Mobil yang dikendarai Rachel melaju cepat meninggalkan komplex perumahan Alex. Ia melepas maskernya dengan kasar dan membuangnya. Gadis itu menangis sejadi-jadinya sambil otaknya memutar kejadian tadi. Rachel terpaksa menghentikan mobilnya di pinggir jalan, lalu menangis. Karena hanya itu yang ia rasakan sekarang. Ia hancur, sangat hancur. Orang yang ia tunggu untuk kembali, kini sudah bertunangan dengan perempuan lain. Lebih lagi perempuan itu adalah sahabatnya sendiri.
Saat ini ia sangat butuh kehadiran seseorang disana, untuk sekedar menguatkan dirinya yang rapuh. Ia mengambil handphonenya yang ia simpan di laci dashboard. Lalu memencet beberapa angka dan menempelkan benda kotok tipis itu ke telinganya.
Saat sedang menunggu jawaban disebrang sana, tiba-tiba kaca mobilnya diketuk oleh seseorang. Ketika Rachel melihat orang itu, ia cepat-cepat membuka pintu mobilnya dan memeluk Vino.
"Hei, kamu kenapa?" tanya Vino sambil mengusap punggung Rachel
Tidak ada jawaban dari Rachel, hanya suara tangisan yang keluar dari mulutnya.
"Hel, kamu nangis?"
Tetap tidak ada jawaban, malah pelukan Rachel pada Vino semakin mengerat.
Lelaki itu paham akan situasi saat ini. Jadi ia membiarkan gadis yang ia suka meluapkan perasaannya dalam pelukannya. Satu hal yang pasti, perasaannya ikut hancur ketika melihat orang yang ia cintai menangis.
Setelah agak tenang, Vino membawa Rachel ke dalam taman untuk menenangkan diri. Rachel duduk di pinggir kolam ikan sambil mengunggu Vino yang sedang membeli air minum.
Sekembalinya Vino, ia pun memberikan sebotol minuman dingin pada Rachel, lalu duduk di sebelah gadis itu.
"Makasih, kak." kata Rachel sambil menerima botol minuman itu.
"Kamu tadi kelihatannya sedih banget, kalo boleh tau kamu kenapa?"
Rachel terdiam. Ia bingung harus menjawab apa. Tidak mengkin ia berkata yang sebenarnya. Hati Vino bisa hancur kalau ia tahu gadis yang ia suka mencintai laki-laki lain.
"Ya ud-"
"Ini soal pekerjaan!" jawab Rachel memotong ucapan Vino
Vino tersenyum, "Sabar aja. Nanti juga lewat."
"Kakak sendiri kok bisa tau aku ada di sekitar sini?"
Vino bingung harus menjawab apa. Tidak mungkin ia berkata kalau ia telah memasang pelacak di handphone Rachel kan? Bisa-bisa gadis itu berprasangka buruk padanya.
"Tadi aku lagi jalan-jalan di seputaran sini, eh terus nyasar."
***
Claudi melihat mobil yang dikendarai Rachel menjauh dengan cepat. Ia tersenyum miring melihatnya, 'Sampai kapan pun kamu gak bisa ngalahin aku!'
"Kamu liatin apa sih?" tanya Alex tiba-tiba
"A-Al-Alex. Sejak kapan kamu di sini?" tanya Claudi terbata-bata
"Baru aja. Emangnya kenapa? Ada yang kamu sembunyiin ya?" tanya Alex
Claudi tersenyum sembari mengelrngkan kepalanya, "Gak ada apa-apa. Yuk, masuk!"
'Syukur, Alex gak denger tadi.' pikir Claudi dalam hati
Kemudian, mereka pun segera masuk ke dalam untuk bertemu dengan Wina, Ibu Alex.
"Tante!!!" teriak Claudi begitu melihat Wina yang sedang menyeruput teh panasnya
"Halo, mantu Mama yang cantik! Apa kabar?" teriak Wina sambil memeluk Claudi
Alex segera menghampiri kedua orang yang sedang berpelukan itu, dengan tangan yang dimasukkan ke kantong celana bahan.
"Baru calon kali." ucap Alex membetulkan
"Alex, jangan mulai deh!"
"Iya, iya. Kalau gitu Alex ke atas dulu ya, mau ganti baju." pamit Alex
Perkataan Alex sama sekali tidak ada yang mendengarkan, karena kedua orang itu sudah asyik duduk sambil mengobrol.
