Keesokan harinya, Kenzo terlihat berangkat ke sekolahan. Tapi anehnya, anak laki-laki itu terlihat sangat lesu. Terlebih lagi, saat ia harus melewati depan rumah Rachel. Membayangkannya saja sudah dapat membuat rasa bersalahnya semakin besar. Apalagi, jika Kenzo akan bertemu dengan Adit. Apa yang harus ia katakan nanti?
Sepanjang sarapan, Kenzo hanya memikirkan bagaimana jika ia bertemu dengan Adot nanti, sampai ia tidak sadar jika sedari tadi hanya mengaduk-aduk buburnya saja. Sella, Ibu Kenzo yang melihat anaknya sedang mengaduk-aduk buburnya itu langsung menyerit.
"Kenapa? Kok cuma di aduk-aduk doang?"
Kenzo yang lamunannya buyar akibat pertanyaan dari Ibunya, menjawab dengan gugup. "Ya, oh eng-enggak kok Bu. Ini mau aku makan."
Sella tidak bisa dibohongi begitu saja, namun ia lebih memutuskan untuk tidak bertanya lebih lanjut pada anaknya. Ia lebih membiarkan Kenzo menyelesaikan masalahnya sendiri.
"Hmm. Makan yang banyak." kata Sella diikuti senyuman manis miliknya.
"Bu, Kenzo makan di sekolah ya. Aku lupa udah janjian sama Alex dan Brian."
"Ya udah, kamu hati-hati berangkatnya!" ujar Sella.
Setelah Sella memberikan izinnya, Kenzo pun bergegas padahal waktu menunjukan pukul 06.10, masih terbilang sangat pagi. Tapi mau bagaimana lagi? Anak laki-laki itu ingin melihat keadaan kakak Rachel dari jauh.
Akhirnya, ia tiba di depan rumah Rachel. Ia sedikit mengintip dari luar pagar. Tidak ada tanda-tanda adanya orang disana. Kenzo pun memutuskan untuk pergi ke sekolah. Saat ia berbalik ia menemukan Adit yang berdiri dibelakangnya dan kondisinya... bisa dibilang cukup mengenaskan.
Pakaiannya masih sama dan ada bercak kemerahan disana, wajahnya terlihat berantakan, matanya bengkak sepertinya habis menangis. Untuk sesaat Kenzo gelagapan.
"H-hai kak, g-gimana keadaa-"
Baru saja Kenzo ingin bertanya, tapi tubuhnya lebih dulu ditarik oleh Adit ke dalam pelukannya.
"Zo, gue harus gimana..hiks. Apa yang harus gue bilang ke bonyok gue, Zo???" tangisan Adit pun pecah.
Kenzo yang tidak tega pun mengusap-usap punggung Adit, sembari memberikan ketenangan.
Setelah beberapa lama, Kenzo akhirnya pun pamit karena harus ke sekolah. Adit sempat menawarkan tumpangan padanya, tapi ia menolak tawaran itu.
Selama di bus, Kenzo tidak dapat duduk dengan tenang. Untungnya keadaan bus pagi itu sedang sepi. Tidak membutuhkan waktu yang lama, bus yang ia tumpangi pun berhenti di halte dekat sekolah. Ia pun langsung turun dan langsung bergegas mencari Satria. Dari pandangan matanya, bisa dipastikan anak laki-laki itu sangatlah marah dan ingin menghajar seseorang.
Ketika Kenzo tiba dikelasnya, ia langsung mencari keberadaan Satria tanpa menaruh tasnya terlebih dahulu. Setelah matanya menangkap sosok Satria yang sedang tertidur di mejanya, ia langsung menghampirinya dan memukul keras mejanya. Anak lainnya terlihat kebingungan dengan sikap Kenzo, terutama Alex dan Brian yang baru saja tiba.
BRAK.
"Woi, pembunuh! Bangun lo!" ucap Kenzo kasar.
Ucapan Kenzo mengundang bisikan anak lain yang mendengarnya.
Merasa terusik, Satria pun segera bangun. Pada saat ia mengangkat wajahnya, tiba-tiba saja Kenzo melayangkan sebuah pukulan ke wajahnya. Anak perempuan di kelas itu menjerit bersamaan dengan di pukulnya Satria. Alhasil itu membuat ujung bibir Satria jadi terluka.
"Pukulan itu gak sebanding dengan apa yang udah lo perbuat!"
