Sepeninggal Mas Denis yang langsung pulang lagi ke rumah, membuatku semakin malas untuk memikirkan masalah kami. Kiara sengaja kuberikan pada Mama dan Nita yang mengurus semuanya. Sejak sore, aku terus mengurung diri di kamar karena tidak mau menjawab pertanyaan orang-orang.
Bahtera rumah tangga yang kuharapkan membawa berkah dunia akhirat, malah mencelakakan kehidupanku sekarang. Suami yang seharusnya menjadi ladang pahala, terus menjerumuskanku pada lubang dosa. Rasanya aku sangat lelah menjalani semua ini.
Entah berapa lama aku tertidur pulas. Ketika bangun jam menunjukkan pukul satu dini hari. Kulirik ada makanan di atas sofa dekat pintu. Aku segera bangun dan mencuci muka lalu duduk menatap makanan.
"Siapa yang menyiapkan ini? Apakah Mama?" gumamku.
Ceklek! Suara pintu sontak membuatku menoleh. Kulihat Nita melotot sambil memegang dadanya. Aku mengernyitkan dahi keheranan, ada apa dengan Nita yang nampak terkejut. Gadis itu kemudian masuk ke dalam kamar.