CKLEK.
"Kak Laura?"
Rachel mengira Laura kembali dan akan melepaskannya. Tapi ia salah, karena seorang anak perempuan berkulit putih dan memiliki rambut panjang yang telah membukakan pintu untuknya. 'Kelihatannya dia Kakak kelas.'
"K-kamu siapa?" tanya Rachel dengan suara yang sedikit bergetar.
"Pertama-tama kita keluar dari sini dan cari tempat untuk ngobrol."
Rachel mengangguk setuju dengan ide yang diberikan oleh anak itu.
Kemudian anak perempuan itu memapah Rachel dan keluar dari kamar mandi tersebut. Ia membawa Rachel duduk di bangku koridor dan memberikannya sebotol minuman, agar membantunya untuk menenangkan diri. Setelah agak tenang, anak perempuan itu bertanya tentang apa yang sebenarnya terjadi pada Rachel.
"Kamu kok bisa dikurung di toilet, kenapa?"
Rachel agak ragu untuk menceritakan hal tersebut, apalagi ia belum mengenal anak itu. Maklum dengan sikap Rachel, anak perempuan itu segera mengulurkan tangannya, mengajak Rachel berkenalan.
"Aku Claudi, btw aku itu Kakak kelas kamu, lho. Kamu anak kelas 10 kan?"
Rachel mengulurkan tangannya untuk mengajaknya berkenalan sembari menganggukkan kepalanya. "Aku Rac-"
"Aku tau, aku kan anggota OSIS jadi tau nama semua anak di sekolah ini."
"Termasuk KAB?" tanya Rachel ragu-ragu
Claudi pun mengangguk, "Lo juga kenal mereka?"
"Gak kenal-kenal amat sih. Cuma gue heran deh kak, emang bener kalo KAB punya fans clubnya sendiri?"
Claudi kembali mengangguk.
"Dan Kak Laura ketuanya?"
Claudi sudah menduga kalau saat perjalanan tadi, Laura telah membuat pengakuan yang tidak-tidak pada adik kelasnya ini.
"Lo dengerin gue baik-baik ya, dalam fans club KAB gak diketuai oleh siapa-siapa."
Bibir Rachel membentuk huruf 'o' kemudian ia tersenyum. Tapi senyumannya luntur ketika ia mengingat kejadian di kantin barusan. Tanpa menunggu lama lagi, Claudi segera menggambil kesempatan itu.
"Oh iya, btw kenapa lo bisa dikurung Laura di toilet?"
"Aku juga gak tau. Bingung aku juga,"
Claudi mengangguk-angguk mengerti, padahal sebenarnya ia mengetahui penyebab adik kelasnya itu dikurung oleh teman sekelasnya. Ah bukan, lebih tepatnya lagi adik kelas yang menjadi teman sekelas.
Siapa pun yang sudah mengenal Laura pasti paham alasan Laura mengurung Rachel. 'Siapa pun yang berusaha atau sengaja melukai Alex akan berurusan sama gue, Laura'. Itulah alasan Laura mengurung Rachel.
"Oh ya, boleh gak aku jadi salah satu temen kamu?" tanya Claudi pada Rachel.
Sebenarnya Rachel sempat ragu karena Claudi adalah Kakak kelas. Mana ada Kakak kelas yang mau berteman dengan adik kelas? Apalagi Claudi yang pertama kali, mengajak Rachel berteman. Sungguh sebuah keberuntungan bukan?
Pada saat Rachel akan menjawab, bel tiba-tiba berdering, menandakan waktu istirahat telah selesai. Claudi sudah berdiri dari duduknya, siap-siap akan berpamitan pada Rachel, dengan sigap Rachel menahan tangan Claudi.
"Emm Kak kalau Kakak gak keberatan mau gak nanti sepulang sekolah aku kenalin sama temen aku?"
'Ish, ribet tapi polos juga ini anak. Tapi gak apa-apa deh, siapa tau bisa gue manfaatin.'
Claudi pun tersenyum tipis, "Ok, boleh. Nanti pulang sekolah ketemu di gerbang depan, ya?"
Setelah mendapat jawaban dari Rachel, Claudi pun pamit pergi. Keduanya pun berpisah.
