Chapter 14 - Gagal

Di kamar presidential suite, di lantai teratas hotel, sebuah lampu kristal menyala, memancarkan cahaya berwarna keemasan yang pucat di seluruh ruangan.

Ruangan yang bergaya eropa itu terlihat sangat mewah, membuat ruangan terlihat semakin luas.

Mata Christian menyapu ruangan tersebut dengan tatapannya yang tenang dan ia tidak bisa menemukan sosok wanita yang menemaninya tadi. Tangannya terkepal dengan erat.

Ia hanya pergi sebentar untuk mandi, tetapi Ella tiba-tiba saja menghilang.

Apakah wanita itu mempermainkannya?

Ia kembali teringat akan penampilan Ella hari ini, dengan gaun yang berwarna merah muda. Wanita itu adalah kombinasi dari sosok yang polos dan juga menawan.

Kemarahannya mulai meningkat dengan tidak terkendali saat membayangkan ada pria yang memandangi tubuhnya saat wanita itu berjalan-jalan di luar sana.

'Sial, tidak seharusnya ia merasakan seperti ini.'

Christian berusaha untuk menenangkan dirinya kembali.

Wanita itu hanyalah sebuah mainan. Ia bisa mencari penggantinya dengan sangat mudah.

Sambil mengenakan jubah mandinya yang berwarna putih, Christian berjalan menuju ke bar dan mengambil botol anggur.

Ia membukanya, menuangkannya ke dalam gelas dan menyesapnya perlahan sambil menghirup aromanya. Karena ia selalu menginap di hotel ini, pemilik hotel ini sengaja membuatkan bar khusus untuknya.

Aroma anggur merasuki hidung Christian. Ia memejamkan matanya dan untuk sejenak, ia teringat akan aroma wanita itu.

Tok, tok, tok …

Sebuah suara ketukan yang lembut terdengar dari pintu. Christian mengerutkan keningnya dengan kesal saat mendengar suara yang mengganggunya. Namun, saat ia melihat sosok yang memasuki ruangan, kerutan di keningnya langsung menghilang.

Bibirnya menyunggingkan senyum tipis saat ia berkata, "Aku pikir kamu sadar diri dan pergi."

Setiap kalimat yang keluar dari bibir Christian adalah sebuah hinaan, tetapi Ella sudah terbiasa mendengarnya.

Telinga Ella seolah memiliki filter yang bisa memilah kalimat yang keluar dari mulut Christian. Semua penghinaan seolah tersaring dan tidak masuk ke dalam telinga dan hatinya.

Wajahnya yang cantik terus tersenyum. "Bagaimana mungkin aku meninggalkanmu sendiri? Seseorang seharusnya memanfaatkan kesempatan yang akhirnya mereka dapatkan."

Ella tersenyum lembut dan kemudian mendorong sebuah troli ke dekat Christian. "Aku khawatir kamu lapar setelah mandi. Jadi aku memesankan makanan untukmu."

"Oh? Benarkah?" Christian memutar-mutar gelas yang ia bawa dengan santai. Kemarahan di matanya langsung menghilang.

"Tentu saja."

Ella mengabaikan sikap Christian yang acuh tak acuh dan berjalan ke arahnya sambil mendorong troli tersebut ke arah Christian.

"Aku sangat mengagumimu. Tentu saja aku harus memperlakukanmu dengan sangat baik."

Setelah mengatakannya, Ella melepaskan troli tersebut dan mendekati Christian. Tangannya terangkat untuk memeluk leher Christian dan bibirnya yang manis itu mendekat ke arah telinga pria tersebut. Sambil menghembuskan napas yang panas, ia berkata, "Apakah kamu merindukan aku?"

Ella yakin dengan penampilan, wajah dan tubuhnya, Ella tidak kalah dari wanita-wanita lainnya.

Mata gelap Christian semakin menggelap lagi dan gairahnya menggelora. Namun, ia berusaha untuk menahan dirinya. Telapak tangan besarnya menahan pinggang Ella yang ramping.

"Mari kita lihat apa rencanamu."

Christian ingin melihat apa yang wanita ini akan lakukan malam ini.

Dalam hati, Ella mengutuk Christian. Ia sudah berusaha melakukan apa pun untuk menyenangkan hati Christian. Tetapi sepertinya, apa pun yang ia lakukan tidak akan bisa memuaskan Christian.

