Chereads / The History About Us. / Chapter 8 - Bagian 7.

Chapter 8 - Bagian 7.

Berbeda halnya dengan kejadian di rumah Alex, Rachel saat ini sedang duduk di depan sebuah televisi ditemani oleh Kakaknya. Mereka tertawa karena memang acara yang sedang mereka tonton saat ini adalah acara komedi.

Lalu seorang lelaki dengan membawa secangkir kopi, ikut duduk di sebelah kedua anak remaja itu. Ia adalah Heru Pratama, Ayah kedua anak ini. Tawa mereka semakin membuncah ketika televisi menampilkan satu adegan lucu. Tiba-tiba dari arah pintu masuk, muncullah seorang wanita.

Penampilannya agak sedikit berantakan dan dari wajahnya jelas tergambarkan bahwa ia sangat lelah.

"Ibu?"

Perkataan Adit barusan mampu membuat semua orang menoleh ke arah yang dimaksud. Ketika Rachel melihat Ibunya, Mira berdiri diambang pintu, ia langsung melonjak kegirangan dan langsung menghampirinya.

"Ibu udah pulang. Sini Bu, duduk sama kita." ujar Rachel.

"Bu, tolong Ibu jelaskan ke kita semua gimana hari pertama Ibu. Apa Ibu betah bekerja di sana?" tanya Adit dengan semangat. Sepertinya anaknya yang satu itu sangat tertarik dengan kantor barunya.

"Tentu aja. Kantor Ibu geeedeee... banget. Kalah sama yang di Bogor. Kapan-kapan kalian harus main ke sana!"

"Terus, Ayah ikut gak?"

"Gimana ya?" Mira pura-pura menimbang-nimbang

Heru pun hanya bisa menghela nafas, melihat Mira yang menimbang-nimbang lumayan lama. Akhirnya ia membuat keputusan,

"Gak usah deh. Nanti ganggu waktu kamu sama dia lagi."

"Dia siapa?" Mira menyerit heran.

"Seli-, aduh sakit..." Heru mendapat sebuah pukulan ringan dari istrinya satu ini di lengannya.

"Makanya kalau ngomong disaring dulu."

"Iya, iya maaf deh. Maaf."

Sementara itu Adit dan Rachel hanya bisa memahan tawa mereka melihat kedua orangtua mereka berdebat.

Sementara itu di rumah Alex, saat ini ia dan seluruh anggota keluarganya duduk disatu meja yang sama. Akan tetapi, tidak ada satu orang pun yang berani mengeluarkan kata-kata untuk memulai perbincangan.

Karena Alex merasa bosan akan keheningan ini, maka ia pun memulai pembicaraan untuk memancing Ayah, Ibu, atau Kakaknya bicara.

"Sepi banget sih, ada yang lagi marahan ya?"

Maksudnya berkata seperti itu untuk sekedar basa-basi, tapi ia malah mendapatkan tatapan tajam serta tendangan kaki dari Kakaknya.

"Cepat habiskan makanmu lalu pergi belajar, Lex. Ibu sedang tidak enak badan, kepala Ibu pusing."

Wina berkata dengan raut wajah jengkel tidak lupa ia memegangi kepalaanya agar alasannya sedang sakit kepala dapat dipercaya.

Arga melihat istrinya dengan tatapan cemas. Ia juga sempat bertanya apakah Wina ingin diantarkan ke kamarnya. Namun, saat Wina ingin menjawab, ponsel Arga berdering, dan dengan segera ia menjawab panggilan masuk tersebut.

"Malam, Mira. Ada apa?"

Mendengar orang yang dicintainya lebih memilih  menjawab panggilan lebih-lebih ia juga mendengar nana si penelpon, membuat hati Wina panas. Seketika itu juga wajahnya berubah menjadi merah padam dan nafasnya juga memburu. Wanita yang bernama Winatalia Lestari itu segera berjalan cepat menuju kamarnya dan menutup pintunya dengan cara dibanting.

Hal itu membuat Tania dan Alex saling bertukar pandang. Tania segera menyelesaikan makannya dan segera menarik Alex tanpa perduli Adiknya itu sudah selesai makan ataukah belum.

Di dalam kamarnya, tangan Alex segera dihempaskan begitu saja oleh Tania.

"Lex, kamu ini apa-apaan sih?"

"Apa-apaan gimana? Emang benerkan Ayah sama Ibu lagi marahan?" jawab Alex polos.

Adiknya satu ini memang tidak bisa membaca situasi. 'Sabar, sabar Nia' ucap Tania dalam hati.

"Alex sayang, kamu taukan kalau Ayah sama Ibu lagi selisih paham?"

Alex mengangguk tidak yakin, sebagai jawaban.

"Tau gak, tindakan kamu tadi itu justru buat suasana diantara mereka tambah keruh?"

"Enak saja, bukan aku ya. Tapi wanita yang bernama Mira yang menelpon Ayah sehingga Ibu menjadi marah."

Tania berpikir, mencoba mengingat-ngingat kejadian barusan. 'Benar juga apa yang dibilang Alex barusan. Kayaknya aku harus mencari tahu siapa wanita yang menelepon Ayah.'

***