Clarissa pun masuk hingga ke dalam, sampai ia kini berada tepat di depan pintu masuk. Langsung terlihat, bahwa ada banyak sekali pelayan yang bekerja di rumah ini. Hal itu termasuk wajar karna untuk merawat rumah yang luasnya hampir sama dengan sebuah hotel bintang lima ini, setidaknya di butuhkan puluhan pelayan untuk mengurusnya. Semua pelayan pun kini terlihat sedang menatap Clarissa dengan diam-diam, seolah bertanya tanya ada urusan apa Clarissa datang kemari.
Hingga pada akhirnya, ada salah seorang pelayan yang datang padanya dan bertanya. "Maaf nona, apa anda sedang mencari tuan?" Tanya salah seorang pelayan yang terlihat masih muda itu.
Clarissa pun tertegun, melihat keberanian yang begitu besar dalam diri pelayan yang masih muda tersebut, jika di bandingkan dengan pelayan yang sudah cukup tua lainnya yang bahkan tidak berani untuk menatap kedua matanya. "Benar, aku sedang mencari tuanmu. Apa dia ada di sini?" Tanya Clarissa.
Pelayan itu pun mengangguk, ia merasa senang karna ternyata Clarissa bukanlah wanita yang dingin. "Iya, tuan ada di rumah. Saya akan memberi kabar mengenai kedatangan anda. Mari ikuti saya, saya akan mengantar anda untuk menunggu di ruangan tuan terlebih dahulu." Kata pelayan itu dengan sangat ramah.
Clarissa pun mengikuti pelayan itu bersama dengan Cintya. Mereka terus berjalan hingga ke suatu ruangan yang pintunya lebih besar dari pada ruangan lainnya. Rupanya, itu adalah ruangan kerja pribadi milik Arthur. Tempat di mana ia menghabiskan waktunya untuk bekerja sendirian. Clarissa tidak menyangka, jika tamu sepertinya bahkan memiliki kesempatan untuk masuk ke dalam ruangan pribadi milik Arthur meskipun belum pernah sekalipun bertemu dengannya.
Awal mula Clarissa memutuskan untuk menjadikan Arthur sebagai pria yang tepat untuk menjalin kontrak dengannya adalah, karna Arthur merupakan pria dengan posisi yang tinggi, lebih tinggi dan terhormat jika di bandingkan dengan Azef. Tak hanya itu, Clarissa merasa bahwa Arthur memiliki kekuasaan, kekayaan, paras yang tampan, dan segala galanya yang lebih unggul dari pada Azef. Maka, tak ada lagi pria yang lebih cocok dari pada Arthur untuk menjadi patner kontraknya.
****
Di waktu yang sama
"Tuan, sudah cukup. Anda sudah terlalu banyak minum hari ini," Kata Jackson yang meminta agar tuannya mulai berhenti minum, karna kondisinya kini bahkan tidak terlihat normal lagi.
Arthur yang tengah berendam di dalam bak mandinya yang mewah sambil meminum secangkir alkohol dengan dosis tinggi di tangannya itu, tetap tidak menghiraukan perkataan asistennya yang bahkan sampai memintanya untuk berhenti minum karna khawatir. "Aku tidak mabuk." Ucap Arthur yang tidak mengakui bahwa dirinya kini telah mabuk.
Di tengah suasana yang damai seperti itu, tiba-tiba ada suara perempuan diikuti dengan suara ketukan pintu dari luar. "Tuan .... apa anda ada di dalam?" Tanya salah seorang pelayan.
Arthur pun merasa kesal, karna menganggap bahwa kehadiran pelayan itu di situasi yang seperti ini, membuatnya benar-benar merasa terganggu. "Ada apa?" Jawab Arthur yang mempertanyakan, kedatangan pelayan tersebut ke kamarnya.
"Maafkan saya karna telah menganggu waktu istirahat anda, tuan. Saya kemari hendak menyampaikan, bahwa nona Clarissa sedang menunggu anda di ruang kerja." Tutur pelayan itu yang menyampaikan maksud dari kedatangannya saat ini.
