Chapter 8 - Berapa Hargamu?

Ella sudah bertekad untuk merayu pria ini dan ia harus berhasil!

Di hadapan Christian, Ella terlihat sangat menawan dan menggoda, seperti sebuah bunga yang mekar dengan indahnya. Bunga itu menarik perhatiannya namun Christian tahu betul bahwa bunga itu tidak hanya indah, tetapi juga beracun.

Sayangnya, sulit bagi Christian untuk menahan dirinya meski ia tahu bahwa racun itu bisa saja berdampak buruk padanya.

Christian langsung merengkuh tubuh Ella dan menjatuhkannya ke arah sofa besar yang ada di sampingnya. Dengan tubuh besarnya, Christian menahan tubuh Ella di bawahnya.

Bibir Christian yang dingin menyentuh tulang selangka Ella, membuat tanpa sadar tubuh Ella bergidik. Ia tidak tahu harus berbuat apa.

Seumur hidupnya, Ella tidak merasakan hubungan intim dengan pria.

Satu-satunya pengalamannya adalah saat ia berada di bawah pengaruh obat, saat ia tidak sadarkan diri.

Dan setelah hari itu, ia menghabiskan seluruh hidupnya di rumah sakit jiwa karena penderitaan yang ia alami.

Cahaya dari lampu kristal yang bergelantungan di atas plafon seolah membutakan matanya dengan kilaunya. Ella hanya bisa memejamkan matanya dan bulu matanya yang lentik terlihat gemetaran karena begitu gugup sekaligus bahagia.

Ia gugup karena ini adalah pengalaman pertamanya bercinta saat sedang sadarkan diri.

Dan ia bahagia karena ia akan berhasil mencapai apa yang ia inginkan.

Ia akan berhasil!

"Gugup? Aku dengar kamu sudah pernah melahirkan, kan?"

Tangan besar Christian mendarat di pinggang Ella yang ramping. Suara rendahnya terdengar dingin.

"Iya."

Ella menyadari bahwa Christian memiliki pemahaman yang begitu jelas tentangnya. Tetapi Christian dan Ella sama-sama saling terbuka satu sama lain, tanpa berusaha untuk menutupi apa pun.

Ella tidak berusaha menutupi bahwa ia memang sudah pernah menjadi seorang ibu.

Hanya saja, yang Christian tidak tahu adalah, semua yang Ella lakukan saat ini adalah usahanya untuk bertemu kembali dengan anaknya.

Ini adalah insting seorang ibu, untuk mencari keberadaan buah hatinya.

Saat ini, yang ada di pikiran Ella hanyalah anaknya.

Ia bisa menahan rasa sakit sebesar apa pun, meski Christian berusaha untuk menghancurkannya sekali pun.

Ia tidak peduli meski Christian berusaha untuk mengorek bekas lukanya.

Ia akan melakukan apa pun untuk bisa menemukan buah hatinya kembali.

Ella sudah pernah merasakan rasa sakit yang puluhan kali lipat lebih sakit. Kata-kata kejam yang terlontar dari bibir Christian bukanlah apa-apa.

"Katanya, wanita yang sudah pernah melahirkan itu 'longgar'. Isabella, apakah kamu yakin bisa memuaskan aku?"

Christian berhenti mencium bibirnya dan tiba-tiba saja mengangkat kepalanya. Matanya memandang Ella dengan hambar. Dengan cibiran di bibirnya, ia melontarkan kata-kata yang kejam itu dengan sangat santai.

Ella tidak keberatan saat mendengarnya. Ia tahu bahwa pria ini mencoba untuk membuatnya mundur. Pria ini sengaja ingin menyakitinya agar ia segera berlari menjauh secepat mungkin.

Tetapi ia tidak akan melewatkan kesempatan ini.

"Coba saja. Kalau kamu tidak mencobanya, bagaimana kamu bisa tahu?"

Ella berusaha untuk menahan ketakutan di hatinya. Menghadapi setiap hinaan Christian, ia berusaha untuk tetap tenang dan tersenyum.

Pria di hadapannya itu benar-benar iblis. Dan sekarang, Ella sedang bermain dengan api, membuat janji dengan iblis!

Meski sangat berbahaya sekali pun, Ella sudah memutuskan untuk mengambil jalan ini dan ia sudah tidak bisa mundur lagi.

"Menarik …"

Christian tersenyum lagi. Ella yang terlihat pemberani dan berusaha untuk menutupi kelemahannya sebagai seorang wanita itu, membuatnya merasa sangat tertarik.

Ketertarikan ini menjadi semakin sulit untuk dihentikan.

