah hancur karena orang-orang yang ia percaya.

Sekarang, semuanya sudah bukan masalah lagi.

Ella yang dulu sudah tidak ada.

Ella yang sekarang sudah keluar dari sangkar yang mengurungnya, sudah bisa menghirup udara bebas. Meski ia harus menghabiskan 5 tahun di rumah sakit jiwa, ia masih muda. Ia masih berusia 23 tahun dan ia masih punya banyak waktu untuk membuat semua orang yang telah menyakitinya untuk membayarnya dua kali lipat lebih besar dari apa yang ia rasakan.

Ella yakin bahwa anaknya masih belum meninggal. Orang-orang jahat itu pasti telah menyembunyikan anaknya, memisahkan anak itu darinya.

Ia akan menemukan anaknya dan kemudian menghancurkan hidup orang-orang yang telah menyakitinya. Ia akan membalas dendam!

"Bibi, aku ingin kembali ke rumah Keluarga Maheswara."

Bibir Ella menyunggingkan senyum, namun bukan senyum bahagia, melainkan senyum dingin! senyum itu terlihat menyeramkan, bahkan di pandangan Lina yang sudah mengenal Ella sejak masih bayi.

Tidak pernah sekali pun ia melihat senyum seperti itu dari wajah Ella.

Gadis yang dulunya polos itu telah dipaksa untuk menjadi dewasa dalam 5 tahun terakhir, 5 tahun masa terberat dalam hidupnya.

Ella ingin kembali ke rumah Keluarga Maheswara untuk mencari tahu di mana keberadaan anaknya. Ia masih tidak bisa percaya kalau anak itu sudah mati.

"Ella, sebaiknya … sebaiknya kamu tidak kembali hari ini." Ekspresi di wajah Lina terlihat bercampur aduk, antara malu, cemas, gugup dan canggung. Matanya penuh dengan simpati terhadap Ella.

Ia melihat wanita di hadapannya ini sejak kecil hingga tumbuh menjadi wanita dewasa. Di saat usianya yang ke 18, Lina tahu bahwa Ella mengalami penderitaan terbesar di dalam hidupnya.

Dan Lina tidak mau gadis yang ia besarkan ini lebih menderita lagi, terutama kalau ia kembali ke rumah keluarganya di hari ini.

Ella memiringkan kepalanya dan memandang Lina dengan bingung.

"Hari ini adalah hari pertunangan antara Indri dan Haikal," kata Lina dengan lirih.

Kekejaman Keluarga Maheswara terhadap Ella membuat Lina merasa semakin tertekan. Bahkan mungkin Keluarga Maheswara tidak mengingat lagi mengenai keberadaan Ella.

Mungkin mereka sudah tidak peduli apakah Ella masih hidup atau sudah mati.

Ella benar-benar sudah ditinggalkan.

Haikal …

Ingatan Ella melayang-layang saat mendengar nama itu. Sudah lama ia tidak mendengar nama itu.

Nama pria yang merupakan tunangannya sejak kecil.

Pria yang selalu mengatakan bahwa ia mencintainya.

Pria yang mengatakan bahwa suatu hari nanti akan menikahinya.

Pria yang ia pikir akan menjadi ayah dari anaknya.

Pria yang tidur dengan adik tirinya di atap yang sama dengannya …

"Adikku akan bertunangan. Bagaimana mungkin aku sebagai kakak tidak datang dan memberi selamat?"

Ella menghapus semua perasaan di hatinya dan sebuah senyum dingin muncul di bibirnya.

Ia bukan lagi Isabella yang berusia 18 tahun. Ia bukan Ella yang hancur karena pengkhianatan tunangannya. Ia bukan Ella yang hancur karena kehilangan anaknya.

Hari ini, hari di mana ia keluar dari rumah sakit, Ella sudah berusia 23 tahun.

Ia adalah Ella yang berniat untuk datang dan membalas dendam atas semua penderitaan yang ia rasakan selama ini.

Ia berjalan menjauhi tempat tinggalnya selama 5 tahun terakhir ini dengan anggun, membiarkan daun-daun kering yang berjatuhan dari pohon mendarat di bahunya.

Mobil yang berada di pinggir jalan memantulkan wajahnya yang cantik, namun senyuman di wajahnya bukan senyuman manis mau pun senyuman yang polos seperti 5 tahun lalu.

Senyuman itu adalah senyuman pahit dan dingin, seolah ingin memberitahu dunia bahwa ia telah kembali untuk menagih hutang.

Setelah lima tahun, Isabella Maheswara telah kembali.

Dan Isabella Maheswara kembali untuk menagih hutang …