Chereads / The History About Us. / Chapter 9 - Bagian 8.

Chapter 9 - Bagian 8.

Wina menutup pintu kamarnya dengan perasaan yang bercampur aduk. Amarahnya seketika memuncak bila mengingat kembali suaminya menerima telepon dengan wajah, seakan-akan sedang menunggu telepon dari sekertarisnya. Dari awal Wina tidak suka pada sekertaris Arga yang bernama Mira.

Selain karena Mira telah membuat dirinya salah paham pada suaminya, Wina juga cemburu terhadap Mira. Karena menurutnya, semenjak kedatangan Mira, orang-orang di kantor Arga menjadi kurang perhatian kepadanya.

Sebenarnya sih, bukan kurang perhatian, tetapi Winanya saja yang terlalu berlebihan. Padahal selama ia datang ke kantor suaminya, seluruh pegawai bahkan cleaning service pasti menyapanya.

"Mas Arga gak ngejar aku apa? Dia lebih pilih angkat telepon dari Mira? Huh, keterlaluan banget sih kamu."

Wina masuk ke dalam selimut dengan perasaan yang dongkol. Tapi semenit kemudian, ia menyibakkan selimutnya dan duduk diatas kasur.

"Ck, tapi kalo dibiarin aku yang salah. Nanti mereka tambah deket gimana?"

Saat sedang bermonolog, tiba-tiba terdengar suara pintu kamar terbuka. Siapa lagi orang yang berani masuk kalau bukan Arga? Dengan gerakan secepat kilat, ia kembali menidurkan tubuhnya, tidak lupa posisi selimut yang menutupi setengah badannya. Posisi ia tidur saat ini membelakangi suaminya.

"Aku tau kamu hanya pura-pura tidur."

Wina segera menyibakan selimutnya, "Terus kenapa emangnya? Gak boleh?" tanya Wina dengan nada bicara galak dan setengah membentak.

Raut wajah Arga tampak terkejut tapi ia dengan pandai cepat menutupinya. 'Sabar, sabar, sabar... Punya istri cemburuan banget. Untung sayang.'

"Dia itu cuma sekertaris aku."

Wina hanya diam membisu menatap kosong ke sembarangan arah. Jika sudah seperti ini, Arga tau kalau saat ini istrinya itu benar-benar sedang ngambek. Digenggamnya kedua tangan milik Wina dan dikecupnya.

"Beneran deh, hanya sekertaris aja, gak lebih." diikuti gerakan tangan yang membentuk 'huruf V'.

Wina pun akhirnya melirik Arga dengan mata indahnya.

"Bener, gak lebih?"

Arga kemudian segera mengangguk dan merentangkan tangannya.

"Eits, kamu mesti janji dulu bakalan jaga jarak sama dia. Janji?"

'Wina, Wina. Untung aku sayang dan sabar ya.'

Arga tersenyum terpaksa."Iya, iya aku janji."

Kemudian keduanya pun saling berpelukkan. Tapi dalam pelukan Arga, wajah Wina masih memancarkan aura kecurigaan yang amat besar. Ia sangat yakin kalau, ada sesuatu antara suaminya dan sekertarisnya. Sangat yakin.

***

Pagi itu, SMA Nusa Jaya telah rampai oleh para pelajar yang mulai berdatangan. Sama halnya dengan Rachel, ia baru saja tiba di sekolah barunya. Saat ini ia sedang berjalan di lorong sekolah barunya.

Saat ia sedang berjalan, tiba-tiba seseorang menabraknya dari belakang hingga membuatnya terjatuh.

"Jalan tuh yang bener, ck."

Dari suaranya yang terdengar berat, Rachel bisa mengetahui kalau yang menabraknya barusan adalah laki-laki. Dengan perasaan dongkol, Rachel hanya bisa memandangi kepergian anak laki-laki itu.

"Kamu lagi ngapain, Ra?"

Satu pertanyaan itu membuatnya mengalihkan pandangan. Perempuan itu  pun segera tersenyum melihat sosok anak laki-laki bak malaikat sedang berdiri tepat disampingnya.

"Ayo bangun, sini biar aku bantu." sambung anak laki-laki itu.

Rachel yang sedikit curiga akhirnya menerima uluran tangan anak yang tidak dikenalinya sama sekali.

"Apa kita saling kenal?" tanya Rachel ketika sudah berdiri.

Anak laki-laki tersebut memandang Rachel, lalu menyentil keningnya yang tanpa poni. "Jangan bilang, kamu lupa sama aku?"

Anak perempuam itu mencoba mengingat-ingat. 'Si-Aww, kepala gue kok tiba-tiba sakit?'

"Kamu beneran gak inget? Ini aku Kenzo, temen masa kecil kamu dari Bogor." ucap anak laki-laki itu dengan semangat tanpa memperhatikan raut wajah Rachel yang nampak kesakitan.

"Ken...zo? Yang... mana?"

Saat Rachel berbicara dengan terbata-bata baru Kenzo menyadari ada yang salah dengan Rachel.

BRUK.

"Rachel!"

Dengan gerakan sigap Kenzo membawa Rachel ke ruang kesehatan. Ditengah jalan, Kenzo malah bertemu seorang fannnya dan langsung ikut membantunya membawa teman masa kecilnya itu ke ruang kesehatan.

***