Rachel sudah magang di Nirwana Santoso Grup sudah 3 bulan lebih. Pekerjaannya sih lancar-lancar saja. Bahkan ia sudah diminta untuk menjadi asisten kepala di divisinya.
Entah mengapa Rachel hari ini merasa tidak tenang pikirannya gelisah, badannya ada disini tetapi pikirannya tidak. Ia berusaha untuk fokus tapi percuma saja.
Lalu, ia pergi ke toilet untuk mencuci muka, siapa tau dengan mencuci muka dapat mengembalikan semangat kerjanya.
Setelah dari toilet, Rachel kembali ke mejanya untuk melanjutkan membuat laporan keuangan bulan ini. Pada saat itu ia bertambah gelisah, jadi ia memutuskan untuk pergi ke pantry untuk membuat teh.
"Rachel, kamu mau kemana lagi?" tanya Jia sambil menurunkan sedikit kacamatanya
"Ke pantry, Bu. Mau buat teh." jawab Rachel seadanya
"Oh." Jia krmbali fokus pada komputernya.
Sementara itu, Rachel berbalik untuk menuju ke pantry.
"Kamu kok hari ini gelisah banget. Ada apa?" tanya Jia menghentikan langkah Rachel.
"Gak ada apa-apa kok bu."
Tiba-tiba asisten pak Arga alias Ibunya Rachel masuk ke ruangan divisi keuangan.
"Permisi, ada yang bersedia jemput anak presidir gak? Beliau hari ini akan pulang ke Indonesia dan mobil jemputan mogok, sopirny juga sakit."
Deg.
Mendengar kalimat yang Ibunya ucapkan, membuat Rachel mematung. 'Jadi dia akan pulang hari ini? Mati aku!' Semua pegawai terdiam dan saling lihat-lihatan. Tidak ada yang berani mengajukan diri, termasuk Rachel. Sedangkan gadis itu fokus pada pikirannya sendiri, sampai ia tidak menyadari kalau semua pandangan tertuju ke arahnya.
"Kamu bisa, Hel?" tanya Jia pada Rachel
"Ah, ya ke-"
"Tuh, Mir. Rachel bisa." kata Jia enteng
'Lho, kok jadi aku sih? Aku kan belum oke?' pikir Rachel
"Baik Rachel, kamu ke Bandara ya nanti. Terminal 3A jam 3 siang. Jangan telat, anak pak Arga gak suka keterlambatan. Saya permisi dulu."
'Masih aja gak berubah, gak suka telat!' pikir Rachel yang tanpa sadar menarik bibirnya sedikit membentuk senyuman.
Jia yang menyadari itu pun melihat Rachel dengan pandangan aneh.
"Woi, bengong! Kesambet lho nanti."
Rachel pun tersadar dan segera ke pantry untuk membuat secangkir teh, untuk menenangkan pikirannya dari rasa gugup yang melanda.
***
Rachel menenteng tasnya dan sekotak karangan bunga yang masih tertata rapih dalam kotak. Sesekali Rachel melihat kotak karangan bunga itu dengan malas. 'Kenapa sih, orang itu harus kembali?' Gadis itu hanya menghela nafas lelah lalu, berjalan mencari taxi.
Dalam perjalanan menuju bandara, Rachel terus saja melamun. Ia memikirkan cara supaya Alex tidak mengenalinya. Sebenarnya bukan karena gadis itu tidak ingin bertemu pada Alex, tapi karena ia bingung harus berkata apa dan bagaimana ia harus bersikap depan Alex.
Saking sibuknya Rachel, ia sampai tidak menyadari kalau ia sudah tiba di kawasan bandara.
"Maaf bu, saya harus masuk terminal berapa ya?"
Tidak ada jawaban dari Rachel.
"Ibu, misi bu kita di terminal berapa ya?" tanya sopir itu sekali lagi.
"Oh ya pak,aaf. Di terminal 3A pak." jawab Rachel.
'Duh, saking bingungnya sampai gak sadar udah sampe. Duh, gimana ini?' saat si tengah gentingnya keadaan, Rachel melihat ada penjualasker keliling. Otak cerdasnya langsung memunculkan sebuah ide.
"Pak, berhenti dulu di depan saya mau bali masker."
"Baik, bu"
Rachel pun turun dan segera membeli masker. Dalam hati ia berdoa, semoga masker ini tidak membuat Alex mengenali dirinya.
Singkat cerita, Rachel sudah berdiri di depan pintu kedatangan. Jam sudah menunjukkan jam 3.01 sore. 'Terlambat satu menit.' pikir Rachel. Jadi, ia menurunkan papan nama dan membalas pesan dari Vino.
