Chereads / The History About Us. / Chapter 12 - Bagian 11.

Chapter 12 - Bagian 11.

Rachel baru saja keluar dari kelasnya. Saat ini ia sedang memainkan ponselnya. Lebih tepatnya melihat postingan artis-artis K-pop favoritnya. 'Wah, YG keluarin boy grup baru nih! Harus gue cari dan hafalin nih nama anggotanya!'. Memang pada saat itu YG entertaimen, salah satu agensi raksasa di Korea Selatan, sedang memperkenalkan sebuah boy grup yang diberi nama TREASURE.

Mata Rachel langsung berbinar-binar, begitu ia melihat anggota TREASURE yang ketampanannya sangat meresahkan kaum hawa. 'Gila, cakep-cakep amat! Aigo, jantungku gak kuat. Gila sih, ini bukan manusia tapi MALAIKAT!' Saking senangnya, Rachel sampai tidaak memperdulikan pandangan anak-anak lain terhadap dirinya. Anak perempuan itu juga tidak sadar, ia telah sampai di gerbang sekolah. 'Nanti lagi liatnya, sekarang waktunya pulang.'

Hari ini, Rachel pulang sekolah naik angkutan umum. Seharusnya, Kakaknya, Adit menjemputnya menggunakan motor. Tapi, karena ada keperluan mendadak, Kakaknya tidak bisa menjemputnya sekarang. Anak perempuan itu, berjalan menyusuri jalan. Tapi, tiba-tiba ia merasa seseorang sedang mengikutinya. Jadi, Rachel berhenti sebentar, untuk memastikan kalau tidak ada yang mengikutinya.

Orang yang mengikuti Rachel sepertinya sadar, jika anak itu ingin menoleh ke belakang. Dengan cepat, orang itu segera bersembunyi. 'Gak ada siapa-siapa.' Lantas, ia melanjutkan perjalanan menuju rumahnya. Ketika orang itu telah merasa anak perempuan yang sedang ia ikuti, telah kembali berjalan orang itu segera keluar dari tempat persembunyiannya dan kembali mengikuti Rachel.

Beberapa saat kemudian, Rachel kembali merasakan seperti sedang diikuti. Tapi, sama halnya seperti yang sudah-sudah, setiap kali anak perempuan itu menoleh ke belakang, pasti yang ia temukan hanyalah orang asing yang sedang berjalan atau melewatinya. Tidak ada yang mencurigakan. 'Atau jangan-jangan, gue diikutin ssasaengfans lagi. Aku kan cantik dan imut-imut,'. Tapi detik berikutnya Rachel, anak perempuan itu berpikir lagi. 'Ah tapi masa iya?!'

Lantas, ia mengeluarkan ponselnya dan mencoba menelpon Adit sambil berjalan. Tuut, tuut, tuut. Hanya suara nada sambung yang yang terdengar. Kemudian ia pun membatalkan panggilan. Ia berpikir sejenak, lalu mengingat sesuatu, dan kembali menempelkan benda tipis itu ke telinganya.

'Maaf nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada-' Rachel pun mematikan sambungan telepon, ia pun semakin dekat dengan rumahnya.

Ia pun teringat pesan Kakaknya, Adit. 'Kalau lo ngerasa diikutin dan gak tau lagi harus minta tolong sama siapa lagi, lo lari aja. Ngerti?' Seolah-olah Kakaknya sedang ada di sampingnya, Rachel pun mengangguk paham dan segera mengambil ancang-ancang untuk berlari.

'1...'

'2 ...'

'3, lari!'

Rachel berlari dengan cepat dan sekuat tenaga menuju rumahnya, dan untung saja orang yang mengikutinya itu tidak sadar bahwa ia sedang berlari.

Saat orang itu nengintip dari balik pohon untuk memeriksa keadaan, sayangnya ia tidak menemukan Rachel. Kenzo, orang itu, segera keluar dari tempat persembunyiannya untuk mencari Rachel. 'Kemana dia? Apa dia menyadari sedang aku ikuti?'

Kenzo pun berhenti di depan sebuah rumah, saat pikirannya sedang kalut memikirkan ia kehilangan jejak Rachel, tidak sengaja ia melihat seorang anak perempuan yang sedang membuka pintu utama sebuah rumah dan masuk ke dalamnya. 'Jadi di sini rumah baru Rachel?!' Kenzo merasa senang, ia berhasil mengikuti Rachel sampai ke tempat tinggalnya dan ia pun segera pulang.

Saat Kenzo sudah berjalan beberapa langkah, ia baru menyadari, ada sesuatu yang mengganjal. 'Rumahku kan belok di gang itu, berarti aku dan Rachel tetanggaan?' Seperti ada sebuah pesta kembang api di hati Kenzo, ia sangat senang begitu mengetahui mereka ternyata bertetangga.

'Sepertinya kita emang ditakdirkan untuk bersama'.

Kenzo pun segera berjalan, menuju rumahnya yang letaknya tidah jauh dari rumah Rachel. Hanya dipisahkan oleh beberapa rumah saja.

***

Di sekolah, Alex, Brian, dan Claudia baru saja keluar dari kelas. Mereka akan ke kafe langganan KAB sebelum pulang. Nama kafe tersebut adalah 'Blue Night cafe and resto'. Blue Night adalah sebuah cafe yang mempunyai konsep siang cafe dan malam restoran. Pilihan makanannya juga banyak, enak, dan tergolong murah. Sehingga tidak heran, kalau cafe tersebut jadi tempat tongkrongan mereka.

Baru saja Alex menginjakkan kakinya memasuki pintu cafe, tapi namanya dipanggil sehingga mengharuskan ia untuk menoleh. Dua orang temannya ikut menoleh, walaupun bukan nama mereka yang dipanggil.

Terlihat Laura berlari ke arahnya, sambil membawa banyak kantong papper bag di tanggan. Diam-diam, Claudia memutar bola matanya malas.

"Kenapa, Ra?" tanya Alex dengan nada yang setengah malas

"Ini, ada titipan dari fans kalian." ujar Laura malu-malu.

Alex hanya bisa menghela nafas lelah. Ia tau kalau itu bukan dari fansnya melainkan dari Laura sendiri. Entah mengapa gadis itu berbohong padanya. Tadinya, Alex ingin menolak pemberian itu. Akan tetapi, salah satu temannya, Briand telah menerima hadiah itu dari tanggan Laura.

"Makasih ya, Ra. Kalo git-" ucapan Alex dipotong oleh Laura.

"Lex, besok kamu bisa dateng lebih pagi gak?"

"Emangnya kenapa?"

"Aku ada sesuatu yang spesial."

"Apa emangnya? Gue gak tertarik tuh. Yuk guys, cabut."

Laura tetap tidak putus asa, rencananya besok harus berhasil.

"Pokoknya besok pagi jangan telat!" teriak Laura sambil berlari mendahului Alex.

"Dasar, batu lo." desis Alex yang hanya mampu didengar oleh dirinya, sahabat, dan temannya.

***