Selang waktu berjalan, akhirnya waktu pulang sekolah pun tiba. Begitu bel berdering, Rachel langsung bicara pada kedua temannya yang duduk di bangku depannya.
"Lia, Nez lo berdua habis dari sekolah ada acara gak?" tanya Rachel tanpa basa-basi.
"Gak ada. ."
"Gak ada, tuh. Kenapa emangnya?" tanya Aulia heran.
"Kita ke cafe, yuk. Gue mau kenalin lo sama seseorang!" seru Rachel antusias
Kedua teman barunya itu kompak mengangguk.
Setelah mereka selesai membereskan barang-barang mereka, ketiga remaja perempuan itu segera meninggalkan kelas.
Sesampainya mereka di gerbang sekolah, rupa-rupanya Claudi telah menunggu di depan gerbang. Banyak siswa dan siswi yang berjalan sambil memuji kecantikan yang di miliki oleh Claudi.
Rachel ingin berlari menghampiri Claudi, tapi ia ditahan oleh Aulia dan juga Vinez.
"Bentar, bentar. Orang kan yang lo mau kenalin ke kita?" tanya Vinez dengan wajah yang serius.
Anak perempuan yang ditanyai oleh temannya punmengangguk perlahan. 'Ada apa ini?'
"Tunjuk sekarang, anak itu." perintah Lia
Rachel segera menunjuk ke arah pagar sekolah yang terdapat, anak perempuan cantik yang sedang berdiri sambil memainkan ponsel miliknya.
kedua teman Rachel hanya dapat melongo, melihat ke arah orang yang akan dikenalkan pada mereka.
"Nez coba lo tampar gue."
PLAK.
BUGH.
"Au..., sakit goblok!"
Vinez yang saking terkejutnya sampai, tidak membalas pukulan maupun perkataan Lia. Biasanya ia paling gampang emosi ketika ada yang menyakitiunya atau mengatainya.
"Teman-teman, kalian baik-baik saja? Kok pada ngelamun, sih?"ujar Rachel sambil mengibas-ngibaskan sebelah tangannya di depan mereka berdua.
Tidak sampai tiga detik, mereka telah berlari ke arah Claudia. Dengan terpaksa dan tidak tau apa-apa Rachel pun berlari sambil meneriakkan nama keduanya. Membuat Claudi menoleh ke arah mereka dan langsung panik dibuatnya. Bagaimana tidak, bayangkan saja, ada dua orang anak perempuan yang tidak dikenalinya sedang berlari ke arahnya. Siapa pun orangnya akan panik jika ia tiba-tiba dikejar seperti itu.
Untungnya di belakang kedua anak tersebut, terdapat seorang anak perempuan yang mengejar mereka. Ia mengenali siapa anak perempuan itu.
"Rachel, hei. Sini!" teriak Claudi
Dan Rachel pun segera balas mengangkat tangannya juga. Kedua anak yang sedang berlari, menghentikan langkah mereka, karena terkejut dengan kenyataan.
Saat Rachel melewati mereka, lengannya ditahan oleh dua temannya dan mereka segera menarik Rachel beberapa langkah kebelakang dan berbalik.
"Serius, nih? Lo mau kenalin kita ke Kak Claudi?" tanya Vinez memastikan.
Anak perempuan itu yang bernama Rachel, hanya bisa menganggukkan kepala. Ia bingung dengan reaksi teman-temannya. Tapi detik selanjutnya, ia mengetahui alasannya.
"Hel, lo tau dia siapa?" tanya Aulia was-was.
"Siapa?" balas Rachel penuh tanya
"Dia itu satu-satunya anak perempuan yang deket sama KAB. Dia dewi sekolahan kita!"
Rachel terkejut mendengar berita itu, "Jangan cuma karena dia salah satu dari orang yang populer di sekolah kita, kita jadi takut temenan sama dia."
Kata-kata Rachel itu pun terdengar sampai ketelinga Claudi. 'Ternyata gak cuma polos tapi naif juga, nih anak.'
Claudi pun tersenyum ketika Rachel dan kedua temannya itu kembali berbalik dan memperkenalkan mereka satu persatu. Setelah itu mereka pun bersama-sama berjalan ke arah cafe.
***
Jangan lupa like dan comment 👍
Salam hangat, Koala Kecil 🐨