Mira yang sedang membopong tubuh Her pun terkejut, karena mendengar nama wanita lain keluar dari mulut Heru.
"Apa mas? Coba ulang, kayaknya aku salah dengar tadi,"
Heru menuruti perkataan Mira dan mengucapkannya sekali lagi. Hal itu justru membuat Mira kesal mendengarnya. Namun, ia bukanlah wanita bodoh. Pelan-pelan ia mulai mengajak Heru, yang sedang mabuk itu bicara.
"Her, Wina itu siapa?" tanya Mira
"Wina? Anda gak tau dia siapa? Hehehe."
Mira menarik nafas, berusaha tegar dengan apa yang akan dikatakan oleh Heru. Lalu Mira tersenyum dan menggeleng.
"Dia itu pacarku. Selingkuhanku!"
Mira sangat terkejut mendengarnya. Rasanya air matanya akan tumpah saat itu juga. Tiba-tiba Heru merangkulnya, hingga wajah mereka saling bertatapan.
"Tapi aku sedih, dia nolak aku!"
Mira tidak sanggup lagi berkata-kata, ia langsung mendorong dengan keras tubuh Heru, hingga menabrak lemari pakaian. Wanita itu ingin keluar dari kamar, tapi langkahnya terhenti.
"Kalau Wina selingkuhan kamu, lalu... lalu untuk apa kamu menikahi... istrimu?"
"Mira? Wanita itu hanya mainanku saja. Hahaha... dia bodohkan?"
Heru sama sekali tidak sadar ia sedang berbicara dengan siapa.
Mira menyesal, kenapa ia harus mendengar ini dari mulut suaminya secara langsung seperti ini? Mira sudah tidak tahan lagi dengan semua ini. Wanita itu segera menyambar vas bunga pajangan yang ada, lalu segera membantingnya dan segera berlari keluar dengan mata yang basah.
Rachel yang sedang membersihkan luka dilututnya, juga terkejut mendengar suara barang pecah. Segera ia keluar dan turun untuk melihat apa yang telah terjadi.
Sesampainya ia dibawah, anak perempuan itu melihat pintu kamar orangtuanya terbuka dan Ayahnya terlihat tidur dilantai. Lalu tatapannya beralih, dilihatnya Ibunya yang berlari keluar rumah.
"Kak, ini... ada apa?"
Adit menatap adiknya dengan tatapan sedih.
"Ka...karena Rachel kan, Ayah sama hiks... Ibu bertengkar?" tanya Rachel sambil terisak menahan tangis.
Adit langsung menarik Rachel dalam pelukkannya dan berkata, "Semuanya baik-baik aja. Kamu gak usah khawatir ya."
Setelah itu, Adit mengantarkan Rachel kembali ke kamarnya.
"Kamu tunggu disini, kakak ambil air buat bersihin luka kamu."
Rachel yang sudah duduk di tempat tidur pun mengangguk mengiyakan. Adit pun segera kembali ke bawah untuk mengambil air panas.
Tinggallah Rachel dalam kamar seorang diri. Pikiran Rachel terbang-terbang tak tententu arah. Tanpa ia anak perempuan itu sadari, bulir-buliran air mata telah membasahi pipinya.
'Ayah sama Ibu lagi berantem. Ya Tuhan, aku harus cerita sama siapa?'
Tanpa Rachel sadari Adit yang pamit mengambil air telah kembali dan sedang melihatnya menangis.
'Sepertinya, ada sesuatu yang terjadi sama Rachel. Aku harus tanya Kenzo besok!'
***