Alex menggeleng melihat pemandangan di hadapannya, "Gimana nasib aku kalau nanti udah nikah?"
"Bakalan terpuruk!" ujar seseorang yang baru saja tiba
Orang itu adalah Tania. Ia baru saja kembali dari kantornya. Yang Alex dengar dari Ayahnya di telepon, sekarang kakaknya memiliki perusahaannya sendiri. Padahal, Ayah mereka sudah menawarkan sebuah posisi di perusahaan milik keluarga mereka.
"Kapan sampai?" tanya Tania
"Baru aja." jawab Alex santai
Tania langsung menoyar dahi adiknya, "Bukan lu. Gue nanya sama adik ipar gue!"
Mendengar itu, melenyapkan senyuman Alex. Moodnya yang tadinya sudah mulai membaik tiba-tiba, harus kembali jelek karena ulah kakaknya itu.
"Jadi kalian mengabaikan aku? Okay, kita liat nanti siapa yang bakal menang!" dengus Alex sambil menaiki anak-anak tangga.
Sesampainya ia dikamar ia mepaskan jasnya,melemparkannya ke sembarang arah, dan berbaring di tempat tidurnya yang empuk. Ia memandang langit-langit.
"Kira-kira kamu ada dimana dan seperti apa, Hel?"
Alex bermonolog seorang diri.
"I miss you. Aku ingat gimana pertemuan pertama kita, apa kamu juga?"
Entah sejak kapan cairan bening itu membasahi pipi Alex.
Ada satu rahasia yang tidak pernah ia beri tahu pada siapa pun, sebenarnya ia tidak ingin menikah jika harus dijodohkan. Apalagi dengan Claudi. Bukannya tidak suka, tapi rasanya anah jika nanti ia harus bersanding bersama orang yang sudah ia anggap kakak sendiri. Terlebih lagi ia masih menyukai Rachel, adik kelasnya saat SMA dulu.
***
Keesokan harinya, di depan perusahaan Nirwana Santoso berhenti dua mobil mewah. Begitu pintu mobil pertama dan kedua dibuka,keluarlah dua orang pria wanita. Sepasang suami-istri terlihat keluar dari mobil pertama, dan sepasang anak muda keluar dari mobil kedua. Pasangan anak muda itu terlihat sangat serasi, seperti bukan adik dan kakak.
"Selamat pagi Bapak, Ibu dan selamat datang Mas, Mba." sapa petugas security yang berjaga
Seorang gadis pun mematung memandangi pemuda itu dengan pandangan nanar.
"Rachel, kamu lagi liatin apa?" tanya Jia tiba-tiba
Buru-buru ia menghapus air matanya, "Gak liat apa-apa kok bu."
Untungnya saat itu Jia percaya-percaya saja dan an ia ingin mengambil berkas di mobilnya yang tertinggal. Jadi ada kesempatan bagi Rachel untuk naik dari pintu belakang. Ia sengaja menghindar agak tidak bertemu Alex.
Saat jam makan siang, teman satu divisi Rachel mengajaknya untuk makan siang. Akan tetapi, Rachel sebisa mungkin menolak ajakan makan siang itu. Dengan alasan, ia membawa bekal sendiri. Tapi alasan sebenarnya adalah gadis itu takut akan bertemu dengan Alex.
Rachel takut jika ia berpapasan dangan Alex, saat turun di lift atau saat makan di cafetaria. Lebih baik ia mengerjakan pekerjaannya yang sudah hampir mendekati waktu deatline, akibat menjemput Alex kemarin.
"Hai." sapa seseorang menghampiri meja Rachel.
Rachel tersentak kaget melihat Claudi yang datang menghampiri mejanya.
"Ka...kak, kok... bisa?"
Claudi tersenyum tipis melihat reaksi Rachel yang menurutnya sangat berlebihan.
"Kamu gak makan?" tanya Claudi
"Gak kak. Ak-"
Tiba-tiba sebuah suara memotong pembicaraan keduanya.
"Rachel, kamu Rachel kan?"
Baik Claudi ataupun Rachel sama-sama syok melihat orang yang ada dihadapan mereka. Tanpa menunggu lama lagi, orang itu langsung memeluk Rachel dengan erat.
***