Namun, ia tidak boleh menyerah. Ia tidak akan membiarkan Christian mengusirnya dari tempat ini. Matanya menyapu seluruh ruangan ketika ia menyadari ada lilin di sudut ruangan.

Lilin itu membuat matanya berbinar dengan cerah.

Ella tidak tahu apakah ini ide yang bagus atau tidak, tetapi lebih baik dari pada tidak ada.

Ella tersenyum dengan manis ke arah Christian dan mengelus lehernya dengan jari-jari lentiknya, seolah berusaha untuk mengobarkan gairahnya yang sudah terbakar hebat.

Bibir Christian seolah terangkat, tetapi senyum tidak terlihat di wajahnya.

Ella menjauh dari Christian untuk mengambil lilin tersebut dan menatanya di atas meja. Setelah itu, ia memindahkan makanan yang ada di atas troli ke meja makan. Setelah semuanya sudah siap, ia segera menyalakan lilin-lilin tersebut dan mematikan sebagian lampu ruangan untuk membuat suasana terlihat lebih romantis.

Mungkin memang mendadak, tetapi hanya candlelight dinner ini yang bisa Ella berikan untuk Christian.

"Bagaimana?" kata Ella sambil memandang Christian yang tidak bergerak seperti sebuah gunung batu besar yang kokoh.

"Biasa aja," jawab Christian dengan sangat santai.

Memang benar tanpa ampun …

Ella mengerutkan bibirnya dengan sedikit merajuk. Pria ini benar-benar kejam.

Walaupun ia juga merasa bahwa candlelight dinner ini bukan ide yang bagus, ia tidak punya ide lain. Ia sudah berusaha yang terbaik untuk menyenangkan hati Christian.

Tepat saat ia pikir Christian akan mengusirnya, Christian bangkit berdiri dan berjalan ke arah meja makan. Ia duduk dengan manis di sana.

Ella merasa sangat gembira melihatnya, tetapi ia berusaha agar kegembiraan itu tidak terlihat di wajahnya. Tatapannya terus tertuju pada Christian saat ia berjalan dan duduk di seberangnya.

Ia harus mengakui bahwa pria di hadapannya itu bak titisan dewa. Dengan aura yang berkelas, setiap gerakan yang ia buat bisa membuat semua wanita menggila.

Ella berusaha untuk tetap tenang dan memandang Christian dengan tatapan datar. "Apakah kamu butuh bantuan untuk mengambilkan makanan?"

Senyum di wajahnya tetap cemerlang, bahkan jauh lebih menawan dan menggoda dibandingkan kemarin malam di mata Christian.

Hal ini membuat Christian merasa aneh. Ia hanya bisa diam dan mengangguk.

Setelah melihat reaksi Christian, Ella langsung bangkit berdiri dan mengambilkan berbagai macam lauk ke piring Christian.

Sepertinya, Christian mulai tertarik padanya!

Saat memikirkan hal ini, pergerakan di tangannya menjadi semakin cepat.

Christian memandang piring di hadapannya yang mulai tertimbun dengan berbagai macam jenis makanan, dari daging-dagingan hingga sayuran. Wajahnya menjadi semakin dan semakin tidak tertebak.

Akhirnya, Ella berhenti. Ia memindahkan kursinya ke samping Christian dan kemudian melepaskan cardigannya.

Christian memandang ke sampingnya, melihat cahaya dari lilin di meja mereka memancarkan sinarnya ke wajah Ella. Ella juga sedang memandangnya. Bibirnya tersenyum dengan sangat manis, membuatnya terlihat seperti peri.

"Mengapa kamu tidak makan?"

Ella sengaja membuat suaranya terdengar lebih lembut dan ia sengaja mendekat ke arah Christian.

Ia tidak terbiasa menggoda pria dan tidak tahu bagaimana caranya. Tetapi hal sekecil itu saja sudah cukup untuk membuat kobaran api di hati Christian menjadi semakin membara.

Saat ini, Christian benar-benar ingin memiliki wanita yang ada di hadapannya itu.

Matanya terpaku pada wajah Ella.

Ella pikir, ia sudah berhasil. Saat ia hendak bernegosiasi dengan Christian, tiba-tiba saja pria itu mengalihkan pandangannya.

Ia gagal …

Apa yang harus ia lakukan untuk mendapatkan dukungan dari pria ini?