Chereads / The History About Us. / Chapter 53 - Bagian 52.

Chapter 53 - Bagian 52.

Maaf telat update, hari ini aku sibuk banget 😵

***

Keesokan harinya, seharusnya hari itu adalah hari bagi semua murid untuk bersantai. Tapi tidak bagi Alex. Terlihat anak laki-laki itu sudah siap dengan baju kemeja biru langit dan celana jeans, sedang menata rambutnya di depan cermin sambil bersiul-siul. Menandakan suasana hatinya yang sedang senang.

Tiba-tiba kakak perempuan satu-satunya yang bernama Tania pun membuka pintu kamar Alex dengan kasar sambil meneriakkan nama adiknya.

"Buset dah kak, gue gak budeg kali. Bisa pelan-pelan gak sih?!"

Tania kehetanan melihat Alex yang sudah rapi. Pemandangan ini bukanlah pemandangan yang biasa ia lihat.

"Tumben. Mau kemana?"

"Ada deh. Bye kakakku sayang." kata Alex yang berlalu sambil mencolek wajah Tania dengan ke lima jarinya.

Tania tersenyum, "Adek gue udah gede."

Alex langsung menuruni tangga menuju ke lantai dasar. Melewati Mamanya yang sedang sarapan, tanpa menyapa. Mamanya juga membiarkan, malah Mamanya sedang asyik Whatsup-an dengan temannya.

Alex mengendarai mobilnya, membelah jalanan Jakarta yang cukup cerah pagi itu. Ia menghentikan mobilnya di sebuah toko bunga. Setelah ia kembali dengan sekeranjang bunga, ia pun melanjutkan perjalanan kembali.

Tidak lama kemudian, ia pun sampai di depan rumah Rachel. Terlihat orang yang kemarin berada di rumah sakit, sedang mencuci sebuah sepeda motor.

"Permisi, kak. Mau nanya Rachelnya ada? Udah pulangkan dia?"

"Iya, yuk masuk."

Adit bergegas membukakan pintu dan mempersilahkan Alex masuk.

"Itu bunga buat siapa?" tanya Adit

"Rachel, kak. Kenapa?"

"Oh. Fyi, Rachel alergi bunga. Jadi jangn kasih ke dia taro meja aja."

"E-eh. Iya, kak." jawab Alex sedikit lesu.

Adit yang berjalan duluan tertawa tanpa suara mendengar suara lesu Alex. 'Haha... Gue kerjain lo!'

Lalu keduanya menaiki tangga dan menuju kamar Rachel. Sesampainya depan kamar Rachel, Adit menyuruh Alex menunggu di luar sebentar. Entah kenapa Alex menjadi sangat gugup untuk bertemu Rachel.

Saat Adit memanggilnya untuk masuk rasanya seluruh badannya mengeluarkan keringat.

"Hai, Hel."

"Hai, kak. Masuk-masuk." ajak Rachel ramah.

"Hei, Achel. Kakak mau lanjut cuci motor. Kamu hati-hati sama dia!" sambil menunjuk ke arah Alex.

"Iya, kakak bawel. Emang aku mau diapain sama kak Alex?"

'Kakak? Oh, ternyata... Gue kirain.' lega Alex dalam hati.

"Kakak ada apa, ke rumah aku?" tanya Rachel sambil memasang wajah kebingungannya yang imut.

"Ah, gue..."

Saat itu ia bingung hendak menjawab apa, ia melihat koleksi buku dalam rak di kamar Rachel. Langsung sebuah ide muncul di kepala Alex.

"Gue mau pinjem buku. Iya, pinjem buku." Alex pun berjalan mendekati rak yang hampir terisi penuh dengan buku.

Sementara itu, Rachel kerepotan ingin berpindah ke kursi roda. Alex yang sadar akan hal itu, langsung menaruh buku dan bergegas menggendong Rachel ke kursi roda.

Tapi saat Alex hendak bergerak naasnya, salah satu kakinya malah tersandung kursi roda. Hingga membuat mereka jatuh ke atas tempat tidur dengan posisi, Alex menindih badan Rachel.

Deg.

Kedua anak itu hanya mampu terdiam dan saling menatap. Merasakan debaran di dada masing-masing. Akhirnya, suara deheman Adit yang dapat menyadarkan mereka.

"Awas, kalo cewe sama cowo berduaan yang ketiganya setan loh!"

'Dia dong.' ucap Alex dalam hati.

Semenit kemudian, sepertinya Adit telah sadar dengan ucapannya. Maka ia berdehem, sementara Alex berusaha menahan tawanya agar tidak pecah.

"Ibu suruh lo makan, Lex. Nih Hel, sarapan dulu." kata Adit sembari sepiring nasi goreng ke arah Rachel.

"Lo, ikut gue turun!"

Alex hanya bisa mengiyakan petkataan Adit dan pamit kepada Rachel.

