Setelah selesai menggunting rambut salah satu pelanggannya, Sella segera bersiap-siap untuk pergi ke rumah sakit. Ia sengaja mengenakan baju baru dan sedikit berdan-dan, siapa tahu ia akan bertemu dengan Heru. Tidak lama kemudian, ia pun selesai merias wajahnya dan segera keluar dari ruang ganti. Tidak lupa, wanita itu menitipkan salonnya pada pegawai kepercayaannya.
"Ibu tumben dan-dan. Mau pacaran ya?" tanya karyawannya.
Sella tersenyum, "Gak kok. Titip salon ya, Na."
Sella segera keluar dan menyetop sebuah taxi yang kosong. Beruntung jalanan tidak macet sore itu. Jadi, ia hanya membutuhkan waktu setengah jam perjalanan menuju rumah sakit. Walau giginya terasa sakit, Sella tidak henti-hentinya tersenyum.
Tidak sampai 15 menit, Sella sudah tiba di rumah sakit Milik Bersama. Taxi yang ia tumpangi berhenti di depan loby rumah sakit. Satpam dengan ramah membukakan pintu dan menyapa dengan senyuman. Berhubung suasana hati Sella yang cerah, jadi ia membalas sapaan satpam itu dengan ramah.
Setelah itu Sella langsung berjalan menuju ke bagian pendaftaran dokter spesialis gigi. Ia mendapat nomor antrian ke 7. Masih lama, karena nomor 4 baru saja masuk ke dalam. Jadi berhubung masih lama, ia berpikiran untuk menjenguk Rachel dulu.
Setelah menaiki lift, ia langsung menuju bangsal tempat Rachel dirawat. Belum lama wanita itu berjalan, ia melihat seseorang yang sangat ia kenal. Ya, Heru. Pria itu sedang berjalan keluar dari sebuah ruangan diikuti oleh Mira yang menangis dan seorang wanita dengan langkah yang angkuh.
'Tunggu, ada apa ini? Ah, lebih baik aku dekati dan menguping pembicaraan mereka!' pikir Sella sambil mengendap-endap agar tidak ketahuan.
Tidak ada satu pun dari mereka yang menyadari bahwa ada seseorang yang sedang mencuri dengar pembicaraan mereka. Mereka terlalu sibuk dengan pikiran masing-masing. Lama keheningan menyelimuti ketiganya. Pada akhirnya Mira yang masih terisak-isak pun memulai pembicaraan.
"Hiks, mas bisa tolong jelaskan apa maksud dari semuanya?"
Saat ini Mira sedang dilanda rasa khawatir. Ia takut kalau suaminya itu akan berkata, kalau wanita yang ikut bersamanya adalah selingkuhannya.
"Maafkan aku, Mir." ucap Heru pelan.
Ketakutan Mira kini telah terbukti. Dunianya seakan runtuh seketika. Tidak pernah terbayangkan olehnya selama ini, suami yang amat ia cintai itu, selingkuh dengan perempuan lain. Yang tidak lain merupakan, istri dari atasannya dikantor.
"Sebenarnya, Wina adalah mantan a-"
"APA?!" kalimat terkejut dari seorang wanita yang tiba-tiba datang dan mengejutkan mereka bertiga.
Mereka tidak tahu saja, ada dua orang lagi yang terkejut karena tidak sengaja mendendengar percakapan mereka. Rachel dan Kenzo.
***
"APA?!" teriak Sella lantang.
Wanita itu langsung berjalan cepat kearah Heru dan menamparnya.
"Jadi selama ini, kamu bukan cuma duain aku sama Mira tapi kamu juga punya selingkuhan lain, iyakan?"
Heru langsung bangkit dari duduknya, terkejut melihat Sella yang tiba-tiba saja datang. Pria itu sekarang tidak bisa berbicara apa-apa lagi. Semua kebohongannya telah terbongkar dan tragisnya ia bisa terancam kehilangan ketiganya.
"Mas... Jelaskan ke kita sekarang, APA MAKSUD DARI SEMUA INI?!" teriak Mira yang sudah tidak bisa menahan emosinya.
Diam-diam Rachel dan juga Kenzo yang mengetahui mereka satu ayah pun tidak bisa berkata-kata sama sekali. Mereka berdua sama-sama terkejut. Merasa kalau tidak kuat mendengarkan penjelasan dari Ayahnya, Rachel pun segera kembali ke tempat tidurnya dan menangis disana.
Kenzo melihat orang yang pernah ia cintai itu menangis, ia jadi tidak bisa mengontrol emodinya lagi. Ia segera membuka pintu secara kasar. Masa bodo dengan para orangtua yang kaget melihatnya keluar. Ia akan pergi ke atap, ia merasa harus berteriak disana.
***
Sudah lebih dari 3 jam, Kenzo berada di atap gedung rumah sakit. Entahlah apa yang menjadi pikirannya saat ini. Yang jelas, ia sekarang sedang hancur, hancur sehancur-hancurnya. Ia melirik ponsel di sampingnya. Ibunya juga tidak menghubunginya sama sekali. Anak laki-laki itu paham betul kalau saat ini, Ibunya sama kecewanya dengannya.
Ia mencari nomor kontak Adit dan meneleponnya. Saat ini, Kenzo sangat butuh teman bercerita.
Lama menunggu, akhirnya Adit datang juga.
"Hai Zo, kenapa nih lo panggil gue?"
Kenzo menatap Adit dengan tatapan yang sulit diartikan. Lalu Kenzo menarik Adit kepelukannya.
"Selama ini, ternyata lo kakak gue, Dit."
"Iya, gak usah manja deh!" kata Adit sambil mengusap punggung Kenzo.
"Gue serius, kak."
Merasa tidak percaya dengan apa yang di katakan oleh Kenzo, Adit pun melepaskan pelukan anak laki-laki yang mengaku sebagai adiknya.
"Lo kalo mau bercanda men-"
"Gue serius. Lo kakak tiri gue."
Adit kehabisan kata-kata. Ia tidak percaya dengan perkataan Kenzo barusan. Jadi, ia segera berlari kebawah untuk menanyakan kebenaran dari perkataan Kenzo barusan.
***