Arga yang baru saja pulang dari kantornya, raut wajahnya dipenuhi keheranan. Karena biasanya Wina, istrinya itu jam segini biasanya berada di ruang depan, menunggu kepulangannya dari kantor. Dengan heran ia pun berjalan masuk ke dalam rumah, sambil berharap ada seseorang yang menyambutnya. Ntah itu istrinya, putrinya, ataupun putra kesayangannya.
Harapannya terwujud ketika pria itu memasuki ruang keluarga. Ada anak putranya yang sedang MaBar bersama dua orang sahabatnya. Yah, walaupun ia harus menyapa anaknya itu terlebih dahulu.
"Halo sayang, ayah pulang."
Lantas, sapaan itu berhasil mengalihkan perhatian 3 anak laki-laki yang sedang fokus bermain game diponsel masing-masing.
"Halo juga, Ayah." Alex menjawab tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar ponselnya.
"Halo Om." sapa dua teman Alex bersamaan.
Arga hanya tersenyum lalu berjalan ke arah putranya.
"Anak Ayah main apa sih, sampai Ayahnya pulang kok gak dilihat?"
Mendengar sindiran dari Ayahnya membuat Alex dengan terpaksa menyingkirkan ponselnya itu.
"Hehehe maaf, Yah."
Pria itu tersenyum sambil memeluk Anaknya dengan sayang, "Oh ya, Ibu kamu kemana? Dari tadi gak kelihatan."
"Ibu? Ibu ada kok dikamar, Yah. Dari tadi pas aku pulang ngelamun terus. Ya kan guys?"
Kedua sahabat Alex itu hanya bisa menggukkan kepala mereka, setuju.
"Masa sih? Ayah coba liat Ibu dulu ya, kamu mainnya jangan kelamaan."
"Sip." kata Alex sambil mengacungkan satu jempolnya.
Lalu Arga pun berjalan ke arah kamarnya dengan Wina. Sebelum masuk ia sempat mengtuk pintu terlebih dahulu, guna mengantisipasi keadaan. Tok tok tok. Tidak ada sahutan dari dalam, maka pria itu pun menekan handel pintu sambil memanggil istrinya dengan panggilan yang mampu meluluhkan hati setiap wanita yang mendengarnya.
"Honey, aku pulang."
Tidak ada sahutan dari dalam. Hanya ada seorang wanita yang duduk sambil memandang ke luar jendela. Ia pun masuk ke kamarnya dan dengan perlahan mendekati istrinya.
"Honey? Are you okay? (= Sayang, kamu baik-baik saja)."
"..."
"Sayang, kamu baik-baik aja?"
Wina pun langsung terkejut ketika tanggan Arga menyentuh pundaknya. Ia pun langsung berdiri dari duduknya sambil menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga. Arga bukanlah pria bodoh, ia hafal betul dengan sikap istrinya.
"Win, kamu lagi pikir apa?"
Wina meraih tas kerja ditangan Arga, "Aku gak mikirin apa-apa kok. Cuma sedikit pusing aja. Nanti juga sembuh."
"Oh, mau aku suruh Bi Iyem belikan obat?"
"Gak usah tadi aku udah minum obat." ujar Wina sembari membantu membuka jas yang dikenakan suaminya itu.
"Kamu taukan sekertaris aku yang baru?"
Aktivitas Wina menggantung jas kerja milik Arga seketika berhenti ketika suaminya menyinggung masalah yang telah membuatnya harus berpura-pura sakit kepala. Ia pun menghela nafasnya perlahan, mencoba membangun pertahanan untuk hatinya.
"Lucu deh masa dia-"
Krakk.
Ternyata tidak semudah yang Wina pikirkan. Ia masih belum sanggup mendengar suaminya memuji wanita lain, selain dirinya.
Blam.
Suara gantungan baju yang terjatuh dan pintu dibanting membuat Arga menoleh ke arah istrinya dan pintu yang tertutup secara bergantian.
'Mungkin dia melupakan sesuatu.'
Sementara itu suara pintu dibanting membuat Alex dan dua orang temannya itu kebingngungan. Ditambah dengan keluarnya Wina dengan raut wajah yang bisa dikatakan tidak baik-baik saja.
"Lex, kita cabut duluan yah. Kayaknya BoNyok lu lagi ada masalah." Kenzo yang mulai paham akan situasi pun berpamitan.
"Lagian udah sore juga." Brian ikut menambahkan.
Setelah membereskan barang-barang, mereka pun segera berjalan ke arah pintu utama. Saat Kenzo dan Brian ingin pulang, mereka sempat berpapasan dengan Tania, Kakak Alex yang duduk di bangku kuliah.
"Baru pulang?"
"Yoi, ada kerusuhan." jawab Brian yang kebetulan lewat dihadapan Tania
Tania menyerit heran dengan apa yang baru saja disampaikan oleh salah satu teman Adiknya tersebut. Lalu ia melihat ke arah Alex untuk meminta penjelasan lebih lanjut.
***