[Gue benci sama lo. Lo emang bukan adek gue lagi, lo udah jadi bininya si Denis!] Kak Yuni mengirimkan pesan yang di akhirnya penuh emotikon marah.
Ku hela napas dalam-dalam dan mengembuskannya dengan kasar. Entah apa yang dipikirkan oleh Kak Yuni saat ini. Padahal,, aku sudah memutuskan dengan sangat matang, bahwa aku akan memilih sendiri wanita mana yang menjadi adik maduku nanti.
"Bu, itu kayanya penginapan lumayan nyaman buat Kiara." Suara Nita mengejutkanku yang sedang melamun sambil berpikir keras.
"Kamu benar juga," jawabku.
"Kasihan Kiara Bu, lihatlah dia sangat lelah," kata Nita sambil menyibakkan selimut yang menutupi badan Kiara.
"Kiara, maafkan Mama ya Nak," ucapku di dalam hati menatap bayi mungil yang tertidur pulas.
Sesuai saran Nita, kami masuk ke sebuah penginapan yang cukup ramai. Kalau dari bangunan luar, tempat itu nampak nyaman. Tapi entah bagaimana isian di dalam kamar, setelah memesan kami langsung masuk ke dalam kamar.