"Isabella Maheswara. Apakah harga dirimu sudah jatuh serendah ini sehingga kamu menjual tubuhmu dengan sembarangan?"
Christian memandang wanita di hadapannya itu dengan dingin. Matanya penuh dengan kecurigaan saat memandang ke arah Ella.
Meski bibirnya melontarkan kata-kata yang kejam dan menghina, dari tatapannya, Christian sama sekali tidak berniat untuk merendahkannya.
Ia seperti sedang menelaah, ingin mencari tahu apa yang ada di dalam pikiran Ella saat ini.
Ejekan itu membuat darah Ella terasa mendidih. Tetapi ia baru tahu siapa pria yang berada di hadapannya itu.
Sebelumnya, ia tidak akan peduli dan mungkin akan menghina pria itu seperti saat pria itu hendak menabraknya dengan mobil.
Saat itu, Ella menghadapinya dengan sangat berani.
Namun, sekarang, pria itu adalah satu-satunya jalan keluar untuk Ella.
Tanpa bantuan pria itu, ia tidak akan pernah bisa membalas dendam pada keluarganya.Tanpa pria itu, ia tidak bisa mendapatkan apa yang ia inginkan. Tanpa pria itu, ia tidak akan bisa menemukan anaknya …
Ella tidak mau melewatkan kesempatan yang sudah ia dapatkan dengan susah payah. Butuh waktu satu minggu agar ia bisa mendapatkan kesempatan ini, kesempatan untuk menjadi wanita yang menemani malam Christian.
Ia tidak peduli meski ia harus menjual dirinya sekali pun. Ia memang sudah tidak punya harga diri lagi sekarang. Semuanya telah direnggut dan diinjak-injak oleh keluarganya.
Satu-satunya yang Ella pikirkan saat ini adalah, ia harus mendapatkan kesempatan ini.
Ia harus memanfaatkan kesempatan ini untuk mengambil kembali semua yang telah direnggut darinya, terutama buah hatinya …
Ella hanya bisa mengepalkan tangannya, tanpa membalas kata-kata pria di hadapannya. Sekarang, yang ia pikirkan hanyalah bagaimana cara membuat pria di hadapannya itu senang agar pria itu mau membantunya.
"Aku tidak menyangka bisa bertemu lagi denganmu," Ella menyunggingkan senyum di bibirnya. Senyum itu terlihat menawan.
Senyum itu adalah senyum palsu yang ia gunakan untuk menutupi hatinya yang sudah hancur.
Ia sedikit memiringkan kepalanya dan mata hitamnya memandang ke arah Christian dengan ekspresi yang polos. Tatapan itu bisa membuat siapa pun luluh, kecuali pria di hadapannya itu.
Pria itu seolah kebal, sama sekali tidak terpengaruh oleh pesonanya.
Apa pun yang ia lakukan, ia tidak bisa menarik perhatiannya.
"Oh? Aku dengar kamu sempat masuk di rumah sakit jiwa?"
Tidak seperti yang Ella pikirkan, Christian sangat tertarik pada Ella, meski ia tidak menunjukkannya di permukaan. Di luar, ia terlihat seperti pria yang sangat dingin, sama sekali tidak tertarik pada wanita yang setengah telanjang di hadapannya.
Ia berdiri di pinggir tempat tidur sambil memandang wanita yang masih berbaring di tempat tidurnya. Tubuh wanita yang tinggi itu sekarang terlihat sangat mungil di kasurnya yang super besar. Entah mengapa ia merasa ada sedikit kerapuhan di balik sosok wanita yang berusaha untuk terlihat berani.
"Lima tahun."
Ella dan Christian saling berpandangan satu sama lain. Ella sama sekali tidak peduli meski Christian tahu bahwa ia pernah tinggal di rumah sakit jiwa. Ia tidak peduli meski Christian menganggapnya sebagai wanita gila sekali pun.
Satu-satunya yang ia butuhkan saat ini adalah menarik perhatian pria di hadapannya.
Christian hanya tertawa kecil saat mendengar jawaban Ella yang berani. Ia tidak menyangka wanita itu akan menjawabnya dengan terus terang, tanpa menutup-nutupi sedikit pun.
