Chereads / Pesona Alam Desa / Chapter 6 - Episode 6: Barang Orang Lain

Chapter 6 - Episode 6: Barang Orang Lain

Flashback

Hendarto nampak sumringah tak kala bisnis yang dikelolanya nampak sangat sukses, mulai dari properti sampai barang lainnya.

Wawan adalah orang kepercayaan Hendarto, awalnya Wawan begitu loyal terhadap Hendarto. Sampai suatu ketika dia melihat Anita yang datang ke kantor Hendarto sekedar mengantarkan makan siang.

Tubuh Anita benar-benar membuat Baskoro terpesona, dia ingin menikmati tubuh Anita yang merupakan istri dari atasannya.

Hingga suatu hari Hendarto menyuruh Wawan untuk mengambil berkas di rumahnya, tentu saja menjadi titik terang bagi Wawan untuk bisa melaksanakannya niatnya.

Ketika sampai di rumahnya Hendarto, terlihat Anita yang sendiri saja. Maklum saja Ria dan Rio masih di sekolah.

Tanpa rasa curiga Anita menyuruh masuk Wawan , disana dia langsung menyergap Anita dan membawanya ke kamar tidur.

Anita berusaha untuk melawan kepada Wawan , tapi dia kalau kuat dengan tenaga lelaki. Akhirnya dia harus melayani nafsu dari Wawan , ketika Baskoro ejakulasi terlihat wajah Anita memancarkan kepuasan.

"Kita bisa melakukan ini lagi kalau bu Anita mau!" Ujar Wawan sambil memakai pakaiannya.

Anita hanya terdiam mendengar ucapan darinya, tiba-tiba saja Wawan mencium bibir Anita penuh nafsu. Tentu saja itu membuat Anita kembali terpancing birahinya.

"Sudah kuduga, begini saja aku akan membuka celana yang aku pakai dan kita bisa melakukannya lagi. Tapi ada syaratnya, kalau mau hari ini aku akan melakukannya sesuai apa yang ibu mau!"

Wawan mempengaruhi Anita, Anita sendiri tidak tahu harus berbuat apa. Sampai dia menanyakan apa syarat yang harus dia lakukan.

Mendengar pertanyaan dari Anita, tentu saja dia sangat senang. Dia kembali membuka celana dan langsung menindih tubuh Anita, tidak ada perlawanan daei Anita. Dia sangat menikmati persetubuhannya dengan orang kepercayaan suaminya.

"Syaratnya gampang kok Bu!" Ujar Wawan sambil menggoyang tubuh Anita.

"A..apa?" Tanya Anita dengan suara parau.

Sebelum menjawab pertanyaan dari Anita, Wawan lebih ingin untuk menikmati tubuh Anita di siang itu. Sampai sekitar jam 2 siang gawai milik Wawan berbunyi, disana terlihat kalau Hendarto melakukan panggilan masuk. Disampingnya masih ada Anita masih dalam keadaan telanjang bulat.

Tanpa banyak lama Wawan segera memakai pakaiannya dan hendak pergi ke kantornya, kemudian dia menghubungi Hendarto kalau berkas yang dia cari tidak ada tapi Anita membantu mencarinya.

Ketika sampai di kantor tanpa pikir panjang Hendarto menadatangani berkas yang dibawa oleh Wawan, terlihat ada senyuman licik dari bibirnya.

Hingga esok harinya Hendarto dikagetkan dengan Wawan yang ada di rumah kerjanya dan duduk tumpang kaki.

"Apa-apaan kamu Wawan?" Tanya Hendarto.

"Panggil saya bos!" Bentak Wawan.

Hendarto kebingungan dengan perkataan dari Baskoro, sampai Wawan menunjukkan berkas yang Hendarto tanda tangani kemarin.

Dengan perasaan kesal Hendarto segera melihat isi dari berkas yang diberikan oleh Wawan.

Lututnya terasa lemas tak kala melihat isi surat itu, disana tertulis jikalau Hendarto dan Anita memberikan seluruh harta miliknya kepada Baskoro tanpa syarat.

Dan yang membuat Hendarto lebih kaget lagi adalah adanya tanda tangan dari Anita dan dirinya.

"Kapan aku menandatangani ini?" Tanya Hendarto.

"Jangan belaga lupa segala!" Jawab Wawan.

Hanya saja dia tidak habis pikir kenapa Anita bisa menandatangani surat itu juga, Baskoro terlihat gembira dengan wajah Hendarto yang terlihat menderita.

Dia memang pintar, tak kala menggenjot Anita dengan penuh nafsu. Tiba-tiba dia menghentikan kenikmatan yang sedang Anita rasakan, dia akan melanjutkannya jika Anita mau menandatangani berkas yang dia bawa. Tanpa pikir panjang Anita langsung menandatangani berkasnya itu, dia tidak tahan ingin merasa semburan sperma kedua dari Wawan.

Dari masalah itu akhirnya keluarga Hendarto mengalami kebangkrutan dalam semua aspek, Wawan memang tidak tahu di untung. Setelah diangkat oleh Hendarto, dia malahan menjatuhkannya.

