Sesudah melihat bagaimana orangtuanya berhubungan badan, Ria seketika itu penasaran dengan apa yang baru saja dia lihat. Dia melihat bagaimana ekspresi ibunya yang sangat menikmati ketika kemaluan ayahnya kaluar masuk alat kelaminnya.
Rasanya dag dig dug jantung Ria yang melihat itu sampai selesai, matanya tambah melotot tak kala dia melihat bagaimana ada lelehan air keluar dari lubang kemaluan ibunya.
Kemudian dia melihat wajah ayahnya dan tentunya kelamin ayahnya yang sudah mulai loyo, terlihat adanya lendir pada batang kemaluan ayahnya.
Ria menelan ludah ketika memperhatikan seluruh tubuh ayahnya ketika bertelanjang bulat.
"Ada apa ini? Rasa apa ini? Kenapa aku sangat tertarik sekali kepada ayahku?" Tanya Ria dalam hati.
Kemudian terlihat kalau Anita hendak membereskan tempat dimana dia dan suaminya bergerumul selama setengah jam.
Ria melihat kalau ibunya mengelap sperma Hendarto dengan celana dalamnya.
"Pak, tidur dulu ya." Ujar Anita.
"Gak tidur disini saja Bu?" Tanya Hendarto.
"Ya sudah kalau begitu, nanti shubuh ibu cepat-cepat bangun!" Jawab Anita.
"Iya, bapak kangen tidur bareng ibu gak pakai apa-apa." Ujar Hendarto.
"Ah bapak ini, ibu mau tidur sudah ngantuk." Timbal Anita.
Malam itu Ria tidak bisa tidur dengan nyenyak, dia masih terbayang-bayang akan hubungan badan yang dilakukan oleh orangtuanya.
Batang kemaluan Hendarto selalu terbayang tak kala dia memejamkan matanya, dari arah kemaluannya seperti ada yang keluar tapi Ria masih tidak tahu itu apa.
Sekitar pukul 6 pagi keluarga Hendarto belum ada yang bangun, Anita yang ingin bangun shubuh terlalu ngantuk untuk bangun.
Hingga ketika Rio yang sudah bangun duluan melihat orangtuanya sedang tidur tanpa busana, Rio menelan ludahnya karena selimut yang dipakai ibunya agak tersingkap. Belum lagi payudara Anita bisa terlihat oleh Rio juga.
Sedang asyiknya memandangi pemandangan yang jarang sekali dia lihat, tiba-tiba saja pintu depan rumahnya diketuk seseorang.
"Assalamualaikum, teh Anita? Teteh mau bareng ke sawahnya?" Teriak Juleha.
Sontak hal itu membuat Hendarto dan Anita terbangun, mereka kaget tubuhnya masih telanjang bulat. Mereka menghela nafas karena kedua anaknya belum bangun, padahal Rio sudah menyaksikan mereka bugil.
"Duluan saja Leha, nanti teteh sama mas Hendarto kesananya." Jawab Anita.
Mereka kemudian memakai pakaian mereka yang semalam dilepas, kecuali celana dalam Anita yang dipakai untuk menyeka sperma Hendarto.
Usai Hendarto dan Anita pergi, Ria nampak sudah kebelet pingin pipis, sementara Rio masih mendengkur setelah melihat Anita yang bugil dia tidak tahan, sehingga dia memutuskan untuk tidur lagi.
Seperti biasa Ria celingak-celinguk untuk melihat keadaan sebelum kencing, hingga ketika dia jongkok ada sesuatu yang membuat dia penasaran.
Celana dalam Anita yang semalam dipakai untuk menyeka sperma suaminya ada di dalam ember. Aroma pandan jelas tercium pada saat itu, maklum saja Hendarto yang sudah lama tidak berhubungan intim sangat bernafsu dan mengeluarkan sperma yang banyak.
Walaupun dengan rasa jijik Ria mengambil celana dalam ibunya, pertama dia sentuh bagian yang cukup basah. Hingga dia dekatkan celana dalam ibunya pada hidungnya, birahinya langsung terbakar pada saat itu. Kemaluannya nampak sudah gatal ketika mencium aroma sperma, Ria seolah-olah bisa di rangsang oleh Hendarto tanpa harus menyentuhnya.
"Ria, kamu dimana?" Teriak Rio.