Setelah puas memarahi Satria, Kenzo segera kembali ke tempat duduknya dan menyisakan tanya bagi kedua temannya. Dari tadi lex hanya memperhatikan gerak-gerik sahabatnya itu. 'Pasti ada sesuatu yang terjadi!'
***
Setelah kejadian tadi pagi, sekarang satu sekolah gempar karena ulah Kenzo. Banyak murid-murid yang membicarakan soal keburukan Kenxo. Mau tidak mau nama Alex dan Brian pun terseret-seret dalam kasus Kenzo.
Saat ini jam istirahat siang, Kenzosedang di intergoisasi oleh Alex dan Brian di ruangan basket.
"Ken, lo udah gila ya? Mau ngancurin image kita? Udah bosen lo?" tanya Kenzo
"Gue tau lo mukul orang gak mungkin tanpa sebab kan? Sekarang jelasin ke kita!" ucap Brian.
Baru saja Kenzo akan menjawab, ponselnya lenih dulu bergetar, menandakan ada telepon masuk. Begitu nama Adit tertera pada layar ponsel, anak laki-laki itu buru-buru mengangkatnya. Membuat Alex dan Brian bertukar pandang heran.
Setelah mengamgkat telepon itu, wajah Kenzo terlihat sumringah. Ketika telepon sudah tertutup, ia pun langsung memeluk dua orang temannya.
"Lo kenapa?" tanya Alex yang terlihat kebingungan.
Brian juga sama bingungnya dengan Alex, tapi ia lebih memilih membalas pelukan Kenzo. 'Jarang-jarang dipeluk Kenzo'
"Akhirnya Rachel sadar!!!"
"Emang dia kenapa?" tanya Alex cepat bahkan ia sempat mencengkram kemeja Kenzo.
"Wo, tenang Lex. Kalem,gue ceritain ya. Jadi gini awalnya..."
Kenzo yang saking senangnya mencetitakan semua kejadian semalam. Saking senangmya sampai ia tidak menyadari, ada kilat kemarahan di mata Alex.
***
"Rachel, lo gak kenapa-kenapa kan? Mana yang luka?" ucap Lenzo ketika memasuki ruang rawat Rachel.
Rachel yang terkejut hanya bisa memegangi sebelah kakinya yang terganyung, layaknya cucian basah.
"Oh lo Ken, udah dateng. Du-"
Barusaja Adit hendak mpersilahkan Kenzo untuk duduk, tapi anak itu sudah terlebih dulu dudik manis di sebelah tempat tidur adiknya. 'Kayaknya Zoxo khawatir banget sm Rara.'
Tadi sepulang sekolah Kenzo yang di temani oleh Brian langsumg ke tumah sakit. Sedangkan Alex pergi entah kemana, ia beralasan tidaksuka bau rumah sakit. Jadi, hanya Kenzo dan Brian yang ke rumah sakit.
Hari semakin sore, Kenzo dan Brian pun segera pamit. Sebelum itu Kenzo sempat bertukar nomor telepon dengan Rachel. Anak laki-laki itu berkata hanya untuk berjaga-jaga.
Tanpa sepengetahuan mereka di luar ruangan sudah ada Alex yang menenteng sekeranjang buah-buahan. Dan pada saat Kenzo dan Brian keluar dari ruangan Rachel, Alex langsung merapatkan topi yang ia gunakan.
Saat Kenzo dan Brian sudah pergi barulah Alex masuk ke dalam ruang rawat Rachel.
"Hi Hel, gimana keadaan lo?"
Adit yang sedang menyiapkan makan malam u tuk Rachel,langsung menoleh.
"Kak Alex? Bisa tau aku disini dari siapa?"
"Ekhm." Adit yang membawa makanan berdehem.
Sontak Alex langsung membalikan badan. Ia langsung memperkrnalkan diri, brgitupun sebaliknya.
"Itu makanan Rachel kak? Sini biar saya yang suapin Rachel." ucap Alex sambil menarik meja yang berisi makanan Rachel.
Saat Alex, menyodorkan sendok ke arah Rachel, dengan wajah yang sedikit memerah Rachel membuka mulutnya.
Diam-diam dari kursi sofa, Adit mengawasi gerak-gerik adiknya dan anak laki-laki yang mengaku sebagai kakak kelasnya. 'Wah, kayaknya ade gue bakal jadi rebutan nih.'
***