Kenzo membuka pintu rumahnya dengan lesu. Pikirannya saat ini sedang kacau, sangat kacau. Bahkan tadi, saat ia mengendarai motor, ia hampir menabrak seseorang yang sedang menyebrang. Anak laki-laki itu melempar tas sekolah dan tubuhnya ke sofa ruang tamu sembari menghembuskan nafas lelah.
"Bagaimana mungkin ini terjadi? Aku da-"
Monolog Kenzo terhenti akibat suara pintu yang terbuka. Seorang wanita keluar dari kamar yang pintunya baru saja terbuka. Wanita itu tidak lain adalah Sella, Ibu Kenzo.
Ketika Kenzo beradu pandang dengan Sella, anak itu langsung berdiri dan hendak pergi. Namun, untungnya Sella gesit, ia menahan tangan anaknya agar tidak pergi.
"Sayang, Ibu mau jelasin so-" sebelum Sella menyelesaikan kalimatnya, Kenzo memotongnya.
"Soal aku dan Rachel bersaudara?" tanya Kenzo dengan nada sinisnya.
Wanita itu merasa bersalah, pelan-pelan ia melepaskan tangannya dari tangan anaknya. Merasa sudah terbebas, Kenzo berjalan cepat menuju kamarnya dan menutup pintunya dengan cara di banting.
Hal itu membuat Sella terkejut, sangat terkejut. Baru pertama kali ia melihat putranya marah sampai seperti ini. Biasanya, jika Kenzo sedang marah anak laki-laki itu hanya diam, walaupun anak itu pendiam. Tapi, kali ini sangat berbeda.
Air mata pelan-pelan turun dari mata indah milik Sella. Wanita itu sudah tidak kuasa menahan air matanya.
'Kenapa? Kenapa ini sangat menyakitkan untukku?'
Pelan-pelan Sella berjalan dan duduk di sofa dan menangis tersedu-sedu. Diam-diam Kenzo mengintip. ingin melihat keadaan Sella.
***
Keesokan harinya disekolah, Brian heran dengan situasi ini. Baik Kenzo maupun Rachel, keduanya sama-sama diam. Aulia dan Vinez pun tidak berani bertanya, apalagi semenjak kejadian Adit, kakak Rachel kesekolah. Jangankan untuk bertanya, untuk menanyakan kabar saja mereka tidak mempunyai keberanian. Awalnya Brian membiarkan, tapi lama kelamaan ia merasa risih berada disituasi ini.
Saat istirahat, Brian menghampiri Rachel yang sexang makan sendirian di kantin.
"Lho, kak Brian?" Rachel terkejut karena tiba-tiba saja Brian duduk di hadapannya.
"Gue langsung aja, apa masalah kalian?" tanya Brian to the poin.
Rachel yang mendengar kata 'masalah' dari ucapan Brian, langsung mengerti. Ia ingin menjelaskan tapi ia sangat bingung harus mulai dari mana.
Saat hendak menjelaskan, tiba-tiba muncullah Kenzo, yang langsung menutup kedua telinga Brian hingga anak itu tidak dapat mendengarkan perkataan Brian.
"Sori, Hel. Biar kakak yang jelasin." kata Kenzo sambil berlalu pergi, dengan menyeret tubuh Brian.
Rachel hanya bisa mengelengkan kepalanya, lalu ia melanjutkan makan siangnya. Bakso yang masih mengepul menunggu untuk dilahapnya.
Sesudah makan, ia segera kembali ke kelasnya. Anak-anak dikelasnya sedang berlatih adegan drama, karena sekolah mereka akan mengadakan pentas seni.Jadi, agak susah bagi Rachel menuju tempat duduknya. Saat ia sudah berhasil melewati kerumunan, ia melihat dari kejauhan ada Aulia yang duduk ditempatnya. Rachel malah menghampiri Aulia.
"Eh, Rachel. Sori Hel, kursi gue lagi dipake." jelas Aulia.
"Oh, ya udah gak apa-apa, duduk aja."
Setelah itu Aulia tersenyum pada Rachel sebagai tanda terimakasih. Setelah itu tidak ada lagi pembicaraan diantara mereka. Sampai, tiba-tiba Aulia memulai membuka mulutnya.
"Hel, emang bener kak Kenzo mau pindah ke Bandung?"
Rachel langsung menyerit heran, 'Kak Kenzo mau ke pindah? Tapi kenapa?'
"Bener gak, Hel? Yah, malah bengong." tanya Aulia sekali lagi sambil sedikit mengguncang tubuh Rachel.
Anak perempuan itu tersenyum tipis, "Gue gak tau. Kak Kenzo mau kemana emang?"
"Ke Bandung. Ada pertukaran pelajar, Kak Kenzo daftar."