Ria yang sedang meresapi aroma sperma ayahnya harus dikagetkan oleh suara dari kakaknya.
"Di air mas, ini lagi kencing." Jawab Ria.
Tiba-tiba saja Rio membuka pintu belakang, disana terlihat Ria hendak berdiri dan membetulkan celananya. Walaupun sedikit Rio bisa melihat belahan pantatnya yang mulus.
"Ada apa sih kak?" Tanya Ria sambil mendekatinya.
"Mas mau nyusul ke sawah, kamu jaga rumah ya. Kasihan bapak belum terlalu sehat". Ujar Rio.
"Iya." Jawab singkat Ria.
Kemudian Rio pergi dan meninggalkan Ria di rumah seorang diri, tapi Ria termasuk perempuan yang mandiri. Dengan sigap dia membersihkan seluruh bagian rumah, hingga di masuk ke kamar Rio tercium bau badan Rio yang sudah menempel dengan kasur.
"Jorok, bau sekali kasur ini dasar mas Rio." Gerutu Ria.
Ria bereskan seluruh kamar milik Rio, dia kaget ketika mengangkat kasur yang memang tipis. Disana terlihat adanya celana dalam milik kakaknya dengan lendir putih masih agak baru.
Dia ambil celana dalam itu dan mencium lendir itu, dia menelan ludahnya karena dia tahu kalau kakaknya sudah mengeluarkan spermanya.
Rupanya birahi Rio tidak dapat di tahan lagi ketika dirinya melihat ibunya telanjang bersama ayahnya. Kemudian dia melakukan masturbasi untuk meluapkan hasratnya tersebut.
Kali ini Ria dapat menyentuh lendir putih dengan bau khas pandan, beberapa kali dia mengendus celana dalam kakaknya. Ada beberapa helai rambut kemaluan Rio yang tertinggal disana.
Kali ini Ria seolah-olah mendapatkan ide untuk bisa mengeluarkan apa yang ingin dia keluarkan. Dia mulai menggesek kemaluannya dari luar dengan jari tengahnya.
"Ahhh." Desahan Ria benar-benar merangsang pada saat itu.
Dia tidak berani kalau memasukkan jarinya secara langsung, karena menurutnya dengan gesekkan dari luar saja sudah sangat nikmat. Terlebih ada suguhan sperma yang ada di depannya semakin membuat dia tidak tahan.
Sampai 5 menit kemudian Ria mengambil orgasme, ini kali pertama dia merasakan hal yang begitu nikmat. Dia gigit lidahnya dan menghirup nafas panjang.
"Apa ini? Kenapa begitu enak sekali rasanya?" Tanya Ria dalam hati.
***
Di sawah Hendarto dan Anita sedang sibuk membersihkan rumput yang ada di sela-sela tanaman padi, hingga saatnya Rio datang untuk membantu.
"Pak, aku bagian sebelah mana?" Teriak Rio.
"Kamu sama bapak saja, biar ibu di kebun terong takut sudah ada yang matang!" Jawab Hendarto.
Kemudian Rio menghampiri mereka, Anita sendiri segera pergi ke kebun dimana disana telah terjadi apa yang membuat Anita terangsang hebat.
"Mas, terong yang di ujung sudah matang-matang!" Seru Udin yang ada disana.
"Wah kebetulan sekali. Bu, kamu temani Udin ke sebelah sana untuk pilih-pilih mana yang siap di panen." Ujar Hendarto.
Perasaan Anita sudah tidak nyaman ketika suaminya menyuruhnya untuk menemani Udin, karena dia tahu pasti Udin akan macam-macam.
"Leha, kamu bawa kopi gak?" Tanya Udin kepada Juleha yang ada disampingnya.
"Gak biasanya kang Udin minta kopi." Jawab Juleha dibarengi tawa.
"Gak tahu nih, akang pingin banget kopi pagi ini!" Jawab Udin.
"Ya sudah Leha pulang dulu buat kopi." Ujar Juleha.
Maka kini keadaan hanya tinggal ada Udin dan Anita, jelas yang ada di dalam otak Udin sudah yang tidak-tidak saja.
Mereka berdua semakin jauh masuk ke kebun terong yang ada di ujung, tapi mereka justru masuk ke perbatasan kebun singkong yang pohonnya cukup tinggi.
