"Hanya untuk malam ini, menjadi kekasihku," ujar Sean menyakinkan keraguan di manik Asya.
Asya sedikit tercekat dengan pernyataan Sean. Namun, Asya harus mengerti. Lagi pula, hanya untuk malam ini, 'kan? Gadis itu lalu menyambut tangan Sean, dan menggenggam tangan kekar lelaki itu.
Sean membalas genggaman Asya. "Tolong beraktinglah sealami mungkin. Anggap saja aku itu pacarmu. Hanya untuk malam ini," ujar Sean melirik Asya yang ada di sebelahnya.
"Mm." Asya hanya menjawabnya dengan gumaman. Hingga gadis itu membiarkan Sean menarik tubuhnya, menggenggam tangannya dengan hangat dan memasuki area pesta lewat pintu depan. Jadi tak ada yang tau bahwa Asya dan Sean keluar dari ruang pelayan.
"Tuan Sean, Tuan Crish dan Tuan Arman baru saja mencari Tuan, katanya mereka akan segera melaksanakan pesta dansa," ujar salah seorang satpam yang sedari tadi menjaga keamanan di halaman depan.
Sean tak menampilkan ekpresi apapun. "Aku baru saja menjemput pacarku. Aku akan segera ke dalam," jawab Sean. Selanjutnya lelaki itu semakin menarik tubuh Asya ke dalam aula. Silau-silau cahaya dan sayup sayup lagu yang diputar menjadi penyambut kedatangan Asya dan Sean. Asya terpaku dengan pemandangan pesta yang tengah digelar ini.
Begitu banyak orang yang telah memakai gaun dan baju terbaik mereka kini tengah menikmati pesta. Asya baru pertama kali merasakan atmosfer yang amat hangat ini. Ditambah, seorang lelaki yang sangat tampan kini tengah menggenggam tangannya. Asya ingin menikmati pesta ini, walaupun untuk sekali saja.
"Oh, Sean? Kau dari mana saja?" tanya Sonya melangkah pelan menuju Sean sesaat setelah ia menangkap keberadaan anaknya itu.
"Aku baru saja menjemput kekasihku," jawab Sean.
"Kekasih?" tanya Sonya mengangkat sebelah alisnya. Ia lalu melirik ke arah Asya yang tengah gugup, Asya tak tahu harus bereaksi bagaimana. Sebab bisa dibilang Asya tipikal gadis yang kaku saat bertemu orang yang usianya ada di atas dia. Sadar akan hal itu, Sean langsung menggandeng tubuh Asya, melingkarkan tangannya di pundak.
Asya langsung tersenyum. "Selamat malam, Tante," sapa Asya sembari mengulurkan tangannya dan mengecup punggung tangan Sonya.
Sonya hanya tersenyum kecil. "Kamu benar pacarnya Sean?" tanya Sonya ragu.
Asya tertawa kecil. "Ah, iya, Tante. Hehhe. Perkenalkan nama saya Lia," ujar Asya mengarang.
Sonya kembali tersenyum. "Ya ampun, Lia. Tante baru tahu. Soalnya Sean jarang sekali membicarakan seorang gadis pun pada Tante. Pantas saja Sean sering bertingkah aneh akhir-akhir ini. Mungkin karena dia tengah dimabuk cinta denganmu," ujar Sonya ikut tertawa. Asya hanya membalasnya dengan senyuman.
"Kalau begitu, Tante tinggal dulu. Kalian bisa nikmati pestanya bersama Crish. Dan Sean, jangan sampai kamu tergoda dengan gadis lain di pesta ini, mengerti?" pesan wanita berumur itu.
Sean hanya memutar bola mata malas. Selanjutnya, tanpa menunggu jawaban dari Sean, Sonya segera berjalan menuju keberadaan Arman—suaminya untuk menikmati pesta sekaligus membicarakan tentang Sean dan pacarnya pada suaminya.
Sean langsung melepaskan genggamannya, membuat Asya melirik ke arah lelaki itu. "Ada apa?" tanya Asya.
"Aku merasa tak nyaman. Sebaiknya, kita dekat dan bermesraan di depan Lathia saja," gumam Sean.
Asya mengeryitkan keningnya. "Terserah apa katamu. Aku hanya menuruti keinginanmu saja, tch, " cibir Asya kesal.
Sean tak menjawab, lelaki itu lebih memilih bungkam. "Aku haus. Aku pergi sebentar, jangan mengikutiku," ujar Sean sembari berlalu dari sana.
