Saat melihat Brian ingin pamit pulang, Wina dan juga Heru baru menyadari kalau hari telah sore. Jam demi jam mereka telah lewati untuk mengenang masa lalu. Mereka sama-sama menyesal telah mengambil keputusan ini. Kalau bukan karena orangtua Wina menentang hubungannya dengan Heru, pasti mereka sekarang hidup bahagia dengan anak-anak mereka.
Setelah Brian pamit pulang, Wina mengambil cangkir teh yang tadi dibuatkan Heru lalu menyeruputnya sedikit.
"Udah sore nih, aku pulang dulu. Suami aku mungkin sebentar lagi sampai rumah."
Heru tertohok hatinya ketika mendengar kata 'suami' keluar dari mulut wanita yang membuatnya menjadi pria yang paling 'brengsek' di dunia. Tapi, ia masih memaksakan diri untuk tersemyum pada Wina, "Gak kerasa ya, udah sore aja. Lain kali kamu mampir ke sini, ya?"
Wina mengangguk sambil tersenyum ke arah Heru. Pria itu mengantar Wanita itu sampai depan pintu.
"Oh ya Win, kamu... gak ada yang kelupaan?"
"Kelupaan? Apa?" tanya Wina sambil mencoba mengingat.
Lalu tiba-tiba dan tanpa rasa malu, Heru menarik hidung Wina dengan iseng. Wanita itu tersenyum heran sambil menatap Heru heran.
"Kebiasaan dari dulu. Anak kamu mau ditinggal, hm?"
Wina menepuk dahinya, "Oh iya aku lupa, anak aku. Sory."
"Buruan gih jemput. Dia ada di atas, di kamar anak aku." kata Heru sembari mengacak rambut Wina yang dibiarkan tergerai
Tanpa Heru sadari Wina diam-diam sangat merindukan semua perlakuan Heru padanya, termasuk mengacak rambutnya. Apalagi mengingat kondisi rumah tangganya saat ini.
Tok. Tok. Tok.
Dua orang anak yang sedang membaca buku langsung melihat ke arah pintu yang terketuk.
Seorang anak perempuan berjalan untuk membukakan pintu, sementara anak laki-laki itu kembali melanjutkan membaca buku.
"Eh, tante. Mau cari mau pulang, ya?" tanya Rachel ramah.
"Iya nih. Alexnya ada?"
"Iya ada, lagi baca buku. Masuk, tan."
Kemudian Rachel membuka pintu agak lebar untuk mempersilahkan Wina masuk.
"Yah, Rachel kenapa dikasih buku? Alamat gak mau pulang nih."
Rachel menjadi serba salah mendengar hal itu.
"Tapi gak apa-apa. Kalau dia gak mau pulang, tante seret dia!" seru Wina
Ibu dari Kakak kelas Rachel pun segera masuk ke kamarnya dan langsung menghampiri Alex.
"Ayo pulang, udah sore nati Papa nyariin, lho." seru Wina
"Bentar, tanggung ah Ma." kata Alex tanpa mengalihkan perhatiannya dari buku yang sedang dibacanya.
"Ok. 5 menit." putus Wina akhirnya.
Rachel segera mengambilkan Wina sebuah kursi untuk duduk. Dan sudah lewat 5 menit, tapi Alex masih saja membaca buku.
Tidak bisa menunggu lagi, Wina berdiri dari duduknya menghampiri Alex dan menjewer telinga anaknya sambil menyeret anaknya untuk segera pulang. Rachel yang melihat itu hanya bisa menahan tawa melihat Alex yang kesakitan. 'Hahaha rasain loh, bandel sih.'
Beberapa saat kemudian perhatian Rachel beralih ke tangan Alex yang masih memegang buku miliknya. Loh, loh, loh, itukan buku gue?! Mau dibawa kemana-'
Heru yang melihat sikap aneh anaknya yang ingin mencegah anak dari mantan kekasihnya itu, langsung mencegah anaknya.
"Udah, besok kan ketemu lagi."
"Tapi, Ayah bu-. Ya udah deh."
Rachel akhirnya merelakan buku miliknya dibawaoleh Alex.
Ditempat lain, di pinggir kolam renang sebuah rumah mewah, terdapat tiga orang anak perempuan sedang membicarakan sesuatu. Wajah mereka tampak serius, terutama untuk Vinez. Apalagi setelah mendengar bahwa Rachel menampar Alex. Ia langsung menggebrak meja saking marahnya, membuat Claudi, si tuan rumah dan Aulia, sahabatnya terkejut dengan reaksi Vinez.
"Eh, tenang dulu. Dengerin cerita Kak Claudi dulu." kata Aulia menenangkan Vinez.
"Tenang lo bilang, Li? Mana bisa, apalagi ini udah tentang fisik"
Diam-Diam Claudi tersenyum licik. Baginya yang seorang anak tunggal pewaris mapple grup, mencari sebuah informasi tentang seseorang adalah hal kecil baginya. Bila siangnya ia mengingnkan sesuatu, malamnya pasti sudah ia dapatkan.
Tiba-tiba ponsel yang ia letakkan di atas meja, berdering, dan menunjukkan satu nontifikasi pesan yang belum dibaca.
'Dia... Ngapain chat gue malem-malem.'
***