"Din, mana terong yang sudah matangnya?" Tanya Anita sembari melihat ke belakang.
Ketika dia membalikkan badannya ke belakang, dia melihat Udin telanjang dada dan hanya memakai celana dalam saja.
"Udin, kamu apa-apaan?" Bentak Anita.
"Teh Anita ingin lihat terong yang matang bukan!" Seru Udin.
Kemudian ada sedikit demi sedikit Udin membuka celana dalam yang dia pakai, mata Anita jelas tertuju kepada benda yang ada di balik celana dalam Udin.
Udin terlihat senang karena Anita menikmati apa yang dia suguhkan, bahkan Anita tida berteriak sama sekali.
Hingga mulut Anita terbuka tak kala Udin memperlihatkan kemaluannya yang sudah tegang hitam bagaikan terong ungu.
"Kenapa teh?" Tanya Udin.
Pertanyaan Udin membuat Anita tersadar dan kikuk dengan keadaan yang dia hadapi saat ini. Ingin rasanya dia berteriak tak kala Udin mulai mendekati tubuhnya.
"Jangan macam-macam! Aku akan teriak kalau kamu terus mendekat!" Ancam Anita.
"Jarak kita sudah sangat jauh dari mas Hendarto dan Rio, mereka tidak akan mendengar teriak teteh." Ujar Udin.
Tiba-tiba jarak Anita dan Udin hanya beberapa centimeter saja, maka dengan nafsu yang luar biasa Udin langsung mencium bibir Anita yang belum siap.
Anita mencoba berontak tapi keadaan Udin yang telanjang bulat membuat aroma tubuhnya tercium jelas oleh Anita, bahkan ketika Udin menyentuh pantatnya dia sama sekali tidak menolaknya.
Tiba-tiba Udin melepaskan ciumannya dan tersenyum licik kepada Anita.
"Mendesahlah untukku!" Pinta Udin.
Kemudian Udin dengan tangan kirinya meremas payudara Anita, sedangkan tangan kanannya mulai memasuki celana dalam Anita. Anita sendiri pada saat itu memakai rok selutut, hal itu memudahkan Udin untuk menggerayanginya.
"Ahhh..." Anita tidak bisa menahan untuk mendesah, Udin terlihat bahagia dengan desahan dari Anita.
Udin langsung menindih Anita dengan alas rumput disana, tidak ada rasa gatal dan hanya ada nafsu yang membara lada saat itu.
Udin berhasil menelanjangi Anita yang sudah pasrah, terlihat senyuman penuh arti dari wajah Udin.
***
Ria masih kebingungan dengan apa yang sudah dia lakukan, rasanya begitu nikmat. Hingga dia mendengar suara pintu rumah Juleha dibuka.
Tak lama berselang Juleha hendak masuk ke rumah Anita lewat pintu belakang.
"Ada apa bi?" Tanya Ria.
"Bibi mau minta gula, kang Udin minta dibuatkan kopi. Padahal dia jarang minta kopi." Jawab Juleha.
"Oh, gulanya ada di dapur." Ujar Ria.
Juleha agak aneh melihat Ria yang ada di kamar Rio, maka dia pun menghampirinya.
"Kamu lagi apa?" Tanya Juleha.
"Lagi beres-beres!" Jawab Ria.
"Waduh nih anak bau sekali kamarnya, bau peju mana bau badan juga. Rio, Rio." Ujar Juleha.
"Peju?" Gumam Ria.
"Iya peju, masa kamu gak tahu peju." Jawab Juleha.
"Tapi ini bau pandan bi." Ujar Ria.
"Ya peju emang kaya gini baunya, apalagi kalau pertama keluar baunya menyengat banget." Jawab Juleha.
Ria masih tidak bisa mencerna apa yang dikatakan oleh Juleha, hingga Juleha mengatakan hal yang membuat ria semakin penasaran.
"Ria, kalau peju dikeluarkan di dalam rasanya enak banget, panas dan aromanya semakin nikmat saja." Ujar Juleha.
Tiba-tiba Juleha tertawa terbahak-bahak, dia seolah tidak sadar telah meracuni Ria yang tidak tahu apa-apa.
Sementara itu Ria mulai penasaran dengan apa yang dikatakan oleh Juleha, walaupun dia sendiri tidak tahu harus mulai darimana.