Mira membuka matanya perlahan. Hal pertama yang ia lihat adalah lampu putih. Kemudian wanita itu melihat sebuah infus tergantung di salah satu sisi tempat tidurnya saat ini. Barulah ia menyadari, saat ini ia sedang berada dirumah sakit. Begitu Mira menyadari saat ini ia sedang berada di salah satu kamar rawat, wanita itu mencoba menginggat hal apa yang telah terjadi padanya.
Saat sedang mengingat apa yang telah terjadi, tiba-tiba pintu kamar mandi pun terbuka dan Arga, atasannya di kantor muncul dari sana dengan lengan baju yang tergulung sampai sebatas siku. Memperlihatkan lengan miliknya yang kokoh dan sedikit berotot.
Mira terpesona akan keindahan yang ada di depannya saat ini. Tapi, detik berikutnya, ia langsung menyadarkan dirinya dengan cara memukul wajahnya sendiri. 'Sadar Mira, sadar! Masa iya kamu akan menghianati mas Heru? Coba pikirin nasib anak-anak!'
"Mir, kamu udah sadar?"
"..."
"Kamu gak apa-apa kan, Mir?" Arga bertanya dengan hati-hati sambil mendekati tempat tidur Mira.
Masih tidak ada jawaban dari Mira. Wanita itu terus saja memukuli pipinya sendiri. Karena takut Mira akan terluka, Arga segera menahan tangan Mira. Hal itu membuat Mira terkejut dan sontak memundurkan badannya hingga ia jatuh bersamaan dengan atasannya yang sedang memegang tangannya.
Tepat pada saat itu, Heru suami dari Mira membuka pintu ruangan tersebut. Betapa terkejutnya ia, ketika melihat istrinya berada di tempat tidur sedang rebahan, sedangkan ada pria lain yang menindih badan istrinya.
Heru yang melihat kejadian itu, sangat marah. Darahnya terasa mendidih dan ia segera berjalan ke arah sisi ranjang, kemudian pria itu menarik dengan kasar baju pria yang akan menyerang istrinya itu dan meninjunya.
"Mas Heru!" seru Mira yang terkejut dengan apa yang telah dilakukan suaminya pada atasannya.
"Berani kamu mendekati istri saya, hah?! Dasar bajingan kamu!" maki Heru.
"Sudah mas! Cukup. Berhenti, mas!" teriak Mira sambil berusaha mencopot selang infusnya. Setelah tercopot, ia langsung berlari ke arah suaminya dan menghentikannya.
"Ayo mas kita pulang. Pak Arga, maaf sepertinya saya harus pulang dengan suami saya. Permisi, pak."
Setelah berpamitan dengan Arga, Mira langsung menyeret Heru keluar dari ruangan itu. Setelah Heru tenang barulah Mira mengintergoisasi suaminya.
"Kamu ada masalah apa sih, mas? Sampai mukuliin Pak Arga, kayak tadi? Kamu tau gak, siapa orang yang kamu pukulin barusan?"
"Lagian dia berani gangguin istri orang, siapa pun yang liat pasti akan mukul dia! Emang siapa dia? Berani-beraninya-"
"Dia adalah atasan aku, orang yang punya kantor tempat aku kerja."
Jawaban Mira kali ini membuat Heru kini terdiam. Ia sama sekali tidak tau, kalau orang yang tadi ia pukuli adalah atasan istrinya di kantor.
"Maafin sku sayang, aku gak tau." Heru meminta maaf pada istrinya.
Mendengar permintaan maaf dari suaminya, Mira hanya memutar bola matanya malas, sebelum ia beranjak pergi dari sana.
Sementara itu di sekolahan, Rachel berjalan uring-uringan menuju ke kantin sekolah. Pikirannya sedari tadi terbang-terbang, ia merasa bersalah telah meninggalkan Ibunya sendirian tadi. Kalau bukan hari ini ia kebagian tugas piket, ia pasti tidak akan meninggalkan Ibunya seorang diri.
Kedua sahabatnya itu sedang mengerjakan sesuata di kelas, jadilah Rachel seorang diri pergi ke kantin. Sesampainya ia di kantin, Anak perempuan itu segera menghampiri salah satu counter yang menjual makanan dan minuman, lalu memesannya.
Setelah Rachel selesai memesan, ia segera membawa pesanan makannya menuju meja kosong. Namun pikirannya masih terganggu karena kejadian tadi pagi, hingga ia menabrak seorang siswa yang sedang berjalan. Yang membuat makanan dan minuman miliknya tumpah semua, mengenai baju anak itu.
BRAK.
"Woiii!!!"
"Aduh maaf, maaf, maaf. Aku gak sengaja!" seru Rachel sambil mencoba memberdihkan baju anak itu.
"Lo, kalau jalan pake mata! Kotorkan baju gue?!"
'Pakai kaki kali.' balas Rachel dalam hati sambil terus mengelap baju anak itu.
"Iya maaf, maaf. Lho, Kak Alex?"
"Baju gue... Awas ya, lo. Liat lo, ntar!" seru Alex sambil berlalu pergi.
Seisi kantin memperhatikan kejadian itu, khususnya anak perempuan yang mengidolakan Alex. 'Duh, gue diliatin sama fansnya lagi, berasa lagi ditatap malaikat maut! Kabur ah...'
Rachel segera berlari keluar dari kantin, saat ditrngah jalan ia dicegat oleh tiga anak perempuan. Mereka langsung menyeret Rachel ke arah kamar mandi dan mengirungnya di sana.
"Woi, buka! Kalian siapa? Apa salah gue?" teriak Rachel.
Lalu salah satu dari mereka menjawab, "Peraturannya adalah siapa pun yang berani mencelakai Alexku, akan berurusan sama gue. Laura Smith, ketua club KAB lovers! Ngerti?"
"Tapikan aku gak sengaja! Laura buka!!!" teriak Rachel
"Heh, lo gak sopan bngt ya sama Kakak kelas! Untuk hukuman tambahan, gue bakalan kurung lo sampe pulang! So enjpy your time here, bye."
"Kak Laura, Kak, Kakak."
Laura nama anak yang telah mengurung Rachel, telah pergi bersama dua orang temannya meninggalkan Rachel yang terkurung dalam kamar mandi. Setelah Laura, Nela, dan Vita pergi, dari balik sebuah tembok muncullah seorang anak perempuan dan langsung membukakan pintu tersebut.
"Kak Laura?"
***