"Kapan?" tanya Rachel cepat.
"Waktu itu. Pas lo dibawa ke RS." jawab Aulia santai.
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, anak perempuan itu langsung berlari menuju kelas Kenzo, untuk menanyakan kebenarannya.
***
Tadi saat Rachel ke kelas Kenzo, ia sama sekali tidak menemukan anak laki-laki yang kini menyandang status sebagai 'kakak tiri'nya. Jadi, anak perempuan itu lebih memilih kembali ke kelasnya dan mengirimi Kenzo pesan.
Saat bel pulang berbunyi, Rachel dengan cepat berlari menuju ke kelas Kenzo. Beruntungnya Rachel karena Kenzo belum pulang, anak laki-laki itu sedang membereskan barang bawaannya. Melihat hal itu, Rachel langsung berjalan dan menghampiri Kenzo. Untungnya, teman sekelas Kenzo sudah hampir srmuanya keluar dari kelas.
"Kak, bisa kita bicara?" tanya Rachel yang membuat Kenzo melihatnya.
Kenzo pun mengangguk dan Rachel segera keluar.
Sampai ke tempat yang agak sepi Rachel berhenti dan berbalik menatap Kenzo.
"Kak, bener kakak mau pergi?" tanya Rachel dengan nada sedih.
Ada sebuah keterkejutan dimata Kenzo, "Kamu tau dari mana?"
"Gak penting aku tau dari mana! Kamu jahat, kak Zo!" jerit Rachel dengan mata yang berkaca-kaca.
Kenzo terkejut karena mendengar Rachel memanggil nama kecilnya. 'Apa ini mimpi?'
"Kakak bilang, kakak mau jagain aku, tapi mana kak?" air mata lolos dari mata membasahi pipi Rachel.
Saat itulah Kenzo sadar kalau ia tidak bermimpi. Ia langsung memeluk Rachel erat, sangat erat.
"Akhirnya, akhirnya kamu inget aku Ra! Oh, thank God!"
Dalam pelukan Kenzo, Rachel mengangguk.
"Aku udah ingat semua. Sebenarnya saat dirumah sakit aku mau bilang ke kakak tapi-" perkataan Rachel terhenti ketika mengingat kejadian saat dirumah sakit kemarin.
Kenzo memegang kedua bahu Rachel, "Ra, kakak pergi bentar doang kok. Nanti kakak bakalan balik lagi."
"Janji?" tanya Rachel sambil mengacungkan jari kelingkingnya.
Dengat tersenyum Adit menautkan jari kelingkingnya dengan milik Rachel.
Keduanya tersenyum bahagia.
***
Hari ini adalaj hari Sabtu. Rachel ditemani oleh Adit dan Kenzo saat ini sedang di stasiun kereta api. Rencananya, Kenzo akan ke Bandung naik kereta api. Saat ini mereka sedang menunggu kereta Kenzo tiba dan juga Brian yang datang terlambat, akibat terkena macet. Kenzo tahu jika 'macet' hanya dijadikan alasan bagi Brian, padahal sebenarnya anak itu bangung kesiangan.
Tiba-tiba terdengar sebuah pengumuman yang menyatakan bahwa kereta tujuan Bandung akan berangkat dalam 30 menit lagi.
Adit pun bangkit berdiri dan merentangkan tangannya kearah Kenzo. Ia memeluk adik tirinya itu sebagai tanda perpisahan.
"Baik-baik ya, Zo disana. Kabarin kalau ada apa-apa." kata Adit sambil menepuk-nepuk punggung Kenzo.
"Sip, pasti kak! Hel, kakak pergi dulu ya" pamit Kenzo.
Rachel mengangguk sambil memeluk Kenzo.
Setelah selesai berpelukan, tiba-tiba terdengar suara Brian yang meneriakkan nama sahabatnya dari SD. Otomatis teriakkan Briam membuat Kenzo menoleh. Tapi sayang, saat ia menoleh ia langsung terjatuh duduk dilantai dingin, milik stasiun itu akibat Brian yang berlari memeluknya dengan erat.
"Hua... Kenzo, jangan tinggalin gue!"
"Iya, iya gue gak lama kok. Paling sampai selesai kuliah."
"Itu lama!" seru Brian keras.
Adit, Rachel, dan Brian akhirnya membiarkan Kenzo naik ke dalam kereta. Mereka masing-masing melambaikan tangan. Kenzo menatap tiga orang yang dikasihinya. Berat rasanya untuk meninggalkan mereka, khususnya Rachel. Tapi, demi melupakan rasa cintanya itu, ia rela pergi jauh.
Kenzo menghapus air mata yang siap jatuh,'semoga kalian baik-baik aja. Khususnya kamu, Rachel'
***