Chapter 18 - Bertemu di Bar

Bar yang ramai itu langsung sunyi dalam sekejap.

Lampu-lampu masih gemerlapan, berubah dari warna merah, biru, hingga kekuningan.

Manajer bar tersebut terus menerus membungkuk, dengan senyum lebar di wajahnya. Ia mengantarkan beberapa pria yang ada di sekitarnya, sementara kerumunan di sekitarnya tanpa sadar membuka jalan kedua sisi.

Kejadian ini seperti di dalam film-film, saat ada orang penting yang tiba di suatu tempat.

Christian melewati semua orang dengan wajahnya yang dingin. Ia seperti seorang kaisar yang berada di puncak dunia. Bahkan napasnya saja membuat semua orang takut untuk mendekat.

Ella berada di tengah-tengah kerumunan. Matanya terbelalak lebar saat melihat sosok Christian

Ia tidak menyangka pria semacam Christian juga pergi ke bar.

Ditambah lagi, kalau Christian melihatnya di sini, apakah ia akan jijik padanya? Apakah semua usahanya akan sia-sia?

Berbagai macam pemikiran langsung terlintas di benaknya. Ella langsung berbalik dan menuju ke tengah kerumunan.

Ia tidak boleh membiarkan Christian melihatnya!

Setelah berjalan beberapa langkah, tiba-tiba saja Christian berhenti dan melihat ke sekelilingnya.

Sepertinya ia melihat sosok wanita itu.

Begitu melihat Christian menoleh ke arah mereka, sekelompok wanita langsung memekik kegirangan.

Mereka belum pernah mendengar berita mengenai Christian dengan seorang wanita dan mereka berharap mereka mendapatkan bintang jatuh, menjadi pendamping Christian. Tetapi terlepas dari semua itu, tampangnya saja sudah cukup untuk membuat para wanita itu menggila.

Ella bergegas melewati lautan manusia itu sambil berkata, "Maaf, tolong biarkan saya lewat …"

Ia tidak memedulikan orang-orang di sekitarnya, hanya berpikir bagaimana caranya melarikan diri dari sana. kalau ia tidak pergi, semuanya akan berakhir kalau Christian melihatnya!

Tanpa sadar, ia menabrak sesuatu …

Saat Ella mengangkat kepalanya dengan kesakitan, ia melihat seorang pria dengan tubuh kekar sedang memandangnya dengan marah.

"Maaf …"

Ella tidak mau membuat masalah ini menjadi besar sehingga ia berniat untuk melarikan diri setelah mengatakan permintaan maafnya.

Namun, pria itu tidak mau membiarkannya begitu saja. Ia menundukkan kepalanya untuk melihat wajah Ella dan matanya berbinar dengan cerah. "Mengapa para pelayan di sini tidak sopan?" nada menantangnya terlihat sangat jelas.

Walaupun tidak ada pergerakan di sekitar, Ella tahu bahwa orang-orang di sekitar mulai tertarik dengan keributan yang telah ia sebabkan.

Ella menundukkan kepalanya lebih dalam dan berusaha untuk menahan diri sambil terus menerus meminta maaf. Namun, pria itu tidak berniat untuk berhenti.

Ia tidak mau melepaskan Ella begitu saja.

Akhirnya, Ella berdiri dengan tegak dan mengangkat kepalanya untuk memandang mata pria yang tidak baik itu. Senyum muncul di sudut bibirnya.

"Tuan, saya benar-benar tidak sengaja. Saya minta maaf. Tolong tunggu di sini. Saya akan menyiapkan sesuatu dan meminta maaf pada Anda lagi."

Suara Ella yang lembut membuat pria itu mengangguk dengan penuh semangat. "Baiklah, aku akan menunggumu."

Beberapa pria yang ada di sekitar sana terlihat terkejut. Sejak kapan ada pelayan secantik ini di bar?

Beberapa pria juga meminta Ella untuk melayani mereka, tetapi Ella bergegas menolaknya dan mengambil kesempatan itu untuk menyelinap ke ruang ganti karyawan.

Baru saja ia menghembuskan napas lega, Christian yang berada di hall tiba-tiba saja berhenti.

Manajer bar tersebut menantinya di samping dengan sabar, dengan senyum yang sama lebarnya seolah tidak takut giginya akan kering dan bertanya. "Tuan, apa yang Anda inginkan?"

