Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Pesona Alam Desa

Zodes_Zoto
--
chs / week
--
NOT RATINGS
17.7k
Views
Synopsis
Bangkrutnya usaha yang dibangun Hendarto membuat keluarga yang asalnya segala berkecukupan harus jatuh dalam angka nol. Orang yang dipercaya itu adalah dalang dari kebangkrutan Hendarto, tapi dia berusaha sabar dan biar Tuhan saja yang membalasnya. Kini dia harus pindah rumah ke sebuah desa dimana dulu istrinya yaitu Anita tinggal. Disana dia harus mereka harus tinggal secara berdampingan dengan Udin dan Juleha, mereka adalah adik dari Anita. Rio dan Ria merupakan anak dari Hendarto dan Anita, mereka tidak kembar sejodo hanya Hendarto dan Anita ingin menamai mereka itu saja. Ini cerita 21+, mohon bijak untuk yang mau membacanya.
VIEW MORE

Chapter 1 - Episode 1: Prolog-Cerita Pertama

Pagi itu menjadikan hari yang berat untuk Hendarto dan keluarganya, karena mereka harus meninggalkan rumah yang sudah mereka tempati hampir 20 tahun.

Mereka harus pergi dari rumah itu dengan perasaan kecewa, hal itu di dasari oleh Wawan yang menipu bisnis Hendarto.

Hendarto memiliki dua orang anak yaitu Rio dan Ria, Rio hanya berbeda 2 tahun dengan Ria walaupun demikian wajah mereka sangat mirip.

Karena keadaan yang sudah kacau balau akhirnya Anita selaku istri dari Hendarto mengajak mereka untuk pindah ke desa dimana dulu dia tinggal.

Alasan dia mengajak keluarganya itu adalah dia masih memiliki sebidang tanah berbentuk sawah dan kebun untuk bisa dijadikan usaha. Hendarto sendiri tidak menolak akan hal itu, karena dia sendiri dulu sewaktu hidup di kampung tepatnya di Jawa tengah selalu bertani dan dia bisa melakukan itu semua.

Singkat cerita mereka telah sampai di rumah Anita yang dulu, disana mereka disambut oleh Udin dan Juleha yaitu adik dari Anita.

"Teh Anita sudah datang, kenapa siang atuh teh datangnya. Katanya berangkatnya pagi-pagi?" Tanya Juleha selaku adik dari Anita.

"Iya Leha, tadi harus beres-beres dulu. Terus tadi teteh agak lupa jalan kesini, maklum sudah berapa tahun gak kesini." Jawab Anita.

Tentu saja Rio dan Ria merasa tidak nyaman berada ada disana, kehidupan mereka yang biasanya segala enak kini harus berubah drastis.

"Ayo teh saya antar masuk ke rumah teteh, saya dan Juleha sudah bereskan semuanya!" Seru Udin yang agak sedikit mengangkat tangannya.

Aroma ketiak Udin yang tercium langsung membuat Ria agak mula, sama halnya dengan Anita pada saat itu rasanya sudah tidak tahan lagi ingin muntah.

"Hmmm"

Hendarto memberi kode untuk bisa menahan hal itu, karena mereka harus terbiasa dengan hal itu.

Mereka masuk ke rumah bilik dengan lantai berupa papan, kini mereka tinggal di rumah panggung yang berbeda jauh dari rumah sebelumnya.

"Ria, kamu mau tinggal disini?" Bisik Rio.

Ria menggelengkan kepalanya, seolah-olah dia tidak habis pikir kalau dia akan tinggal di rumah seperti ini.

"Neng Ria, disebelah rumah teh Anita adalah rumah bibi." Ujar Juleha sambil menunjuk ke arah rumahnya.

Rumah Anita dan Juleha hanya dibatasi oleh bilik yang sudah cukup usang, bahkan ada tambalan koran di kamar yang di tempati oleh Rio.

Seusai memberitahu semua informasi tentang rumah itu, maka Udin dan Juleha pun pergi dari rumah yang ditempati oleh Anita dan keluarganya.