"Eh, ada Alex. Ngapain pagi-pagi? Mau jenguk Rachel ya?" tanya Heru, ayah dari Rachel.

"Iya om."

Lalu Heru sedikit mengacak rambut Alex. Dalam hatinya Alex menggerutu, 'Ish dasar om-om. Susah payah gue ngatur rambut gue seenak jidatnya diacak sama dia!'

Setelah Mira dan Alex berkenalan, Alex meminta izin untuk mengajak Rachel pergi ke taman kota. Tetapi Adit tidak memberikan Alex izin. Ia beralasan jika tidak ada yang kuat untuk menggendong Rachel.

"Gimana ka-"

Baru saja Alex ingin menawarkan diri, tapi dengan sigap Adit menyelak.

"Ok, Bu."

'Enak aja lo, pasti mau pegang-pegang! Gak akan gue kasih kesempatan.'

***

Mereka semua sudah selesai makan dan sedang menunggu Rachel berganti pakaian di bantu Ibunya. Sedangkan Alex duduk di ruang tamu ditemani Heru.

"Gimana kabar, Mama. Sehat?" tanya Heru tiba-tiba.

"Baik. Cuma lagi berantem sama Papa aja."

Bukan tanpa alasan Alex mengatakan itu, ia sengaja berkata seperti itu untuk membuat Heru sadar akan posisinya.

Tiba-tiba terdengar suara tawa milik Rachel dan teriakan Adit yang menyuruh Rachel berhenti menggelitiki tubuhnya. Terakhir adalah suara Mira yang menyuruh kedua anaknya untuk berhati-hati

"Lo mau bawa adek gue kemama?"

"Jalan-jalan paling ketaman kota." jelas Alex.

"Cepet pulang. Jangan lama-lama."

titah Adit galak.

Adit memang seperti itu. Sensitif bila itu sudah menyangkut adik semata wayangnya.

Selama perjalanan, Alex dan Rachel yang duduk di samping kursi kemudi pun sama-sama bungkam.

"Ra,"

"Kak,"

Keduanya saling bertukar pandang, lalu tertawa bersama.

"Kamu duluan."

"Kakak aja."

"Gak mau. Kenapa?" ucap Alex ngotot.

"Kita mau kemana?" cicit Rachel.

"Rahasia." jawab Alex

Rachel pun mengerucutkan bibirnya. 'Tau gitu tadi gak usah nanya, huh.' Alex yang melihat reaksi menggemaskan dari Rachel pun dalam hati hanya bisa berteriak, 'IMUTNYA!!!!'

Tidak lama kemudian sampailah mereka di sebuah danau dekat rumah Alex. Setelah membantu Rachel, mereka pun berjalan-jalan di tepi danau.

Tiba-tiba ada sekotak cokelat yang muncul tepat dihadapan Rachel.

"Ini buat aku, kak?"

Alex mengangguk, kemudian ia berlutut di hadapan Rachel yang duduk di kursi roda.

"Hel, kamu mau gak jadi cewek aku?"

Rachel hanya bisa mengerjap tidak percaya dengan semua ini.

"Rachel." panggil Alex dengan suara lembut.

"Aku gak mimpi kan, kak?"

Lalu Rachel mencoba menampar pipinya sendiri, tapi dengan cepat Alex menahan tangan Rachel yang akan, menampai pipinya. Di arahkannya tangan Rachel ke arsh bibirnya dan dikecupnya tangan itu.

BLUSH.

Pipi Rachel berubah merah padam, karena perlakuan Alex terhadapnya. Tidak jauh dari sana dibalik sebuah pohon, ada dua pasang mata yang mengintai mereka diam-diam.

***

Sore hari, Adit sedang bersantai di teras rumah sambil bermain game online. Ayahnya sedang pergi adiknya juga. Hanya ia dan Ibunya yang ada di rumah saat ini.

Tanpa Adit sadari, sudah ada Kenzo ysng duduk disebelahnya.

"Uayo, moyong sial!" latah Adit.

Kenzo tertawa terbahak-bahak melihat Adit yang terjatuh. Sememtara Adit meringis kesakitan, karena ia yang terjatuh dari kursi tempatnya duduk.

"Shhh, sakit Zo. Lo kalo dateng, jangan tiba-tiba dong!"

"Ahahaha, iya sori. Rachel mana?"

Begitu mendengar nama adiknya disebut, mendadak Adit jadi kembali kesal.

"Pergi sama orang gila!"

"Jahat amat, temen gue tuh!"

Adit langsung menoleh ke arah Kenxo meminta penjelasan.

Sesudah Kenzo menjelaskan semua prihal Alex, raut wajahnya tiba-tiba menjadi serius.

"Kak, lo tau gak kalo Rachel di sekolah di bully?"

"APA?" kaget Adit.

***