Sejak Sonia membawa teman-temannya ke rumah, hidupku semakin terasa tidak tenang. Apalagi mereka setiap malamnya hanya musikan di depan teras rumah dan itu sangat mengganggu. Aku tidak enak dengan tetangga, tapi mau bagaimana lagi karena Mas Denis sendiri masih diam saja.
Suara tawa semakin kencang terdengar di lantai bawah. Rasanya kupingku pengang, hidup di komplek rasa kost-an tiga ratus ribuan. Sudah tengah malam Mas Denis masih belum pulang juga, aku jadi teringat pada perkataan sahabatku. Tentang perubahan seorang pria yang sedang jatuh cinta pada wanita lain, yang tidak mengenal usia maupun rupa. Sebab, semuanya terasa indah di dunia yang hanya milik berdua.
Tidak mau dihantui rasa kesal karena memikirkan hidup dengan adik madu nantinya. Aku memutuskan membuka jendela lalu duduk di balkon depan. Ketika mulut ini akan berteriak menegur Sonia cs yang masih berisik, aku lihat ada Pak Anton juga di balkon sebelah.