Pagi hari semua orang sudah sibuk dengan urusannya masing-masing. Rencana untuk dirias dan memakai baju di hotel sudah diurungkan, sehingga semua orang harus kerepotan di rumah. Aku sudah malas untuk bicara, apalagi mengurusi hal ini, jadi aku lebih baik diam saja di kamar bersama Kiara.
Teriakan mama Amberly dan Sonia di luar memekakkan telinga. Ada saja yang mereka cari, padahal semuanya sudah ku siapkan di ruang tamu, kecuali alat rias mereka karena itu ranah pribadi yang hanya mereka tahu, pikirku. Fitri masuk ke dalam kamar Kiara, wajahnya terlihat gusar. Gadis itu kemudian duduk di sampingku.
"Ada apa Fitri? Kenapa kamu wajahnya kayak baju belum disetrika?" tanya aku sekaligus menggodanya.
"Enggak apa-apa Bu, saya teh kesel aja ngelihat orang diluar. Kayak gimana ya kan, di sini teh ada Bu Dinda, kenapa mereka sibuk sendiri kayak Bu Dinda teh hantu gitu. Nggak dianggap banget yah," kata Fitri nyercos dengan logat Sundanya.