Saat sedang membalas pesan, ia merasa pencahayaan disekitarnya menjadi sedikit menggelap dan ia segera mendongak.
Alex yang telah bertambah tinggi kini sedang berdiri di hadapannya dengan menggunakan kacamata, menambah kesan maskulin yang terpancar dari auranya. Pandangan Rachel beralih kesebelah Alex, lebih tepatnya tangan seorang wanita yang meggandeng manja lengannya.
"Beb, jemputan dari Papa kamu masih lama, ya?"
Rachel menyipitkan pandangannya, 'Bukankah itu kak Claudi?'
"Iya, Clau sabar, nih aku mau tanya. Maaf jemputan atas nama Alexander?"
Rachel hanya mengangguk perlahan mengiyakan pertanyaan dari Alex.
"Nih, orangnya udah ketemu. Yuk,-"
Rachel buru-buru menganbil kotak karangan bunga dan memberikannya pada Claudi.
"Makasih, ya. Tunggu kamu-"
Rachel buru-buru menaikkan maskernya agar tidah ketahuan. Saat itu juga Claudi langsung mengerti, lalu menerima karangan bunga itu dan segera menyusul Alex yang telah berjalan duluan.
***
Sekarang ini Rachel, Claudi, serta Alex sedang berada dalam satu mobil yang sama, Kebetulan itu adslah mobil milik Rachel. Jadi, ada foto Rachel bersama 2 sahabat lamanya di SMA. Mobil itu adalah pemberian Ibunya waktu ia berhasil mendapat peringkat pertama saat semester yang lalu.
Mata Alex menyipit ketika melihat foto yang terpajang di dashboard mobil tersebut. Untungnya, Rachel menyadarinya dan langsung menyimpan foto itu, agar Alex tidak melihatnya.
"Kok disimpan?" tanya Alex
"Maaf pak, itu foto sepupu saya." jelas Rachel dengan nada sedikit khawatir
"Itu sepupu kamu?"
"I-iya pak." jawab Rachel terbata-bata
Untungnya, saat itu Alex langsung dengan cepat mengakhiri pembicaraan tersebut. Jadi, Rachel dapat bernafas lega karena ia tidak harus mencari alasan lagi.
Sementara itu, dari kursi belakang Claudi menatap Rachel dengan pandangan aneh. 'Kenapa dia bohong? Anak pintar. Jadi aku tidak perlu repot-repot mengotori tanganku.' pikir Claudi sambil tersenyum.
"Gak apa-apa aku cuma pengen cepat-cepat sampai rumah kamu dan menyapa semuanya aja." jelas Claudi sambil merebahkan kepalany di pundak Alex sambil melihat kaca spion tengah.
Apalagi tujuannya kalau bukan untuk memanas-manasi Rachel? Tapi sayangnya, gadis itu sedang fokus menyetir
'Sepertinya harus aku yang bilang sendiri.' pikir Claudi.
Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai di rumah Alex, karena pada saat itu jalanan tidak terlalu padat. Begitu turun dari mobil Alex langsung berlari ke dalam rumah, sementara Claudi sengaja menunggu Rachel membawa koper mereka.
"Bisa Hel?" tanya Claudi sembari bersender di pintu bagasi yang terbuka.
Deg.
Jantung Rachel berdetak kencang. Claudi mengenalinya! Ini bukan pertanda baik. Pelan-pelan Rachel menurunkan masker kain itu dan tersenyum kaku.
"Kak Claudi..." sapa Rachel
"Aku gak tau alasan kamu pake masker apa, yang jelas senang bisa ketemu lagi, Rachel!"
Buru-buru Rachel membungkam mulut Claudi hingga gadis itu tidak bisa berbicara.
"Sst! Kak, aku lagi menghindari kak Alex. Jadi, pliss banget kakak jangan kasih tau kak Alex, ya?!"
'Bagus.'
"Oh, kanapa? Karena masalah pertunangan aku sama Alex?" tanya Claudi dengan wajah pura-pura iba.
Rachel tidak dapat berkata apa-apa mendengar kabar itu, keluar dari mulut Claudi. Ia hanya bisa mematung.
"Sori ya, Hel. Kami itu dijodohkan oleh orangtua kami. Mereka rekan bisnis." kata Claudi lagi.
Rasanya dunia Rachel runtuh seketika. Saat dirasanya air mata akan menetes, ia langsung membuka mulutnya dan menutupnya dengan punggung tanggannya. Seolah-olah ia baru saja menguap.
"Oh ya kak, kalau gitu aku balik dulu ya ke kantor. Masih banyak kerjaan." pamit Rachel
Saat mobil yang dikendarai Rachel sudah menjauh, Claudi pun tersenyum sinis.
"Kali ini gue menang, loser!"
***