Chereads / The History About Us. / Chapter 13 - Bagian 12.

Chapter 13 - Bagian 12.

Tidak terasa sudah enam bulan, Rachel dan keluarganya pindah ke Jakarta. Itu artinya sebentar lagi, Rachel akan segera melewati ujian tengah semester. Selama itu pula Kenzo berusaha untuk mendekati Rachel, akan tetapi sikap Rachel yang cuek yang membuatnya susah untuk mendekati gadis itu. Bahkan ia telah bertekad, akan menanyakan apa yang terjadi pada Rachel yang tidak ia ketahui pada Adit, Kakak Rachel.

Disuatu pagi, keluarga Pratama sedang sarapan bersama. Wajah mereka pun terlihat tampak segar karena masih pagi. Tapi, tidak untuk Mira. Wajahnya terlihat sangat pucat dan tangannya agak sedikit gemetar untuk sekedar mengangkat sendok.

Untungnya, Adit, anak tertua Mira dan Heru menyadari hal aneh yang terjadi pada Ibu mereka.

"Ibu kenapa?" satu pertanya Adit membuat Rachel dan Heru memperhatikan Mira.

Rachel memperhatikan Ibunya yang duduk dibangku tepat di sebelahnya dengan saksama. Wajah Mira terlihat lesu dan ia sama sekali tidak berselera makan. Dari tadi, wanita itu hanya mengaduk-aduk makanannya.

"Kamu lagi gak enak badan, Mir?'' tanya Heru yang mulai perhatian.

Rachel mulai menggerakkan tangannya untuk menyentuh kening Ibunya, memeriksa apakah Ibunya itu sedang sakit ataukah tidak.

Ketika tangan Rachel hampir menyentuh keningnya, dengan cepat Mira langsung berdiri dari duduknya sambil menggebrak meja. Karena tindakkannya itu, semua mata kini memandangnya penuh tanya. Beruntung otak Mira sangat cerdas jadi, ia bisa dengan mudah membuat alasan.

"Em, maaf nih kayaknya Ibu harus ke kantor. Ibu lupa kalau pagi ini, Ibu ada meeting."

"Aku anter gimana?" tanya Adit yang cemas akan kondisi Ibunya

Baru saja Mira akan menjawab, Rachel dengan cepat memotong pembicaraan mereka,

"Kak, gimana kalau Ibu bareng aku aja. Searah juga kan?" Rachel memberikan usul

Setelah Adit berpikir ulang, akhirnya ia menyetujui ide adiknya. "Tapi kalau ada apa-apa langsung telepon Kakak, ya?"

Rachel langsung mengacungkan jari jempolnya lalu berpamitan kepada Ayahnya dan pergi menuju pintu utama bersa Ibu dan Kakaknya.

Adit mengantar Ibu dan adiknya sampai kedepan pagar. Setelah mereka sudah tidak terlihat lagi, ia hendak berbalik dan masuk. Tapi langkahnya terhenti ketika, ia melihat seseorang dari masa lalunya.

Selama mereka berjalan, Mira lebih memilih diam saja. Bukan karena ia ingin menghemat tenaga ataupun binggung memilih topik pembicaraan. Alasannya adalah karena, ia sedang memikirkan cara supaya anaknya itu bisa pergi, karena ia ingin minum obat sebelum tiba dikantornya.

Saat Mira sibuk dengan pikirannya, tiba-tiba saja Rachel bertetiak dan hal itu berhasil membuat Mira yang berada di sebelahnya itu panik seketika.

"Hel, Rachel kamu gak apa-apa kan? Mana yang sakit, nak? Bilang sama Ibu."

Rachel menggelengkan kepalanya beberapa kali kemudian, ia segera menunjukkan ponselnya kearah Ibunya dengan wajah bersalah.

From: Aulia.

Hel lo dimana, hari ini bagian lo piket!

Rachel melirik Ibunya khawatir, sekarang ia sangat bingung. Antara harus ke sekolah atau harus menemani Ibunya.

"Ada apa, sayang?"

"Emm, Ibu gak apa-apa kalau aku tinggal? Aku lupa kalau hari ini aku tugas piket..." kata Rachel seraya meringis.

'Akhirnya bisa minum obat juga.'

"Ya udah kamu pergi aja, lagian Ibu bisa kok sendiri."

"Beneran nih?"

"Iya, Rachel putriku sayang. Lagian kalau Ibu jatoh, jatohnya juga ke bawah."

Rachel tidak bisa menahan senyumannya, karena candaan Ibunya yang terdengar classic bahkan jadul.

"Hehehe, Ibu ini bisa aja. Ya udah, Rachel pamit ya, Bu. Kalau ada apa-apa kabarin aku, Kak Adit, atau Aya-"

"STOP!!! Udah cukup. Kamu itu udah terlambat, jadi sebaiknya kamu cepetan pergi sebelum dihukum."

Rachel seperti tidak tega membiarkan Mira pergi seorang diri. Muncul sebuah kekhawatiran dihatinya. 'Jadi seperti ini rasanya khawatir. Selama ini aku tidak pernah merasa khawatir, justru orang lain yang mengkhawatirkan aku.'

"Ibu yakin bisa?" tanya Rachel sekali lagi untuk memastikan

"Iya, sayang. Cepet gih berangkat."

Akhirnya dengan berat hati, Rachel berjalan pergi meninggalkan Ibunya seorang diri.

Setelah Rachel pergi, dengan segera Mira meronggah tasnya untuk mencari tempat obatnya. Seingatnya, kemarin ia melihat tempat obat miliknya ada di dalam tas.

Namun, Mira sudah mencarinya bahkan di resleting depan dan belakang, tapi tetap saja wanita itu tidak bisa menemukkannya. 'Apa jangan-jangan tertinggal di rumah? Ck semoga di depan ada warung deh.'

Tiba-tiba sakit di kepalanya muncul kembali dan terasa lebih sakit dari sebelumnya. Pandanganya menjadi sedikit tidak jelah. Mira pun mengucek matanya supaya pandangannya sedikit lebih jelas.

Saat ia sibuk dengan penglihatannya, tanpa ia sadari sebuah mobil berhenti didekatnya dan si pengendara itu langsung turun dari mobilnya. Orang itu sempat menyapa Mira, tapi ia tidak dapat melihat dengan jelas, siapa orang itu.

Pandangan Mira kini berputar dan entah kenapa semua mulai terlihat terbalik. Akhirnya, Mira kehilangan kesadarannya dam untung saja orang itu dengan sigap menangkap tubuh Mira.

"Mira, Mir. Hei kamu bisa dengar suara saya?"

Tapi tidak ada respon dari Mira, dengan sigap orang itu membuka pintu mobilnya dan segera menggendong Mira masuk, orang itu beralih ke kursi kemudi dan menancap gas menuju rumah sakit terdekat.

***