"Sudah jangan ngeluh!" Tiba-tiba saja Hendarto berkata seperti itu.

"Tapi pak..! Sanggah Rio.

"Kalau kamu tidak suka tinggal disini silahkan kamu pergi, sudah untung ibu kamu masih punya tempat tinggal untuk kita semua." Ujar Hendarto.

"Maafkan ibu ya sayang, ibu cuma gak bisa ngasih seperti yang kamu mau!" Ucap Anita dengan mata berkaca-kaca.

"Ria sayang ibu sama bapak, Ria gak bakalan pergi dari sini!" Tiba-tiba saja Ria memeluk Anita begitu erat.

Melihat hal itu Rio yang asalnya emosi, langsung padam tak kala dia melihat ibunya hampir berlinang air mata.

"Maafkan Rio ya Bu, gak seharusnya Rio ngeluh sama keadaan ini!" Ujar Rio dengan mencium tangan ibunya.

Hendarto merasa bangga dengan kedua anaknya yang sudah berpikir dewasa, Rio sendiri kini berumur 20 tahun dan Ria berumur 18 tahun. Tentunya di usia seperti itu sudah cukup untuk menikah apabila berada di desa yang sekarang mereka tinggali.

***

Malam pun tiba, mereka berempat masih bisa makan enak dengan sisa uang yang mereka bawa dari kota. Bahkan rumah mereka adalah rumah dengan penerangan paling terang ketika di malam hari.

Karena rasa lelah setelah perjalanan jauh, mereka langsung tertidur sekitar jam 8 malam. Suara dengkuran sudah terdengar dari arah ruang tengah, memang rumah yang mereka tinggali hanya ada dua kamar. Hendarto lebih memilih mengalah untuk tidur di ruang tengah, sedangkan Anita tidur bersama anak bungsunya. Ada pun Rio diberikan kamar khusus untuk tidur sendiri, awalnya mereka setuju kalau Rio tidur bersama Hendarto, akan tetapi karena kamar yang cukup sempit membuat Hendarto enggan membuat anaknya tidak nyaman.

Sekitar jam 11 malam Rio terbangun dari tidurnya, hal itu dikarenakan adanya suara rintihan di sebelah dimana dia tertidur.

Samar-samar dia mendengar suara yang tidak pernah dia dengar sebelumnya ketika berada di rumah, Rio yang terdidik dari kecil membuatnya hanya bisa sedikit tahu tentang yang namanya seks.

Entah kenapa rintihan Juleha yang di dengar oleh Rio membuatnya terangsang, Rio tidak pernah melakukan masturbasi jadi dia tidak tahu harus melakukan apa tak kala dari arah selangkangannya sudah bangun batang kemaluannya dengan keras maksimal.

Rasa penasaran membuat Rio mencari tahu apa yang mereka lakukan, anak berkacamata dan berbulu dada itu merasa penasaran sekali.

Hingga akhirnya dia membuka sedikit koran penghalang yang ada di kamarnya, rupanya ketika koran itu dibuka ada lubang sebesar jari telunjuk.

Ketika dia melihat kearah lubang itu terlihat Udin sedang senggama dengan Juleha, mereka dalam posisi membelakangi Rio. Sehingga Rio dapat melihat bagaimana kelamin mereka berdua bersatu.

Merasa tidak tahan akhirnya Rio yang tidak pernah masturbasi mencoba untuk melakukan itu, apalagi ketika Udin mempercepat genjotannya terhadap tubuh Juleha.

Ketika Udin dan Juleha klimaks, di kamar sebelah Rio pun mengeluarkan spermanya. Hasil tidak pernah dikeluarkan membuat sperma Rio blepotan di kasur, bahkan ada pula bagian bajunya yang terkena lelehan sperma miliknya.

Karena takut ketahuan dengan cepat Rio menutup kembali lubang yang ada di kamarnya dengan koran seperti sebelumnya.

