Chereads / The History About Us. / Chapter 18 - Bagian 17.

Chapter 18 - Bagian 17.

Tadi begitu bel pulang berdering, Kenzo buru-buru pulang tanpa berpamitan pada sahabat-sahabatnya. Alasan anak laki-laki itu adalah ingin mendengarkan cerita dari Kakak sahabatnya tentang hal apa yang terjadi setelah ia pindah. Ia sangat penasaran akan hal itu. Bertahun-tahun terpisah membuat dirinya ketinggalan berita tentang Rachel.

Ya, Rachel adalah sahabat Kenzo sewaktu mereka kecil. Mereka satu lingkungan dan tidak terlalu banyak anak kecil  di lingkungan mereka. Hingga membuat keduanya cukup dekat, dan juga umur mereka tidak terlalu beda jauh. Hanya beda satu tahun saja.

Yang membuat Kenzo  heran adalah, mengapa sewaktu ia pertama bertemu dengan Rachel, anak perempuan itu sama sekali tidak mengenalinya. Padahal waktu itu ia tidak sedang menggunakan kacamata, yang membuatnya jadi sedikit berbeda. Ini semua meninggalkan tanda tanya yang besar dan harus dicari tau kebenarannya.

Tidak lama kemudian, anak laki-laki itu telah berdiri depan rumah sahabat kecilnya. Ia segera mengetuk pintu rumah itu dan tidak lama kemudian Adit, Kakak Rachel pun keluar.

"Eh, lo Zo duduk. Mau minum apa?"

"Gak perlu repot-repot. Air putih dingin aja."

"Oke, bentar ya."

Adit pun kembali masuk ke dalam rumah sementara Kenzo menunggu Adit. Sambil menunggu Adit, ia sibuk dengan ponselnya karena Ibunya mengirimkan pesan padanya. Tidak lama kemudian, Adit datang dengan dua gelas sirup dingin di tangan.

"Kok sirop?" tanya Kenzo

"Kebetulan ada aja, juga lo keliatannya haus banget."

"Emang deh, lo sohib gue banget! Gue minum, ya"

Tanpa menunggu persetujuan Adit, Kenzo segera menegak sirupnya sampai tersisa setengahnya.

"Buset, haus banget lo. Mau nambah?" Adit berbaik hati menawarkan.

"Gue ke sini bukan buat minum, tapi gue mau tanya tentang Rachel.

Begitu mendengar nama Adiknya disebut, wajah Adit langsung berubah menjadi serius.

"Ada apa sama adik gue?"

"Dia gak ngenalin gue, Kak. Lo tau penyebabnya?"

Wajah Adit yang tadinya tegang, kini pelan-pelan berubah. Ia tertunduk seperti, orang yang tidak tau harus mengatakan apa.

"Melihat lo tertunduk gini, pasti ada sesuatu kan?"

"Tapi lo jangan bilang bonyok* gue. Gue takut mereka tambah sedih."

Anak laki-laki yang masih mengenakan seragam sekolah itu pun mengangguk. Walaupun ia tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, tapi itu justru membuatnya gugup. Sebisa mungkin ia tahan kegugupannya itu.

Tanpa Adit ketahui, Ayahnya sedang mencuri dengar pembicaraan mereka. Heru sangat penasaran, hal apa yang disembunyikan oleh anak tertuanya, sampai-sampai melarang Kenzo memberitau dirinya dan istri tentang keadaan putri mereka.

Tadinya ia ke ruang tamu hanya ingin menelepon Rachel, menanyakan lokasinya saat ini. Tapi begitu ia akan menuju ke meja telepon, pria itu malah tidak sengaja mendengar Kenzo berbicara tentang putrinya.

"Ingatan Rachel, khususnya tentang masa kecil kita, hilang Zo." ujar Adit sembari menunduk.

"Kok bisa?! A-apa yang terjadi?" keterkejutan sangat jelas tergambar di wajah Kenzo

Adit menatap Kenzo dengan tatapan sedih.

"Itu karena-" Adit membungkam mulutnya agar tangisnya tidak pecah.

Perkataan laki-laki itu terhenti karena air matanya yang sudah mengenang. Ia mengambil nafas dalam, lalu melanjutkan perkataannya.

"Itu karena kecelakaan yang dialaminya setahun yang lalu."

Ini semua seperti mimpi bagi Kenzo. Anak laki-laki sama sekali tidak menduga hal ini akan dialami oleh sahabat kecilnya, orang yang seharusnya ia jaga dengan baik.

"Jadi selain kecelakaan itu menyisakan luka di dahi Rachel, ia juga kehilangan ingatannya di masa kecilnya."

Heru yang mendengar itu tidak tau harus berbuat apa. Ingin rasanya ia keluar dan memarahi Adit, atas apa yang telah ia sembunyikan selama inu. Tapi situasinya tidak memungkinkan untuk ia keluar.

Tiba-tiba telepon rumahnya berdering, membuatnya sangat terkejut. Buru-buru ia mengangkat telepon tersebut, sebelum Adit masuk dan melihatnya.

"Halo, siapa ini?"

"..."

"Oh Rachel. Bentar lagi mau pulang?"

Heru segaja berbicara dengan suara yang keras, terutama saat menyebutkan nama Rachel agar Adit dan Kenzo dapat mendengarnya.

"Kak, kayaknya Rachel mau pulang."

Kenzo buru-buru berdiri dan mengambil tasnya, "Kayaknya gue mesti balik."

Adit segera berdiri dari duduknya sembari menghapus jejak air mata yang tersisa di matanya.

"Hati-hati ya. Kapan pun lo mau main, pintu rumah gue bakal kebuka buat lo."

Kenzo tersenyum tipis dan segera meninggalkan rumah Rachel.

Sementara itu Adit kembali masuk, sebelum masuk ia melongokkan kepalanya terlebih dahulu. Karena sepertinya tadi telepon rumahnya berdering dan ia mendengar suara Ayahnya. Setelah dirasa aman, anak laki-laki itu pun segera masuk dan melanjutkan bermain game di ponselnya.

***