Saat ini, Rachel baru saja keluar dari lift kantor dengan langkah gontai. Ia tidak percaya dengan semua kejadian yang baru saja ia alami. Ia pikir kejadian itu hanya ada dalam drama korea saja. Bayangkan, ia harus makan siang bersama orang yang saat ini ingin ia lupakan. Bahkan orang itu mengabaikan tunangannya sendiri. Saking fokusnya pikirannya dengan kejadian tadi sampai-sampai ia salah masuk ruangan. Kemudian gadis itu mengingat tentang kejadian tadi.
"Rachel, kamu Rachel kan?" tanya Alex yang tiba-tiba datang.
Baik Rachel mau pun Claudi sama-sama terkejut dengan kehadiran Alex. Tanpa menunggu lama, Alex segera memeluk Rachel.
"Aku kangen banget sama kamu, Hel." kata Alex.
Claudi yang melihat pemandangan itu pun menjadi cemburu. Tapi ia hanya bisa terdiam melihat semuanya.
"Kamu pasti belom makan kan? Yuk, ikut aku."
Sebenarnya Rachel ingin menolak ajakan itu, tapi tangannya lebih dulu ditarik oleh Alex. Membuat ia tidak bisa menolaknya.
Saat makan di cafetaria, Rachel menjadi bahan omongan orang satu kantornya. Ia merasa risih karena terus menjadi bahan omongan orang dan pandangan Alex hanya tertuju padanya.
"Kyaaa,...." Rachel menjerit malu ketika mengingat tatapan Alex untuknya.
Tapi menit berikutnya, ia segera menghadap kaca di toilet itu dan menepuk-nepuk pipnya.
"Sadar Rachel, sadar. Dia udah jadi milik kak Claudi!"
Kemudian yerdengar suara dari speaker, yangenyuruh semua karyawan kantor untuk berkumpul di aula.
"Ada apa ya ini?"
Rachel buru-buru keluar dari toilet untuk memenuhi panggilan tersebut, tidak lupa ia mencuci tanggan.
Sesampainya ia di aula, Rachel mencari teman satu divisinya. Saat sedang mencari, ia mendengar obrolan salah satu karyawan kantor.
"Denger-denger kita dikumpulin mau dikenalin ya sama anak pak Arga?"
"Katanya ganteng loh."
'Oh cuma perkenalan anak presidir doang.' pikir Rachel sambil berbalik badan.
Tiba-tiba terdengar suara Ibunya yang meminta untuk semua karyawan duduk, termasuk dirinya. Gadis itu tidak bisa melangkah maju, karena Ibunya tahu apa yang akan ia lakukan.
***
Rachel bersama dengan karyawan lainnya keluar satu persatu kembali ke divisi mereka. Rachel mendengar bisik-bisik karyawan yang memuji ketampanan Alex. Sebenarnya gadis itu mulai merasa risih akan hal itu. Tapi harus ia tahan demi merahasiakan ia pernah satu sekolahan bersama dengan Alex. Memikirkan hal itu ternyata membuat gadis yang memiliki wajah kecil itu kembali menitikkan air mata.
Pada saat Rachel akan menghapusnya, tiba-tiba Tasya teman sedivisinya menghampirinya.
"Lo nangis Hel," teriak Tasya lantang saat melihat air mata yang ada di ujung matanya.
Buru-buru Rachel menghaus air matanya dan menentang hal itu.
Diam-diam seorang pemuda yang saat itu berada di tangga ponodium pun mulai melihat ke arah teriakan tersebut, dengan pandangan nanar.
'Itu pasti, Rachel. Aku musti jelasin ini semua biar gak ada salah paham!' janjinya dalam hati.
Mama Alex, Wina datang secara tiba-tiba dan mengajak anaknya itu untuk turun dari ponodium.
Rachel sangat malu tadi, bagaimana jika Alex mengetahui ia habis menangis tadi? Mau taruh dimana mukanya nanti saat bertemu dengan Alex? Saat ini gadis itu berada di balkon lantai 10 kantornya. Ia sedang menenangkan dirinya, sambil memejamkan mata sambil mengingat kejadian tadi.
Saat ia membuka mata ia melihat sosok laki-laki sedang berdiri dihadapannya, sambil mengulurkan sebuah handphone miliknya kearah Rachel.
"Cepat tulis nomor kamu!" seru Alex.
"B-buat apa, kak?"
"Tentu saja buat hubungin kamu. Ayo cepat." ada kesan tidak sabaran tersirat di ucapan Alex.
Tapi laki-laki itu sama sekali tidak perduli dengan itu, ia tetap menunggu dengan sabar sampai Rachel memberikan nomor handphonenya.
Tanpa ia sadari, Claudi melihat semua kejadian itu. Seketika pipinya berubah menjadi merah, akibat pemandangan itu. Apalagi saat ia melihat Rachel menerima handphone dari tangan Alex. Ia langsung pergi dari sana dan melaporkan semua yang dilihatnya pada Wina.
***
Di sebuah cafe di dekat kantor, Wina sedang menunggu kehadiran seseorang. Sesekali wanita itu melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. 'Ck, lama banget sih anak itu.' Saat Wina sedang menyeruput kopinya, orang yang sedari tadi ia tunggu, akhirnya menampakkan batang hidungnya.
"Halo tantu maaf nunggu lama." ujar Rachel sambil duduk dihadapan Wina.
Wina meletakan cangkir kopinya dan sedikit membenarkan posisi duduknya.
"Rachel, kamu tau kan kalau kamu saudara tiri dengan Alex?"
Saat itu juga Rachel merasa tertampar dengan kata-kata Wina.
"Jadi, Mama minta kamu jauhin Alex. Bisa?"
Rachel dengan terpaksa menjawab, "B-bisa tante"
"Mama." ralat Wina
***