Begitu mendengarnya pun, Arthur yang saat ini tengah berada dalam kondisi tubuh yang mabuk, bahkan langsung bisa menyadari, siapa pemilik nama tersebut. "Clarissa Sharlon Ellanor?" Tanyanya kembali untuk memastikan, apakah benar Clarissa yang tengah menunggunya saat ini adalah model ternama di paris ataukah bukan.
Pelayan tersebut pun menjawabnya dengan hati yang riang, begitu mendengar tuannya yang langsung mengenali siapa tamu yang kali ini datang untuk menemui dirinya. "Benar, nona Clarissa Sharlon Ellanor. Ia baru saja datang dan meminta saya untuk memberi tau anda mengenai kedatangannya yang mendadak." Ucap pelayan tersebut secara detail.
Meskipun sudah mendengarnya dengan kedua telinganya sendiri, Arthur tetap saja di buat bingung. Ada urusan apa seorang model ternama di paris itu bahkan sampai menemuinya tanpa memberi kabar terlebih dahulu seperti sekarang ini? Apalagi, selama beberapa tahun belakangan ini, Clarissa bahkan di kabarkan tidak pernah lagi kembali ke tanah air, tentunya tidak mungkin bagi Clarissa, jauh-jauh pulang hanya untuk menemui dirinya. Itulah hal yang tengah Arthur pikirkan saat ini.
Dengan bersemangat, Arthur yang semula bersantai santai di dalam bak mandi itu, kini beranjak berdiri. "Baiklah. Katakan padanya untuk menungguku sebentar, aku akan segera datang dan menemuinya." Arthur kini melangkahkan kakinya, keluar dari dalam bak mandi.
"Baik, tuan. Akan saya sampaikan seperti itu," Pelayan yang datang membawa kabar tersebut pun langsung undur diri, kembali ke tempat di mana Clarissa tengah menunggu saat ini, kemduian menyampaikan pesan dari tuannya.
Melihat tuannya yang langsung bersemangat tidak seperti biasanya, tentu saja membuat Jackson yang sudah lama melayaninya itu merasa senang. Karna Jackson sangat mengerti, akan sikap tuannya yang bahkan langsung berhenti minum begitu mendengar bahwa model cantik itu datang menemuinya kemari adalah, karna tuannya sangatlah tertarik dan mungkin, sudah cukup lama menyimpan perasaannya untuk putri dari pemilik asosiasi perdagangan luar negri terbesar di dunia ini.
"Tuan, saya mengerti anda begitu bersemangat. Tapi setidaknya, keluarlah dari dalam bak mandi dengan membawa handuk untuk menutupi bagian bahwa tubuh anda." Kata Jackson sambil dengan cepat membawakan handuk, kemudian melingkarkannya ke pinggang Arthur agar bagian bawah tubuhnya yang semula terbuka, kini bisa tertutup.
Arthur pun tersenyum, ia baru menyadari jika dirinya keluar dalam kondisi tubuh tidak memakai sehelai pakaian pun. "Hah .... sepertinya tanpa sadar, kedua kakiku langsung melangkah keluar saking senangnya, begitu mendengar nama wanita itu." Ucap Arthur sambil membenarkan posisi handuk itu di pinggangnya.
"Apa anda benar-benar akan menemui nona Clarissa?" Tanya Jackson yang kini tengah merasa khawatir, akibat pengaruh alkohol yang belum sepenuhnya hilang dari tubuh tuannya itu.
Arthur kini bahkan langsung dengan cepat mengeringkan tubuhnya yang semula basah itu dengan handuk, ia tidak ingin membuat Clarissa bosan menunggunya lama bersiap. "Tentu saja. Bagaimana bisa aku dengan tega tidak menemuinya?" Kata Arthur yang merasa bahwa ucapan Jackson padanya barusan adalah konyol.
Mendengar tuannya yang bahkan sampai berkata seperti itu hanya demi menemui seorang wanita, membuat Jackson kini tidak bisa lagi melarangnya untuk pergi. Apa lagi, ini merupakan kesempatan emas bagi bosnya, untuk bisa bertemu wanita yang mengambil hatinya itu setelah sekian lama. Tentu saja Jackson tidak bisa membiarkan kesempatan emas seperti sekarang ini terlewat begitu saja. Karna mungkin, kesempatan untuk bertemu dengan Clarissa seperti sekarang ini, hanya akan terjadi sekali saja seumur hidup.