Seperti hari-hari kemarin, Rachel pergi ke sekolah naik angkutan umum. Setibanya ia di sekolah, ia melihat papan pengumuman sebentar, lalu anak perempuan itu berjalan sambil mendendangkan lagu kpop favoritnya.
Langkahnya terhenti di luar kelasnya, akibat ia melihat sesuatu yang tidak biasanya. Laura dan kedua orang temannya. Entah apa tujuan mereka, sepertinya sedang menunggu seseorang. Dengan perasaan was-was, Rachel melanjutkan berjalan kearah pintu masuk kelasnya.
Saat Rachel ingin melewati mereka, ia dihalangi oleh tangan Nela yang menghadang dirinya. Tanpa menunggu lama, Rachel segera di tarik menuju ke toilet yang sudah tidak terpakai, tempat dimana ia pernah dibully untuk yang pertama kali. Entah apa jadinya jika waktu itu tidak ada Claudi yang membantunya. Sekarang ini Rachel sangat berharap bantuan dari Claudi atau seseorang.
Tepat pada saat itu, Satria yang habis merokok di taman belakang, dekat toilet yang sudah tidak terpakai pun muncul. Ia ingin kembali ke kelasnya untuk mengambil sesuatu. Dilihatnya Rachel yang ditarik paksa oleh Nela. Tanpa menunggu lama lagi, ia segera berlari ingin menolong Rachel.
Akan tetapi, langkahnya tertahan dan tangannya di cegat oleh Claudi.
"Udah, gak usah ikut campur."
"Tapi gim-," ucapan Satria tertahan karena jari telunjuk milik Rachel menempel dibibirnya.
"Kita gak usah kotorin tangan kita." ujar Claudi sambil tersenyum licik.
Satria ikut tersenyum melihat Claudi tersenyum kemudian mencubit gemas pipi anak perempuan itu. "Pinter banget sih kamu."
Setelah itu Satria dan Claudi pun berjalan kembali ke kelas bersama. Sementara itu di dalam toilet,
"A-ampun kak. Salah... Salah aku apa?" tangis Rachel
"Banyak. Nih rasain!"
Tanpa menunggu lama, Nela langsung melempar seekor cacing ke arah Rachel. Sebelum dilempari dengan cacing, ia sempat melihat Claudi berjalan dengan seorang anak laki-laki. Namun sayang, ia tidak sempat melihat wajah dari anak laki-laki itu.
Akibat kejadian tadi pagi, Rachel terpaksa membolos sekolah dan pulang. Sesampainya di rumah, ia masuk tanpa mengucapkan salam. Ayah, Ibunya yang belum berangkat kerja, dan kakaknya heran melihat Rachel yang kembali secepat ini.
Anak perempuan itu terus saja berjalan sambil menghentak-hentakkan kakinya dan tanpa berbicara apapun. Sampai dikamarnya pun ia menutup pintu dengan cara dibanting.
"Tuh anak, kesurupan apa sih? Ditanyain orangtua bukannya jawab, malah nyelonong aja." sungut Adit sambil menaruh mangkuk mie yang baru saja matang ke meja.
"Rachel kenapa ya?" tanya Heru.
"Ibu juga gak tau, Yah. Dit, coba kamu liat adikmu." suruh Mira pada Adit.
Adit yang baru saja hendak menyuapkan sesendok mie ke dalam mulutnya, terpaksa harus kembali menaruh sendoknya dan pergi ke atas, ke kamar Rachel untuk menanyakan apa yang telah terjadi padanya.
Pada saat Adit sedang ke atas, tinggallah Heru dan Mira berdua di meja makan. Heru sedang menikmati mie rebus yang di buat oleh anak laki-lakinya, sementara itu Mira sedang serius mempersiapkan bahan presentasi untuk meetingnya nanti.
Heru yang sangat pintar mengambil kesempatan dalam kesempitan, diam-diam mengambil ponselnya dan mulai berkirim pesan dengan Wina, tanpa sepengetahuan Mira.
"Mas, nanti aku ada meeting di hotel The Central Garden. Jadi pulangnya agak sorean, titip anak-anak ya" izin Mira pada Heru
Dengan cepat, Heru segera mematikan layar ponselnya dan mengalihkan pandangannya ke Mira.
"Ok. Perlu di anter?"
"Gak usah, kamu jaga aja anak-anak, a-"
"KELUAR GUE BILANG!!!"
Suara teriakan Rachel menghentikan Mira, dengan cepat kedua orang yang berada di meja makan langsung berlarian menuju kamar Rachel.
"Ada apa ini, Dit? "
"Kenapa Rachel sampe teriak-teriak?"
Tanya Ayah dan Ibunya dengan panik.
"Gak tau. Lagi PMS kali?!" jawab Adit acuh sambil melewati kedua orangtuanya.
***