Satria kembali menaruh kepalanya di sebelah kepala Rachel. Kini dapat ia lihat dengan jelas wajah polos Rachel yang sedang tertidur.
"Maaf."
Satria meminta maaf pada Rachel yang sedang tertidur.
"Gue tau gue bukan orang baik, gue lakuin semua ini demi Claudi."
Tiba-tiba tangannya ditarik oleh seseorang, mau tidak mau ia terpaksa mengikuti orang itu.
Sesampainya ia dan orang itu di luar kelas, orang itu langsung melepaskan pegangan tanggannya dan menampar wajah Satria.
"Clau, gue salah apaan?" tanya Satria meminta penjelasan.
"Lo udah gila, ngomong kayak barusan sama dia? Kalau dia denger gimana?" amuk Claudi.
Ia takut kalau Rachel bisa saja mendengar omongan Satria. Bisa kacau semua rencana yang telah ia susun rapi.
"Tenang Clau, dia tidur kok."
"Lo yakin, dia gak pura-pura?" tanya Claudi penuh selidik.
"Iya, Claudi sayang. Dia gak denger kok." ucap Satria meyakinkan.
Sekarang Claudi dapat bernafas lega. Sebenarnya Satria sendiri tidak tahu pasti, apakah Rachel mendengar omongannya atau tidak. Anak laki-laki itu hanya ingin menenangkan Claudi.
"Eh iya, lo kok kesini? Ada apa?" Satria bertanya pada Claudi.
Claudi pun tersenyum dan membisikkan sesuatu ke telinga Satria, lalu keduanya saling tukar pandang dan segera pergi dari sana.
Sudah lewat 10 menit setelah Satria pergi, Rachel pun bangun karena bel telah berbunyi. Saat teman sekelasnya masuk dan melihat Rachel, mereka saling berbisik satu dengan yang lain. Sedangkan Rachel yang tidak tahu apa-apa, hanya mengeluarkan buku dari dalam tasnya.
Saat pulang sekolah, Kenzo sedang berjalan menuju gerbang sekolah. Ketika ia melewati sekumpulan anak perempuan yang sedang berkumpul, ia tidak sengaja mendengar mereka menyebutkan nama Rachel.
Mendengar nama Rachel disebut-sebut, membuat Kenzo penasaran dan ikut mendengarkan. Ia melihat foto seseorang yang sedang memegang sebuah botol minuman keras. Dari jauh foto tersebut nampak tidak jelas, tapi jika dilihat dengan lebih teliti terlihat Rachel yang ada dalam foto itu.
Kenzo tidak percaya akan penglihatannya, jadi ia merebut ponsel yang digunakan untuk melihat foto tersebut. Tapi mau dilihat berapa kali pun tetaplah sama. Rachel yang mengenakan pakaian minim bahan, terlihat sedang duduk sembari memegang sebuah botol minuman keras.
Langsung saja Kenzo berlari mencari keberadaan Rachel, untuk memastikan kebenaran dari foto itu. Sedangkan disisi lain, Alex yang melihat foto tersebut kaget bercampur marah. Lalu ia berjalan keluar kelas dan meninggalkan Brian yang masih terkejut melihat foto itu.
Berbeda dengan seluruh siswa di sekolah itu, Rachel yang tidak tahu apa-apa hanya diam saja, dan membereskan barang bawaannya. Aulia dan Vinez tidak berkomentar apa-apa, padahal mereka tahu. Kini Rachel bersiap keluar kelas untuk pulang.
Sesampainya dipintu, tiba-tiba Kenzo datang sambil terengah-engah. Ia tadi berlari kemari.
"Hel... Benar apa... yang... yang di- difoto?" tanya Kenzo terbata-bata.
Rachel kebingungan, "Foto apa, kak?"
"Buka web sekolah, sekarang!" perintah Kenzo.
Dengan gerakan lincah, Rachel dengan cepat membuka web sekolahnya. Betapa terkejutnya ia, ketika melihat foto dirinya yang sedang memegang botol alkohol ditangannya.
"I-ini... s-siapa? I-ini... a-aku?" tanya Rachel tidak percaya.
Tangannya gemetar memegang ponsel. Dapat Kenzo tebak kalau Rachel tidak tahu akan hal tersebut dan bukan dirinya yang berada di foto tersebut. Ini pasti ulah seseorang yang tidak suka pada Rachel.
Tidak jauh dari sana ada Alex yang memperhatikan. Tadinya, ia ingin menanyakan kebenaran foto itu pada Rachel. Tapi langkahnya terhenti, ketika melihat Rachel bersama Kenzo disebelahnya.
Yang membuatnya lebih marah lagi ketika Kenzo memeluk tubuh Rachel yang menangis. Anak laki-laki itu pun segera pergi dari sana. Bertepatan dengan perginya Alex, Jerry si ketua osis dan Claudi selaku wakilnya melewatinya untuk menghampiri Rachel yang sedang menangis.
***