Biasanya, wanita yang melemparkan dirinya ke tempat tidur Christian tidak akan pernah mendapatkan kesempatan untuk berada di dekat Christian atau menghirup udara yang sama dengannya. Bahkan Christian tidak akan mau repot-repot memandang wanita semacam itu.

Tetapi anehnya, wanita ini membuat Christian sangat tertarik.

Christian terdiam sambil tetap mengurung tubuh Ella di bawahnya.

Karena Christian tidak kunjung bergerak juga, Ella menjadi semakin dan semakin cemas. Ia merasa waktunya akan segera habis sehingga pada akhirnya Ella mengambil inisiatif untuk menggoda Christian terlebih dahulu dengan mencium bibirnya.

Ella mengulum bibir Christian dan menggunakan lidahnya untuk menyusup ke dalam teritori pria tersebut. Ciuman itu, membuat mata Christian langsung terlihat membara.

Sedetik kemudian, Christian tidak lagi diam saja seperti sebelumnya. Ia tidak lagi pasif dan memutuskan untuk mengambil alih. Tangan besarnya berpindah ke belakang kepala Ella untuk menariknya dan memperdalam ciuman mereka.

Dalam waktu singkat saja, tidak ada lagi perdebatan dalam ruangan tersebut.

Tidak ada lagi pembicaraan atau pun obrolan. Tidak ada lagi cemoohan dan hinaan.

Yang ada hanyalah desahan dan erangan yang membuat ruangan itu terasa semakin panas.

Hingga pertengahan malam, kedua insan tersebut masih bercinta tanpa henti. Ella seolah merasakan dirinya mekar dengan sempurna di bawah serangan-serangan Christian yang tidak ada habisnya.

Tubuh mereka basah karena keringat meski ruangan itu menggunakan pendingin yang bisa membuat orang biasa merasa kedinginan.

Selimut dan sprei tempat tidur tersebut sudah berantakan dan tidak karuan.

Bantal dan guling sudah tidak berada di tempatnya. Beberapa bahkan terjatuh ke lantai.

Ella hanya bisa memejamkan matanya dan menerima setiap serangan demi serangan dengan pasrah. Ia sudah mempertaruhkan semuanya untuk membuat kontrak dengan sang iblis yang bernama Christian.

Ia tidak akan bisa menang melawan iblis, tetapi setidaknya ia bisa melawan orang-orang yang pernah membuatnya menderita.

Ia tidak menyesalinya. Ia bersedia mempertaruhkan nyawanya, meski ia harus kalah saat melawan iblis ini sekali pun.

Ia sudah pernah merasakan hal yang lebih buruk dari kematian di kehidupannya. Ia sudah tidak takut lagi untuk kehilangan nyawanya. Tetapi saat ia mati untuk kedua kalinya, ia akan menyeret semua orang yang pernah membuatnya menderita.

Ia akan menyeret mereka semua ke dalam neraka bersama dengannya.

Hari sudah siang. Matahari masuk dari jendela setinggi atap, menyinari tempat tidur yang berantakan.

Ella terbangun, merasakan pegal dan kaku di sekujur tubuhnya. Perlahan ia membuka matanya, menggunakan salah satu tangannya untuk menghalau sinar matahari yang menyilaukan pandangannya.

Ia berada sendirian di atas tempat tidur, dengan segala kekacauan yang ada di ruangan tersebut. Kejadian kemarin malam tiba-tiba saja kembali memenuhi benaknya.

Ia melihat ke sekelilingnya, menyadari bahwa pria yang bersamanya telah menghilang. Namun, ia bisa mendengar suara percikan air dari kamar mandi.

Christian sedang mandi.

Memang Ella merasa tubuhnya seperti remuk. Namun, ia menahan semua rasa sakit dan pegal yang ia rasakan, dan segera bangun dari tempat tidur.

Semalaman, Christian menelusuri seluruh tubuhnya, setiap inci demi inci, seperti seekor binatang buas. Menggunakan tubuh Ella untuk melampiaskan semua gairah dan nafsunya.

Tetapi Ella tidak peduli. Yang penting, ia berhasil tidur bersama dengan Christian.

Pada saat itu, pintu kamar mandi terbuka, mengeluarkan uap karena panasnya air yang Christian gunakan di dalam.

Christian berjalan tanpa mengenakan pakaian, hanya memegang satu handuk untuk mengusap rambutnya yang basah. Kulitnya yang sedikit kecoklatan terlihat berkilau. Di bawah sinar matahari, Christian terlihat semakin menawan bak seorang dewa perang.

Ella langsung mengalihkan perhatiannya, merasakan wajahnya yang memanas.

Ia merasa malu!

"Berapa hargamu?"