Asya hanya berdesis. Sean ini bertingkah seenaknya saja. Sejujurnya, Asya agak menyesal karena menerima tawaran lelaki itu. Tapi, Asya 'kan hanya berniat membantu. Jadi gadis itu hanya akan menikmatinya saja. Di usianya yang sekarang, menghadiri pesta sebesar ini adalah keberuntungan. Karena itu, Asya putuskan untuk tak menghiraukan ucapan Sean yang terkadang menyebalkan.
Gadis itu akhirnya melirik ke sana kemari, menatap satu persatu sudut tempat yang dipenuhi banyak tamu. Mereka semua pasti teman-teman dan keluarga serta kerabat Crish. Pesta sambutan yang sungguh menyenangkan.
Asya juga melihat beberapa pelayan tengah sibuk melayani para tamu. Asya tak tahu apakah ibunya melihat Asya sekarang. Tapi, Asya harap Alma akan senang karena Asya bisa menghadiri pesta ini. Setelah hampir dua menit hanya melirik ke sana kemari sembari berbicara pada hatinya sendiri, Asya memutuskan untuk mengambil jamuan berupa cup cake rasanya coklat strawberry yang ada beberapa meter darinya. Saat gadis itu hendak mengambil cake tadi, tiba-tiba seseorang yang entah darimana datangnya ikut mengambil cake yang sedari tadi Asya incar. Alhasil, keduanya terdiam beberapa saat ketika menyadari tangan Asya dan tangan seseorang itu tengah memegang cup cake yang sama.
Asya melirik ke arah seseorang itu, betapa terkejutnya ia saat tau bahwa ada seorang lelaki tinggi dengan paras yang amat tampan kini berada di sampingnya. Seketika, Asya melepaskan tangannya pada cake tadi. "A-ah maaf," ujar Asya pelan sembari menunduk. Dalam hati, Asya bertanya-tanya, siapa lelaki yang sangat tampan itu? Benar-benar membuat Asya terhipnotis saat pertama kali melihatnya.
"Maaf?" ujar lelaki itu sembari sedikit menekuk wajahnya untuk melihat wajah Asya. "Kamu boleh mengambil cake-nya," tambahnya.
Asya lantas menggeleng sembari menatap lelaki tersebut. "T-tidak usah. Aku bisa mengambilnya di meja lain, hahaha," tolak Asya halus sembari tertawa renyah.
Lelaki itu hanya tersenyum kecil melihat tingkah kikuk Asya, ditambah lagi wajah cantik Asya yang bagaikan rembulan sukses membuat setiap insan termasuk lelaki itu terpesona untuk beberapa saat. Asya menyadari senyum dan tatapan lelaki itu, ia terlanjur malu hingga ia berniat beranjak dari sana. Namun, lelaki itu menahannya dengan menggenggam lengan Asya. "Tunggu, boleh aku tahu, siapa namamu?" tanya lelaki itu.
Asya berbalik dengan mulut terbuka. Apa ia tak salah dengar? Lelaki itu menanyakan nama Asya?
"Aku mengundang beberapa teman-teman SMP dan SMA-ku, serta beberapa keluarga dan kerabat. Aku mungkin tak ingat namamu. Maaf, karena itu aku menanyakan namamu," ujar lelaki itu setelah tau keraguan yang ia dapat dari wajah Asya.
Asya terdiam mencerna pertanyaan lelaki tinggi dan tampan itu. Ia mengangkat alisnya. Teman SMP, SMA, keluarga dan kerabat? Apa itu maksudnya, lelaki di depannya ini bertanya apakah ia mengenal Asya atau tidak? Sebab, Asya mungkin terasa asing di matanya. Benar, Asya baru saja ke sini. Pesta ini hanya dihadiri oleh orang-orang tertentu saja. Dan jika lelaki di depannya tak menyadari Asya, bisa dipastikan, Asya adalah tamu yang tak diundang olehnya?
Mendadak, Asya gugup saat menyadari ini. Sean sialan, kemana dia? Di saat seperti ini harusnya Sean berada di sisi Asya.
"Oh, itu ... Aku ...," Ucapan Asya terpatah-patah. Gadis itu bingung harus menjawab apa.
"Dia pacarku," sela Sean tiba-tiba sembari merangkul tubuh Asya. Asya lantas menahan nafasnya karena itu.
Lelaki di depan Asya cukup terkejut dengan perkataan Sean. "Pacar?" tanyanya.
"Hm, iya." Sean mengangguk santai. Ia lalu menatap Asya serius, tatapan lelaki itu menusuk tepat ke retina Asya. "Dan Lia, dia Crish. Kakakku, satu-satunya," ujar Sean memperkenalkan.
****
—Bersambung—