Sore hari saat semua murid sekolah SMA Nusa Jaya telah banyak yang pulang, tapi tidak dengan tiga anak laki-laki yang sedang bermain basket.
Mereka terus saja mendible, melemparkan ke ring, lalu mengoper ke yang lainnya. Begitu seterusnya. Tidak ada dari mereka yang berbicara.
Brian, salah satu dari tiga anak itu, meminta izin pergi ke kantin untuk membeli minum. Padahal niat ia sebenarnya adalah untuk memberikan ke duanya ruang untuk berbicara. Lagipula jam segini, mana ada kantin yang buka? Jam sudah hampir menunjukkan pukul empat sore.
Saat Brian sudah pergi, keadaan di lapangan malah bertambah sunyi dan kentara dengan aura permusuhan yang keluar dari kedua anak laki-laki itu. Brian yang dari jauh melihat, dapat merasakan hawa itu. Lama tidak ada pembicaraan antara mereka, Brian pun sudah pasrah.
Saat ia ingin kembali ke lapangan, tiba-tiba saja Kenzo mulai berbicara pada Alex. Hal itu mengurungkan noat Brian untuk menghanpiri mereka.
"Alex, apa lo juga suka sama Rachel?" tanya Kenzo sambil melemparkan bola ke dalam ring.
Bukannya mengambil bola yang jatuh setelah melewati ring, Alex malah terdiam tanpa kata dan pergerakan.
Anak laki-laki itu bingung harus menjawab apa. Ia takut kalau ia harus jujur, ia akan membuat sahabatnya sedih dan merasa bersalah.
"Kalau iya bilang aja, gak ada gunanya kita kayak gini tau."
Dengan takut-takut, Alex mengutarakan semuanya pada Kenzo. Awalnya Kenzo hanya tersenyum miring. Tapi kemudian Kenzo berjalan cepat menghampiri Alex,
Alex segera mentup matanya, sudah bersiap akan menerima pukul dari Kenzo.
"Lo kenapa, Lex?" tanya Kenzo yang berhenti tepat di depan Alex.
"Hah, e.-eh e-enggak, enghak kenapa-kenapa."
Kenzo yang sudah tahu kalau Alex mengira, ia akan memukulnya pun tertawa lepas.
Alex yang malu, hanya menggaruk kepala belakangnya yang sama sekali tidak gatal. Brian yang melihat dari jauh pun ikut tertawa.
"Gue berdiri di depan lo sekarang cuma pengrn salaman kok."
Kenzo mengulurkan tangannya dan di terima Alex yang juga sambil tersenyum.
"Jagain Rachel ya, Lex"
Kata-kata Kenzo barusan membuat perasaan Alex menjadi gembira, sedih, dan kasihan bercampur jadi satu.
"M-maksud lo?!"
Kenzo pun menganggukkan kepalanya. Seketika Alex langsung memeluk Kenzo erat.
"Makasih Ken...Makasih banget!"
Sementara Alex dan Kenzo berpelukan, Brian yang tidak ingin merusak momen bahagia, hanya bisa melihat dari jauh.
"Dasar mereka, pelukan gak ngajak-ngajak!"
Lalu secarakebetulan ada serkor kucing yang melintas. Brian srgera mengambil kucing itu dan memeluknya.
"Pus, mereka aja pelukan masa kita kagak?"
***
Di tempat lain dalam waktu yang sama, seorang anak perempuan menggunakan baju kaus dan celana hitam sedang menunggu kehadiran seoorang laki-laki. Lama ia menunggu, tapi orang yang ditunggunya belum juga muncul.
Pesanannya pun tiba. Ia memesan ice tea with soda, minuman favoritnya. Karena bosan, ia mengaduk-aduk minumannya. Sudah 15 menit berlalu. Claudi melihat jam yang melingkar di salah satu lengannya.
Ia berdiri dan hendak pergi, tapi seseorang menghalanginya.
"Hai, cantik. Mau kemana?"
Claudi langsung memutar bola matanya malas. Ia malas harus mendengar sapaan yang terdengar sangat menjijikan di telinganya.
"Pulang! Lo lama."
Satria dengan sigap menahan tangan Claudi, "Maksud ucapan lo kemaren tuh apa? Gue gak ngerti. Bisa lo jelasin?"
"Bukannya kemaren udah jelas? Gue cuma pura-pura suka sama lo. Puas?"
Setelah mendengar ucapan itu keluar dari mulut Claudi, tangan Satria yang menahan Claudi pun jadi lemas. Ia sama sekali tidak menyangka ini sebelumnya.
Setelah Claudi melihat kalau tangan Satria sudah lepas, ia pun mendekatkan diri ke Satria.
"Sebaiknya lo ngaca! Punya kacakan?"
***
Malamnya, saat sedang makan malam, Claudi kehadiran dua orang tamu. Vinez dan Aulia. Tanpa Claudi persilahkan duduk mereka sudah duduk dikursi meja makan, di hadapan Claudi. 'Kurang ajar banget mereka, duduk tanpa dipersilahkan.'
Claudi menghela nafas.
"Mau kalian apa?"
"Bukannya udah jelas?" kata Vinez dengan sombongnya.
Claudi mentipitkan matanya, sebagai tanda bahwa ia tidak mengerti ucapan Vinez barusan.
"Maksud kedatangan kita ke sini untuk menagih janji ke kakak." jelas Ailoa yang lebih kalem.
"Janji apa ya?" tanya balik Claudi.
Vinez yang tidak terima bahwa Claudi telah mrlupakan janjinya pun, langsung menggebrak meja.
"Kak, lo jangan pura-pura bego deh!"
"Oh, itu."
Kemudian Claudi langsung menaruh alat makannya dan berjalan mendekati Vinez dan Aulia. Wajah ke duanya sangat berseri-seri. Lalu Claudi merangkul kedua anak perempuan itu seraya berbisik.
"Dasar bodoh, mau aja lalian ditipu."
Setelah mendengar perkataaan itu, Vinez yang sudah tidak tahan lagi dengan sikap Claudi akhirnya segera menampar Claudi.
Akibat rumah yang besar dan sepi, suara tamparan itu sampai menggema ke seluruh bagian rumah. Pelayan dirumah Claudi sampai keluar dari dapur dan menuju meja makan.
Dapat mereka lihat, saat ini putri majikan mereka sedang terjatuh di lantai sambil memegang sebelah pipinya yang terlihat memerah. Langsung sajaa salah satu pelayan memanggil keamanan rumah itu untuk menyeret Vinez dan Aulia ke luar dari rumah itu.
Sekarang Vinez dan Aulia sedang berada di taman dekat rumah Claudi mereka sedang menyesali perbuatan mereka yang begitu saja percaya dengan Claudi.
"Nez, gue nyesrl deh pernah percaya sa kak Claudi."
"Iya, gue juga. Tapi bukannya semua udah terlanjur ya?" ucap Vinez sedih.
"Memang. Tapi seengaknya kita nyesel udah pernah nyakitin sahabat sendiri."
Selesai dengan ucapannya, Aulia segera berdiri kemudian berjalan.
"Mau kemana?"
"Ke tempat Rachel, minta maaf!"
"Gue ikut!" teriak Vinez sambil berlari mengejar Aulia.
***