Wanita lain akan berusaha untuk menutupinya, tidak mau kehilangan harga dirinya.
Tetapi wanita di hadapannya itu seperti sebuah buku yang terbuka, tetapi dengan beberapa halaman yang menghilang darinya.
Wanita itu begitu jujur sehingga tidak berusaha untuk menutupi sedikit pun. Tetapi ada aura yang membuat wanita itu sangat misterius sehingga Christian sulit untuk menerkanya.
"Mengapa?"
"Karena aku bodoh."
Setelah mengatakannya, tiba-tiba saja Ella melepaskan selimut yang membungkus tubuhnya dan perlahan bangkit dari tempat tidur. Ia berdiri dengan tubuh telanjang bulat di hadapan Christian.
Kulit wanita itu terlihat sangat putih dan mulus. Di bawah cahaya lampu malam, kulitnya terlihat sedikit kemerah mudaan, mungkin karena ia merasa malu.
Christian adalah pria normal, pria yang sangat sehat, seperti pria pada umumnya. Saat ada wanita yang menawan berdiri tanpa busana di hadapannya, mustahil ia tidak bereaksi.
"Sepertinya kamu sama sekali tidak berubah selama lima tahun. Kamu masih bodoh seperti dulu, berani merayuku dengan cara seperti ini. Keluarlah."
Meski ia bereaksi layaknya pria normal sekali pun, Christian tidak mau berhubungan dengan wanita sembarangan. Apa lagi dengan wanita yang mudahnya menyerahkan diri ke tempat tidur pria.
Wanita yang murahan …
Melihat Christian berbalik dan hendak pergi, Ella merasa sangat frustasi. Ia mengepalkan kedua tangannya dengan erat dan memutar otaknya.
Ia tidak boleh pergi! Ia tidak boleh menuruti Christian dan keluar dari tempat ini! Ia tidak boleh melepaskan kesempatan ini!
Kalau ia melewatkan kesempatan ini, akan sangat sulit untuk mendapatkan kesempatan lainnya.
"Christian, kamu terus menerus menolakku, apakah karena kamu tidak bisa?"
Ella menggigit bibirnya dan menutup matanya. Cara terakhir yang ia miliki hanyalah ini.
Rumor mengatakan bahwa Christian tidak pernah terlibat skandal dengan wanita mana pun, bahkan setelah bertahun-tahun lamanya. Semua orang menganggapnya penyuka sesama jenis.
"Apa yang kamu katakan?"
Mendengar apa yang Ella katakan, Christian yang sudah pergi cukup jauh, tiba-tiba saja berbalik. Matanya menyipit dengan menyeramkan dan tatapan yang berbahaya serta tajam menyapu Ella seperti pisau yang tajam.
"Banyak orang bilang kamu tidak menyukai wanita. Kamu menyukai sesama jenis. Itu sebabnya kamu tidak tertarik padaku, kan?"
Ella mengangkat kepalanya tinggi-tinggi, dengan senyuman malas di wajahnya. Ia mengabaikan debaran jantungnya yang begitu kencang dan berusaha untuk terlihat tenang.
Setelah itu, ia bangkit berdiri dari tempat tidur dan berjalan ke arah Christian, selangkah demi selangkah, tanpa mengenakan alas kaki.
"Apakah kamu tahu kamu sedang mencari mati?"
Sedetik kemudian, Christian meraih dagu Ella. Jarak di antara mereka berdua langsung menghilang dalam sekejap. Saat Ella berada di dekatnya, aroma yang manis menusuk ke dalam hidung Christian.
Aroma itu terasa samar, bukan seperti aroma parfum yang sengaja disemprotkan untuk menggodanya. Bukan aroma yang tidak disukai oleh Christian.
Aroma wanita itu tercium samar dan aroma itu bukan berasal dari sabun atau pun dari parfum. Aroma itu adalah aroma tubuh Ella yang khas.
Jarang sekali Christian mendapati dirinya sedang memperhatikan aroma seorang wanita.
"Kalau begitu, Christian, beri aku kesempatan untuk mati."
Ella menyipitkan matanya dan tersenyum seperti seekor rubah yang licik. Tangannya yang mungil dengan berani memanjat ke leher Christian dan mendekatkan tubuhnya pada tubuh pria itu.