***

Now

Di siang harinya Ria di suruh oleh Anita untuk ke sawah, rupanya Anita hendak memasak untuk dibawa ke sawah oleh Ria.

Ria sendiri tidak menolak apa yang di perintahkan oleh ibunya, usai memasak Anita mengemas makanan itu memakai rantang dan diberikan kepada Ria.

Usai Ria pergi dia segera ke kamar mandi untuk mencuci pakaian kotor miliknya, dia hanya berbalut handuk saja pada saat itu.

"Teh?"

Tiba-tiba suara itu mengagetkan Anita, dia tahu kalau itu adalah Udin.

"Ada apa Din?" Tanya Anita.

"Teh Anita gak mau berterimakasih kepada saya?" Balik tanya Udin.

"Untuk apa ya?" Balas Anita.

"Jadi teh Anita mau kalau mas Hendarto tahu apa yang sudah kita lakukan!" Ancam Udin.

Mendengar hal itu Anita berkeringat dingin, dia merasa dirinya dalam masalah cukup besar.

"Lalu mau kamu apa?" Tanya Anita sambil melirik kepada Udin.

Disana Udin hanya memakai celana pendek dan bertelanjang dada saja.

"Sini teh!" Seru Udin.

Mau tidak mau Anita mengikuti apa yang diminta oleh Udin, ketika dia masuk ke kamarnya dia mencium aroma yang tak asing baginya.

"Kamu habis onani Din?" Tanya Anita.

"Tenang teh sperma Udin masih banyak!" Jawab Udin.

"Maksud kamu?" Tanya Anita.

Tanpa basa-basi Udin langsung mendaratkan ciuman di bibir Anita, Anita sendiri tidak dapat menolak apa yang dilakukan oleh Udin. Dalam waktu sekejap mereka berdua sudah telanjang bulat, aroma keringat yang menyengat dari mereka berdua menambah birahi yang melanda pada saat itu.

Anita mendesah tak kalau Udin menjilati bibir kemaluannya.

"Ahh....geli."

"Agak bau terasi teh, tapi saya suka bau kaya gini!" Ujar Udin.

Karena sudah tidak tahan Anita langsung membalikkan keadaan, dia lentangkan tubuh Udin, dia jilati keringat Udin yang ada di leher dan dadanya.

Sampai dia melihat ketiak Udin yang mengeluarkan aroma tak sedap dibarengi adanya kucuran keringat.

Anita hirup dalam-dalam aroma ketiak Udin, pada saat itu kemaluan Anita langsung mengeluarkan lendir yang cukup banyak. Dia sudah tidak tahan untuk bersenggama dengan Udin.

Akhirnya Udin memulai penetrasi terhadap kemaluan Anita, mereka kembali melakukan persetubuhan penuh nafsu di siang itu. Tidak ada orang yang melewat pada saat itu, mereka bebas untuk mengerang dan mendesah penuh kenikmatan.

Hingga sekitar jam 3 sore, apa yang mereka lakukan telah usai. Sebelum Anita pergi Udin berkata sesuatu pada Anita. Perkataan itu membuatnya bimbang, hal itu dia rasakan ketika dulu dia berselingkuh dengan Wawan.

Ketika Anita keluar melalui pintu belakang rumah Udin, sudah ada sepasang mata yang melihat hal itu.

***

Ditempat lain tepatnya di kampung sebelah, seorang janda muda menjadi cemoohan warga disana. Dia di fitnah kalau dia telah merebut suami orang, dia bernama Romlah.

Semua orang dimana membicarakan keburukan yang dia lakukan, penampilan berhijab tidak menjadi jaminan kalau dia adalah orang baik. Setidaknya itulah kata orang-orang disana.

"Abah sudah bilang jangan dekati laki-laki itu lagi, sekarang kamu jadi gunjingan orang-orang!" Seru Dida selalu orang tua Romlah.

"Romlah tidak melakukan itu abah, lagipula kang Udin sudah punya istri, yaitu teteh Juleha." Jawab Romlah.

"Justru karena si Udin sudah punya istri, kamu jangan coba-coba dekati dia." Kembali Dida mengingatkan anaknya.

"Percaya sama Romlah, Abah gak bakalan dibuat malu sama Romlah. Lagian siapa sih yang nyebarin gosip, sejak kematian kang Herman belum lagi saya melihat kang Udin." Jawab Romlah.

"Sudah, pokoknya kamu jangan melakukan yang buat keluarga kita malu. Sayang Herman sudah meninggal, padahal dia menantu yang baik." Ujar Dida.

Romlah sebenarnya tidak suka ketika ayahnya membicarakan prihal Herman yang tidak diketahui olehnya, sepertinya Romlah punya alasan untuk melakukan itu semua.

***

"Assalamualaikum"

Terdengar suara panggilan dari arah luar pintu rumah Udin, ketika dibuka pintunya Udin terperanjat melihatnya.

Bersambung