Chapter 4 - Paman

"Nona, menggunakan cara ini untuk menarik perhatianku hanya akan membuatku semakin jijik padamu."

Suara Christian terdengar dingin dan kejam. Bibirnya yang tipis menyunggingkan senyum mencemooh seolah Ella yang berada di hadapannya itu benar-benar membuatnya jijik.

"Apakah kamu baru saja keluar dari rumah sakit? Kalau kamu sakit, kamu harus segera diobati. Jangan lupa untuk meminum obatmu."

Ella mencibir dan segera bangkit berdiri dari tanah. Ia merasa sangat konyol, bertemu dengan orang sakit tepat saat ia baru saja keluar dari rumah sakit. Lebih tepatnya dari rumah sakit jiwa …

Ia menganggap pria di hadapannya itu sama gilanya dengannya.

"Karena kamu sakit, aku akan melupakan ketidaksopanan-mu barusan."

Sebelum Christian bisa menjawab, Ella menepuk debu-debu yang mengotori bajunya dan pergi dari tempat tersebut. Ia terlalu malas untuk berurusan dengan pria gila ini.

Ia berbalik dan berjalan ke arah rumah Keluarga Maheswara dengan angkuhnya.

Namun entah mengapa, keangkuhan itu terlihat sangat menawan di mata Christian …

Christian memandang punggung Ella yang semakin menjauh dan senyumnya yang sebelumnya dingin berubah. Sekarang senyum itu terlihat terhibur, seolah menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya …

Suara piano yang merdu, diiringi dengan gelak tawa banyak orang, terdengar tepat saat Christian tiba di tempat itu. Kehadirannya langsung membuat semua orang terdiam dan terpana.

"Christian datang," kata beberapa orang dengan tatapan kagum.

"Itu benar-benar Christian. Keluarga Maheswara hebat sekali, bisa mengundang sosok sepenting itu."

"Tentu saja, Keluarga Maheswara dan Keluarga Adisurya termasuk keluarga yang cukup penting di kota ini. Ditambah lagi, Keluarga Adisurya dan Keluarga Adipamungkas masih bersaudara. Pasti mereka juga bekerja sama. Eh, tapi tunggu. Bukankah wanita di depan Christian itu adalah Isabella?"

Komentar-komentar semacam itu terdengar dari berbagai arah, membuat Haikal dan Indri mengarahkan pandangannya ke arah yang dituju. Tepat saat mereka hendak menyambut Christian dengan penuh kegembiraan, Ella muncul di hadapan mereka seperti sebuah petir yang menyambar secara tiba-tiba.

Terkejut dan shock, itu lah yang dirasakan semua orang.

Mereka semua terpanah melihat kedatangan Christian, tetapi mereka semua lebih terperangah lagi saat melihat kehadiran Ella.

Isabella Maheswara …

Mengapa ia datang ke sini?

"Ella, mengapa kamu di sini?"

Orang yang berbicara pertama adalah Haikal. Suaranya yang biasanya terdengar sangat lembut, kali ini terdengar menyeramkan. Ia mengulurkan tangannya untuk menarik lengan Ella, tetapi Ella langsung menghindarinya.

"Kak, mengapa kamu tidak memberitahu kami kalau kamu sudah boleh keluar dari rumah sakit? Ayah pasti akan menjemputmu."

Indri terlihat sangat tenang seolah ia sudah memperkirakan semuanya. Ia sudah tahu bahwa hari ini Ella akan keluar dari rumah sakit dan dengan sengaja menggunakan tanggal ini sebagai tanggal pertunangannya dengan Haikal.

Ia menyambut Ella dengan senyum di wajahnya seolah ia adalah adik yang paling manis, adik yang menyayangi kakaknya.

Namun, Ella bisa melihat kemunafikan di wajah itu. Ia benar-benar ingin melangkah maju dan merobek topeng kebusukan itu dengan tangannya sendiri.

"Haikal, hari ini aku datang untuk menanyakan beberapa hal padamu."

Ella mengabaikan kata-kata manis dari adik tirinya. Bola matanya yang hitam memandang Haikal dengan tatapan kosong saat mengatakannya. Suaranya terdengar datar, tanpa emosi sama sekali.

"Aku rasa tidak ada yang perlu dibicarakan di antara kita berdua," wajah tampan Haikal terlihat sangat kesal karena kedatangan Ella. Ia tidak ingin berbicara dengan Ella.

