Saat ini Heru sedang bersiap-siap di kamarnya. Tadi pagi saat sedang sarapan, Wina mantan pacarnya dulu mengirimkan sebuah pesan. Wanita itu mengajaknya bertemu untuk memberikan jawaban atas ajakannya kemarin. Heru sangat menantikan jawaban Wina, dan ia berharap Wina menerima ajakannya untuk berpacaran secara diam-diam, alias selingkuh.
Sebenarnya ide ini sangat gila, menurutnya. Tapi keinginan untuk memiliki Wina yang sudah sejak lama hilang, kini kembali lagi. Dan rasa itu muncul pada saat ia sudah berumah tangga dengan orang lain. Otaknya sudah benar-benar kehilangan kewarasannya karena kehadiran Wina.
Saat sedang asik bercermin, tiba-tiba ponselnya di atas meja nakas berdering, menandakan sebuah pesan masuk. Buru-buru ia mengambil ponsel tersebut dan membacanya.
From: Wina.
Her, kita ketemuan di The Central Garden hotel ya. Kita makan siang bareng, sekalian aku mau kasih jawaban yang kemarin.
Setelah membaca pesan dari Wina, Heru pun tersenyum tipis lalu segera menyambar kunci motor miliknya dan keluar dari kamar.
Saat Pria itu keluar dari kamarnya, tidak segaja ia berpapasan dengan Adit, putranya.
"Lho, Ayah? Mau kemana?" tanya Adit heran.
"Temen Ayah ngajak ketemu di hotel. Udah ya, Ayah udah telat. Kamu jangan lupa makan ya!"
Selesai mengucapkan kalimatnya, Heru pun segera mengendarai motornya. Meninggalkan Adit dan Rachel di rumah.
Sebuah mobil mewah berhenti di depan loby hotel The Central Garden. Ketika pintu penumpang terbuka, terlihat seorang wanita pertengahan empat puluhan keluar dari sebuah mobil. Wanita itu memakai gaun terusan berwana hitam yang memperlihatkan lekuk tubuhnya, membawa tas tangan yang terbuat dari kulit ular, serta mengenakan sepatu high heels berwarna senada dengan gaunnya.
Wanita itu terlihat sangat berkelas dan modis. Sangat cocok dengan hotel berkelas yang baru saja ia masuki. Ia terus saja berjalan menuju restoran hotel, tempat ia janji bertemu dengan seseorang.
Sesampainya ia di restoran hotel tersebut, ada seorang pelayan yang datang menghampirinya. Mereka terlihat berbincang sebentar, lalu si pelayan membawa wanita itu ke sebuah meja. Dimana seseorang sudah menunggunya.
"Hei, Win. Akhirnya sampe juga kamu." tegur Heru
"Udah lama nunggu?" tanya Wina sembari tersenyum dan hendak menarik kursi.
Dengan cepat Heru menahan gerakan tangan Wina dan menggantikannya untuk menarik kursi tersebut, lalu mempersilahkan Wina untuk duduk.
Wina mengucapkan kata 'terimakasih' sambil tersenyum manis. Senyuman yang paling dirindukan Heru. Dengan melihatnya saja mampu membuat ia ikut tersenyum.
"Kamu mau ngomong apa?" tanya Heru mulai serius.
"Kita makan dulu aja, ya?" ajak Wina sambil membuka buku menu.
"Okay. Aku ikut kamu aja." kata Heru sambil tersenyum
Tepat pada saat Wina ingin mengangkat sebelah tangannya, ia melihat sesuatu yang membuatnya terkejut. Ternyata lima meja di sebelahnya ada suaminya dan... Mira. Buru-buru ia memalingkan wajahnya dan menutupinya dengan buku menu.
Heru yang melihat tingkah aneh Wina pun bertanya dengan berbisik.
"Ada apa, Win?"
"Sst! Ada suami aku. Tuh disana..." sambil menunjuk ke arah meja Arga.
Heru melihat ke arah yang di tunjuk Wina dan betapa terkejutnya ia, ketika melihat Mira yang berdiri di belakang seorang pria. Ia pun langsung memalingkan wajahnya ke arah Wina dan mengajak wanita itu pergi dari sana. Bukan karena ingin menyelamatkan Wina, melainkan ingin melarikan diri dari Mira.
Sementara itu di sekolah, sekarang jam makan siang, Vinez dan Aulia berjalan ke kantin. Sesampainya di kantin, mereka melihat Claudi melambaikan sebelah tangannya, mereka pun menghampiri meja Claudi.
"Kenapa kak?" tanya mereka kompak.
"Rachel mana?"
Aulia hanya menggeleng. "Lo tau?"
"Tadi pagi sih gue liat. Tapi gak tau deh dia kemana." jawab Vinez
"Ooo ya udah deh. Padahal gue mau kenalin dia sama Satria." Claudi berlagak sedih.
"Satria yang preman itu, kak? Lo yakin, kak?"
Claudi pun dengan cepat mengangguk." Jadi gini nih,"
Claudi pun menceritakan maksud dan tujuannya kepada Aulia dan Vinez. Awalnya mereka tidak setuju, masa iya teman mereka mau dikenalkan pada preman sekolah macam Satria.
Tapi Claudi tahu kelemahan mereka yang ada pada KAB. Jadi, ia dengan sengaja berkata itu semua demi idola mereka. Akhirnya dengan sangat terpaksa mereka menyetujui ide Claudi.
***