Semakin dekat suara itu, kian jelas terdengar di telinga. Ya suara itu tidak asing bagiku, Mas Denis dan Aisha. Hatiku merasakan sakit, beraninya mereka menodai kamar utama kami dan rumahku. Bahkan sebelum mereka sah menjadi suami istri, untuk beberapa saat aku berdiri mematung. Rasanya tak percaya Mas Denis bisa melakukan hal, ini kaki terasa lemas namun emosi di dada tidak bisa dibendung.
Setelah mengumpulkan cukup keberanian, Aku baru kuat melangkah masuk ke kamar yang ternyata tidak dikunci. Dua manusia yang tidak memakai sehelai benang pun terlihat kaget dan langsung belingsatan, berusaha menutupi badan dengan selimut. Aku tidak mau melihat dan langsung membuka lemari pakaian, mengambil semua keperluanku tanpa menoleh ke belakang.
"Kamu sudah pulang Dinda, kenapa tidak bilang dulu?" kata Mas Denis.
Aku hanya diam saja malas untuk bicara.
"Mbak Dinda perlu sesuatu ya, jam segini udah pulang dari kantor?" kata Aisha.