"Suruh wanita itu datang ke sini?"

Wajah Christian terlihta muram. Dasar wanita sialan itu. Apakah ia pikir Christian tidak melihatnya?

Yang membuat Christian lebih jengkel lagi adalah, Ella berani tersenyum begitu manis di hadapan pria lain!

Christian sudah tidak bertemu dan tidak melihat Ella selama beberapa hari. Ia pikir dengan cara seperti itu, ia bisa melupakan Ella dan mengosongkan pikirannya.

Tidak ia sangka, Ella malah menjadi pelayan di sebuah bar!

Saat Ella menyelinap ke ruang ganti karyawan, tidak ia duga, ada beberapa wanita yang berkumpul di ruangan tersebut.

Seorang wanita dengan gaun putih sedang dikelilingi oleh beberapa wanita lainnya. Wajahnya terlihat penuh dengan keangkuhan.

Ella memandangnya dengan penasaran.

Wajah wanita itu memang cantik, tetapi riasan di wajahnya terlalu tebal. Ia membawa sebuah tas merk Chanel di tangannya, sementara gaun putih yang ia gunakan juga bermerk sama.

Rambutnya yang sepanjang bahu ditata dengan rapi, membuatnya terlihat seperti wanita berkelas. Tetapi keanggunannya itu hancur karena wajahnya yang penuh dengan kesombongan.

Setelah memandangnya sekilas, Ella mengalihkan perhatiannya. Ia tidak tertarik dengan para wanita ini.

"Lisa, kamu sangat beruntung!"

Lisa merapikan gaun putihnya dan gerak-geriknya menjadi semakin angkuh. "Ini bukan keberuntungan, tetapi kemampuan."

Ia tahu betul apa kemampuan dan keunggulannya dibandingkan para wanita lain di sekelilingnya.

Ia memiliki wajah yang cantik dan tubuh yang indah. Semua orang yang keluar masuk di bar ini adalah orang-orang kaya. Dengan modal itu, hidupnya tidak akan pernah menderita.

"Benar, Lisa sangat cantik. Mana ada pria yang tidak jatuh cinta padanya?" Para wanita di sekitarnya berusaha untuk bermulut manis dan memujinya.

"Eh, aku dengar hari ini Christian datang ke sini. Apakah kalian sudah mendengarnya?"

"Christian?

Mata Lisa langsung berbinar ketika mendengar nama Christian.

Siapa orang yang tidak mau berhubungan dengan Christian? Kalau ia bisa berkenalan atau bahkan dekat dengan Christian, ia tidak perlu mendekati pria-pria tua bangka yang menjijikkan hanya demi hartanya.

"Iya," kata wanita yang berdiri paling dekat dengan Lisa. "Lisa, manajer pasti akan menyuruhmu untuk pergi ke tempatnya malam ini. Jangan lupakan teman-temanmu ini, ya!"

"Tentu saja!"

Senyum di wajah Lisa semakin dan semakin melebar. Sepertinya, impiannya akan segera terkabul.

Tanpa sadar, Ella mengernyit ketika mendengar hal ini.

Pujian lain terdengar di telinganya, tetapi Ella sudah tidak berniat mendengarkan percakapan mereka lagi. Saat ia hendak berganti pakaian dan pulang, manajer bar mengetuk pintu dan berjalan masuk.

Lisa terlihat paling bersemangat saat manajer itu datang.

Ia menghampiri manajer tersebut dan berkata, "Manajer, aku dengar ada kursi yang masih kosong malam ini!"

Aroma parfum yang begitu menyengat dari tubuh Lisa membuat manajer tersebut ingin menutup hidung. Ia mengangguk dan sebelum Lisa bisa berbicara lagi, ia berkata, "Ella, pergilah ke ruangan Tuan Christian."

Biasanya, Ella akan merasa gembira saat mendapatkan pelanggan. Para orang kaya itu akan memberikan banyak uang sebagai tips sebagai ganti atas pelayanan mereka.

Tetapi kali ini, tamunya adalah Christian.

Tidak peduli seberapa besar uang yang akan ia dapatkan, ia tidak bisa menerimanya!

"Manajer, aku sedang tidak enak badan. Aku berencana untuk pulang."

Ella menolak dengan senyum anggun di wajahnya.