***

Di pagi harinya Rio mendapati kalau orangtuanya tidak ada di rumah, akibat masturbasi semalam dia merasa kelelahan dan akhirnya tertidur pulas tanpa membersihkan sperma yang belepotan kemana-mana.

"Orang-orang pada kemana sih?" Gerutu Rio.

Kemudian dia keluar kamar dan hendak keluar rumah, ketika di luar rumah dia melihat Juleha yang berbalut handuk sedang menjemur pakaian.

"Baru bangun Rio?" Tanya Juleha.

"Iya Bi." Jawab singkat Rio.

Rio masih terbayang akan bibir kemaluannya Juleha yang bisa dia lihat malam tadi, walaupun tidak terlihat jelas tapi dia tahu bagaimana bentuknya sekarang.

"Ibu sama bapak pergi kemana bi?" Tanya Rio.

"Teh Anita sama mas Hendarto tadi pagi-pagi sekali sudah pergi ke sawah, kalau Ria tadi bilangnya mau jalan-jalan." Ujar Juleha.

Juleha yang berbicara beberapa kali mengangkat tangan karena sedang menjemur pakaian, terlihat ada bulu ketiak yang tidak di potong secara rapi. Rio bergidik melihatnya, karena dia sendiri memiliki bulu di tubuhnya yang bisa dibilang lebat.

"Bi, kalau pipis dimana?" Tanya Rio.

"Waduh dari kemarin gak pipis kamu, bisi bahaya itu." Ujar Juleha.

"Pipis sih, tapi gak di kamar mandi." Jawab Rio.

"Kamar mandinya ada di belakang yang bilik bambu." Tunjuk Juleha.

Maka Rio pun menuju kamar mandi yang dimaksud oleh Juleha, betapa terkejutnya dia ketika melihat kamar mandi yang hanya satu pinggang orang dewasa.

"Gila, gimana aku mandinya? Bisa-bisa aku di intip sama orang." Gerutu Rio.

Tiba-tiba Juleha menuju ke belakang, sedangkan Rio sedang asyik pipis membelakanginya.

"Sudah belum pipisnya, bibi mau mandi gerah soalnya?" Tanya Juleha.

"Bentar bi." Jawab Rio.

Tentu saja gerah, semalam habis bercinta dengan mang Udin, pikir Rio.

Rio yang tidak memiliki kegiatan akhirnya kembali ke rumah untuk rebahan saja di kamar, iseng-iseng dia kembali buka koran yang menutupi lubang ketika kemarin dia melihat adegan syur antar Udin dan Juleha.

Tak lama berselang akhirnya terdengar suara gemericik air tanda Juleha sedang mandi, mungkin hanya sepuluh menit dia mandi karena Rio yang sedang melamun bisa merasakan bagaimana Juleha yang naik ke rumah panggungnya.

Kali pemandangan semalam terlihat lagi, Juleha dengan santai membuka seluruh pakaiannya. Kini dia telanjang bulat di depan Rio yang ada di balik bilik rumahnya.

Lebih gilanya Rio menyaksikan bagaimana Juleha jongkok tepat ada di depannya, karena kebetulan lemari tempat menyimpan baju Juleha ada di dekat lubang dimana Rio mengintip.

Rio kembali melakukan masturbasi di kamarnya, kali ini dia lebih memilih mengocok kemaluannya di dalam celana saja. Dia enggan kalau kalau nanti ketika ada orang kesini tercium aroma khas sperma pada umumnya.

Sedang asyik masturbasi tiba-tiba terdengar suara pintu orang masuk, buru-buru Rio membenarkan bentuk celananya.

"Mas Rio belum bangun?" Teriak Ria.

"Sudah bangun tapi tidur lagi!"

Tiba-tiba Juleha menjaga menjawab dengan teriakan dari kamarnya dibarengi tawa.

"Bukannya bantu bapak sama ibu ke sawah, ini malahan tidur!" Seru Ria.

Kemudian Ria masuk ke dalam kamar dan hidungnya mencium bau sesuatu.

Bersambung