Sabtu pagi disekolah, Alex duduk termunung di bangkunya. Ia sedang memikirkan, apa ia harus jujur kepada Papanya, soal apa yang dilihatnya kemarin? Di satu sisi ia tidak suka melihat Mamanya dekat dengan pria lain, tapi di satu sisi ia juga tidak ingin orangtuanya bertengkar. Anak laki-laki itu cukup mengetahui, kalau orangtuanya bertengkar, pasti ia dan kakaknya yang akan menjadi korban dan mungkin saja anak laki-laki itu akan menjadi anak broken home. Memikirkannya saja sudah membuat ia bergidik ngeri.
Dari pada memikirkan hal yang tidak-tidak, lebih baik ia memikirkan hal yang indah-indah. Contohnya saja... tawa seorang anak perempuan yang sedang berbalas pesan di ponselnya, tiba-tiba muncul dalam pikirannya.
Alex ikut tersenyum ketika memikirkan hal itu, tapi detik berikutnya, ia segera menggeleng-gelengkan kepalanya. 'Gak, gak, gak. Lo mikir apaan sih, Lex? Lo udah gila, ya?!'
Saat Alex sedang berusaha menghalau pikirannya tentang Rachel, ia tidak sadar jika sudah ada Brian dan Kenzo yang sedang memperhatikan gerak geriknya.
"Lex, lo gak apa-apa kan?" tanya Kenzo dengan raut wajah khawatir.
"Lho, Kenzo, Brian kok kalian ada di meja gue?"bukannya menjawab, Alex malah balik bertanya.
"Fix, dia gak fokus! Makan dulu biar fokus." ajak Brian yang diangguki Kenzo
Alex menyetujui ajakan Brian untuk makan. Kemungkinan habis makan ia jadi bisa mengambil keputusan dan kebetulan juga ia tidak sarapan pagi ini.
Dikantin, Rachel, Claudi, Aulia, dan Vinez saat ini sedang duduk makan di kantin, sambil mengobrol. Dengan mudahnya, Claudi dapat berbaur dengan mereka. Walaupun Claudi tidak tulus kepada mereka, dengan kata lain Claudi mendekati mereka dengan maksud dan tujuan.
Tiba-tiba, suara riuh memenuhi kantin. Claudi Aulia bahkan Vinez telah hafal betul, jika ada suara teriakan seperti ini berarti KAB, idola sekolah mereka akan datang. Berbeda dengan Rachel yang terlihat panik sendiri.
"Itu pada kenapa ya? Duh, jangan-jangan ada tawuran antar kelas lagi."
Hening.
"Hahaha..."
Claudi tertawa terbahak-bahak diikuti dengan Aulia dan Vinez, sempat juga terjadi jeda. Rachel menatap heran teman-temannya. Kayaknya tidak ada yang salah dari perkataannya barusan, tapi kenapa mereka tertawa?
"Itu KAB. Bukan tawuran, Rachel." kata Claudi sambil mencoba menahan tawanya.
Rachel hanya bisa tertunduk dengan wajah yang tersipu malu.
Tidak lama kemudian, suara teriakan itu makin jelas terdengar oleh mereka. Itu berarti KAB akan melewati meja mereka. Dengan jurus cepat, Aulia dan Vinez langsung merapihkan penampilan mereka, dengan harapan mereka dapat dilirik oleh salah satu dari anggota basket yang populer di sekolah mereka.
Pada saat Alex melewati meja mereka, Rachel tersenyum pada Alex. Sebenarnya bukan kepada Alex saja, tapi lebih kepada Kenzo yang berdiri di sampingnya. Alex pun mengacuhkan senyuman Rachel, tapi kemudian anak laki-laki itu melongo ketika melihat Kenzo menghampiri Rachel dengan senyum diwajahnya. 'Sial. Kayaknya gue yang kegeeran!'
Alex menyadari sahabat-sahabatnya itu tidak lagi mengikutinya. Ia langsung menghentikan langkahnya dan berbalik. Anak laki-laki itu melihat sahabatnya menghampiri Claudi yang duduk bersama dengan Rachel. 'Ngapain sih mereka?' Alex langsung menatap mereka dengan pandangan tidak suka, namun tetap menghampiri mereka.
"Eh, kak Alex mau roti, gak?" tawar Rachel pada Alex yang baru sampai.
Alex yang perasaannya sedang campur aduk layaknya gado-gado, tidak membalas ucapaan ramah Rachel. Itu semua tidak luput dari pandangan Kenzo, Brian, Claudi, Aulia dan juga Vinez.
Kenzo langung buru-buru mengalihkan percakapan, agar Rachel tidak menjadi bahan tertawaan. Tapi, tetap saja Rachel menjadi bahan tertawaan, karena Claudi dengan sengaja mengungkit masalah itu.
"Gue kan cuma mau bersikap lebih baik dari kemaren, emang salah ya?" sungut Rachel.
"Hei Hel, lo harusnya sadar dong. Jangankan lo, gue yang ngasih aja belom tentu di terima." seru Vinez
"Yang jelas mereka tuh kayak langit, sulit tergapai. Kecuali kak Claudi, ya gak kak?"
Claudi yang masih berusaha mencerna kejadian Alex menolak pemberian Rachel pun tersenyum sambil mengangguk. 'Apa jangan-jangan gue yang salah?' Lalu sebuah ide pun muncul dikepala Claudi.
"Dari pada kamu sedih terus mikirin kak Alex, gimana kalo kakak kenalin sama temen kakak?"
"Duh gimana ya kak? Coba nanti Rachel pikir-pikir dulu deh." jawab Rachel
"Ok. Nanti kalau udah, bilang ya!"
Claudia akhirnya dapat bernafas dengan lega sekarang. Ia memiliki sebuah rencana yang mungkin, akan menjadi pemecah dua masalah sekaligus.
***