"Benarkah? Kamu tidak mau berbicara sendiri denganku. Kalau begitu, kita bicarakan saja di depan semua orang."

Ella mencibir saat mengatakannya. Ia mengangkat kepalanya tinggi-tinggi. Dengan suara yang jelas dan manis, ia melontarkan ancaman yang dingin.

Kalimat itu langsung menarik perhatian Indri dan Haikal. Hari ini adalah haru pertunangan mereka. Kalau Ella membuat masalah, mereka lah yang akan mengalami kerugian.

"Kak, aku tahu kamu dan Haikal tumbuh bersama sejak kecil. Tetapi kalian sudah berpisah sejak lama. Sekarang ia akan menikah denganku. Jangan membuat masalah. Bagaimana kalau memanggil ayah? Kalau kamu masih sakit, ayah akan mengantarkanmu kembali ke rumah sakit."

Indri menampilkan senyuman munafik di wajahnya. Kata-katanya sangat tajam tetapi dihiasi dengan kelembutan sehingga membuat orang lain tidak menyadari apa yang salah.

Tetapi Indri sengaja ingin mengorek luka di dalam hati Ella.

"Kamu tahu aku dan Haikal sudah berpisah sejak lama. Apa yang kamu khawatirkan sekarang? Aku hanya ingin berbicara dengannya sebentar."

Ella melihat tangan Indri yang menggandeng lengan Haikal dengan erat. Cibiran kembali muncul di sudut bibirnya. Ia merasa jijik melihatnya.

"Kamu!"

Kata-kata itu seolah memancing kemarahan Indri, membuat topeng di wajahnya sedikit retak dan menunjukkan kebenciannya.

"Baiklah, ayo kita bicara."

Akhirnya Haikal memutuskan untuk mengalah. Orang tuanya dan orang tua Indri masih menyapa tamu di belakang sehingga ia memutuskan untuk menyelesaikannya sendiri. Ia menanggalkan ciuman tipis di kening Indri untuk menenangkannya. Dan kemudian ia pergi dan mencari tempat yang sepi bersama dengan Ella.

Christian menyaksikan semua ini dengan sangat jelas. Ia hanya berdiri di pinggir sambil menyaksikan dalam diam.

"Bos, bukankah ini wanita yang membuat kita terlambat rapat? Apakah kita harus berangkat sekarang?"

Jason, asisten tersebut, berdiri di belakang Christian dan bertanya dengan hati-hati.

"Kita sudah terlambat. Sebaiknya kita tetap tinggal dan menyaksikan pertunjukkan yang menarik."

Christian mengatakannya sambil mengangkat sebelah alisnya, suaranya terdengar dalam.

Sekarang giliran Jason yang tertegun. Bosnya sama sekali tidak pernah tertarik dengan drama semacam ini. Ini pertama kalinya ia ingin tinggal dan menyaksikan gosip.

Christian menyunggingkan senyum tipis. Mata coklat-nya terlihat berbinar dengan cahaya saat memandang ke arah Ella.

"Paman Christian, jangan khawatir. Wanita itu adalah kakakku. Ia tidak tahu bahwa hari ini ada acara pertunangan. Ia tinggal di rumah sakit jiwa selama lima tahun terakhir. Aku benar-benar malu ia membuat kekacauan," saat Haikal dan Ella pergi, Indri langsung mengalihkan pandangannya pada Christian dan menghampirinya.

Dari silsilah keluarga, usia Haikal dan Christian memang tidak terpaut jauh, tetapi secara senioritas, Christian adalah paman Haikal.

Indri memanggilnya dengan sebutan 'Paman Christian' dengan suara yang sangat manja, sengaja ingin menarik perhatiannya.

Ini adalah pemimpin Kota X yang misterius, Christian Adipamungkas!

Wajah yang tampan, tulang hidung yang tinggi, bibir yang tipis dan sexy, mata yang berbinar seperti berlian, tatapan yang berbahaya sekaligus menawan.

Seluruh tubuhnya memancarkan aura yang bisa menarik perhatian semua orang, tidak hanya wanita, tetapi juga pria. Figur tubuhnya seperti seorang model.

Mustahil untuk mengalihkan pandangannya dari sosok semacam itu.

Pria yang sempurna!

Indri terlihat terpana saat menatapnya. Keberadaan Christian membuat semua orang di sana terlihat kabur.

"Paman? Aku tidak ingat punya keponakan seperti kamu."