Chereads / The History About Us. / Chapter 62 - Bagian 61.

Chapter 62 - Bagian 61.

Semester demi semester di selesaikan Rachel dengan cepat. Bahkan ia sudah setara dengan Vino, walaupun laki-laki tersebut berbeda angkatan dan jurusan dengannya. Gadis itu sekarang menjadi salah satu mahasiswi terpopuler di kampusnya. Banyak dari para mahasiswa atau mahasiswi yang membicarakannya karena prestasi yang ia dapat. Salah satu buah dari prestasinya sekarang adalah mendapatkan beasiswa dan bisa magang di tempat yang ia inginkan.

Sejak pertama ia kuliah, Rachel sama sekali tidak mempunyai kepercayaan diri untuk masuk di fakultas management keuangan. Boro-boro mempunyai keinginan, sebenarnya Rachel takut untuk memegang uang dalam jumlah yang banyak, dan lagi menurutnya ia kurang pandai dalam soal hitung-hitungan. Tapi ia terpaksa karena pada saat pendaftaran, Ibunya bercerai dengan Ayahnya. Jadi mau tidak mau, gadis itu mendengarkan perkataan Ibunya.

Dan hal itu terus berlanjut hingga sekarang, tempat magang Rachel saja Ibunya yang pilihkan. Dimana lagi kalau bukan di Nirwana Santoso Grup. Dari lubuk hati Rachel yang paling dalam, ia takut untuk menginjakkan kaki di tempat itu. Benar, alasannya hanya satu. Ia belum siap untuk bertemu lagi dengan Alex, anak dari pemilik perusahaan tempatnya magang. Bahkan untuk bertemu Ibunya saja, ia selalu was-was. Tapi, sepertinya Alex belum kembali dari sekolahnya di luar negri.

"Ayo, sayang kita masuk. Ibu antar ke ruangan pak Arga." Mira menyadarkan Rachel yang sedari tadi terdiam memandangi bangunan pencakar langit di hadapannya.

Rachel yang tersadar hanya bisa tersenyum tipis, lalu mereka segera masuk ke dalam.

Sama seperti Mira, Rachel juga sangat kagum dengan keindahan kantor tersebut. Terutama pada piala dan piagam yang di dapat kantor itu.

"Kamu nanti jangan bilang anak Ibu ya." jelas Mira

"Lho, kenapa Bu?"

"Ibu cuma gak mau aja, nanti kamu jadi gosip disini. Nanti-"

TING.

Pintu lift terbuka dan memunculkan seorang pria setengah baya. Pakaiannya terlihat mewah dan rapi, pasti ia merupakan salah satu petinggi perusahaan itu. Ibunya saja sampai membungkuk 90°, mau tidak mau Rachel membungkuk pada pria di hadapannya juga.

"Pagi pak," sapa Mira

Oh, pagi-pagi. Masuk? Kita ke atas bareng." ajak pria itu

Ibunya tersenyum dan mengiyakan, sebelum masuk ke dalam diikuti Rachel.

Saat didalam lift, ponsel milik Rachel bergetar pendek. Ia segera mengecek ponselnya, ternyata ada sebuah pesan dari... Ibunya? Tunggu, kenapa Ibunya mengirim pesan padanya? Padahal mereka berdua kan ada dalam satu lift yang sama.

Rachel melirik Mira bingung, sementara Mira hanya mengisyaratkan untuk segera melihat ponselnya. Gadis itu akhirnya melihat ponsel dan membaca pesan itu.

From: Ibu tercinta💋

Rachel, kenapa kamu gak hormat pada beliau?

Beliau adalah pimpinan disini!

Rachel membulatkan matanya ketika membaca pesan itu. Dengan segera ia menghadap belakang dan menunduk sembari mengucapkan salam dengan suara yang lantang. Hal itu sukses membuat Arga dan Mira terkejut.

"Duh, bisa kenak serangan jantung saya!" omel Arga.

Semrntara itu Mira hanya mempelototi Rachel. Dari sorot matanya itu menggambarkan, kalau Ibunya itu sedang memarahi kelakuan ceroboh anaknya.

"Oh ya, kamu dari divisi mana?" tanya Arga

"Saya mahasiswi magang, pak."

"Oh, nanti langsung ke ruangan saya saja ya. Bu Mira nanti tolong tunjukkan ya."

Rachel menahan tawanya agar tidak lepas, ini adalah kali pertama Rachel mendengar Ibunya dipanggil 'Bu' oleh orang asing.

***

Di tempat lain, tepatnya di universitas Satu Bangsa, di ruang khusus anak arsitek ada Vino yang tertidur sambil duduk, dengan muka tertutup jaket almaternya. Temannya Doni yang sudah mencari Vino kemana-mana dapat bernafas lega, karena ia melihat orang yang sedari tadi di carinya sedang tertidur di ruang istirahat.

"Woi, gue cariin juga! Kemana-uaaa..."

Satu ruangan langsung menatap kearah Vino dan Doni.

"Don, peri hati gue gak ke kampus Don..." ratap Vino

Doni yang sudah bosan dengan curhatan Vino yang hanya berputar pada satu nama pun, mulai bosan mendengarnya. 'Untung temen lu' pikir Doni menguatkan dirinya sendiri.

"Sabarlah No, ntar juga balik. Lagian mau sampe kapan lu pepet dia terus?"

Vino terdiam mendengar perkataan Vino. Doni ada benarnya juga, mau sampai kapan ia terus begini? Lalu ia melanjutkan memasang maket rumah.

"Keren nih maket. Rumah siapa?" tanya Doni sambil berusaha menyentuhnya.

Belum sempat Doni memegangnya, tangannya buru-buru di pukul Vino.

"Woi, sakit, jir!" keluh Dino sambil memegangi tangannya yang sedikit kemerahan.

"Jangan pegang-pegang, nanti rusak!" larang Vino.

Ia tersenyum melihat maket rumah yang baru saja selesai dirakitnya. Dapat laki-laki itu bayangkan, ia dan Rachel akan menempati rumah itu bersama nanti.

***

Rachel duduk di meja kerjanya sambil menghela nafas berat. 'Semoga disini nanti gak ketemu sama Alex, deh.' Tiba-tiba seseorang gadis berkacamata tebal mendekati mejanya.

"Hai, kenalin gue Sisil. Kalo lo?" tanya gadis itu mengulurkan tangan, memperkenalkan diri.

Rachel menerima uluran tangan gadis berkacamata itu, "Gue Rachel, anak magang. Salam kenal."

"Lho, kamu Rachel kan anaknya bu Mira?" tanya seseorang yang tiba-tiba saja datang.

"Kenalin, saya Jia atasan kamu di divisi ini." jelas wanita itu.

Rachel hanya tersenyum kaku sambil menunduk sopan, ternyata Ibunya memiliki teman kantor yang cukup baik dan juga ramah.

"Ayo, anak-anak kita mulai bekerja. Semangat!" ucap Jia dengan suara lantang.

***