"Yang Mulia Dewi, saya seperti melihat putri anda yang hilang," ujar Melody. Dewi sedang duduk tenang di singgasananya.
"Apa kabarnya dia sekarang? Apakah dia bahagia?" tanya Dewi. Nada suaranya terdengar lembut dan tenang.
"Dia terlihat tidak tenang, sepertinya sedang bermasalah," jawab Melody.
"Kalau aku bisa, aku akan bantu dia. Kebetulan sekali, sudah lama aku tidak mengunjungi dunia manusia. Nanti akan kulihat, apa portal masih ada?"
"Portal di mana, Dewi?" tanya Melody. Ia penghuni baru di laut, masih belum tahu banyak tentang Dewi di masa lampau.
"Lukisan. Panjang ceritanya, entah sekarang masih ada atau tidak. Nanti aku cari tahu," kata Dewi. Nada suara yang mendayu - dayu, ciri khas sang dewi. Dia tidak bersayap, menjadi penguasa kerajaan air lapis paling atas, air mengalir jauh sampai ke laut.
Laut, bagian paling misteri dari semesta ini. Kita tidak pernah tahu isi dalam lautan. Selama ini yang diteliti baru saja sedikit. Ada dunia fantasi yang tidak pernah diteliti pihak manapun. Mereka juga kesulitan alat ukur untuk membuktikan batas antara dunia nyata dan fantasi.
Manusia bisa melihat laut tapi tidak untuk menyelami hingga ke bagian terdalam. Semua yang terlihat adalah yang tampak nyata, belum dunia lain yang tak terjamah. Termasuk dunia yang Dita jalani saat ini.
"Bagaimana bisa Dewi ke sana?" tanya Melody.
"Nanti aku ceritakan, sekarang aku ingin berkeliling," ujar Dewi.
Di bawah pimpinan Dewi, ada banyak macam kerajaan di laut. Mereka hidup damai dan tenteram. Nyaris tidak ada peperangan kecuali jika sihir sudah bicara.
Melody adalah penghuni baru di kawasan laut. Dia bayi kecil berbentuk setengah ikan, setengah manusia yang Dewi Searosa temukan di tengah palung laut terdalam. Dewi menemukannya lalu dibawanya siren itu ke tempat yang aman sampai besar seperti sekarang ini.
~~~
Dita diam menatap gulungan ombak, ia menikmati sentuhan angin di wajahnya. Tak ingin diganggu siapapun termasuk Frans. Pikiran Dita tertuju ke chapter baru yang ia sedang jalani yaitu hadirnya Felly. Semakin ia jalani, semakin membingungkan. Dia seakan lupa pada Tian, tujuan aslinya sementara itu di tempat lain Tian sedang bercengkerama dengan Luna.
"Tian, ayo kita jalan-jalan lagi," ajak Luna. Saat itu dia sedang mampir ke rumah Tian. Luna ingin membuat konten lagi bersama Tian, banyak yang kepo dengan cowok itu. Biasalah, kalo liat orang ganteng langsung banyak yang nonton.
Mereka berdua sedang duduk di teras. Hari itu langit sedang mendung, Luna berjalan kaki keliling untuk sekedar jalan bersama kameranya. Tentu ia tidak terus menerus jalan kaki, ada kalanya dia naik taksi atau ojek online tergantung kebutuhan.
"Kamu terkenal tahu," info Luna. Tian mengulas senyum tipis di bibirnya. Ia nampak tak tertarik.
"Ya namanya juga orang ganteng. Cepet jadi pesugihan jumlah views," kata Luna lagi.
"Bukan itu juga, penampakan siren itu mungkin," tambah Tian.
"Itu bukan settingan, fix. Gue nggak tahu kenapa bisa muncul," kata Luna panik.
"Gue rasa dia adalah makhluk laut dari dimensi yang berbeda dengan kita," terka Tian.
"Gaib?"
"Bukan, kehidupan tidak serta merta nyata dan gaib. Dunia akan terus menjadi misteri bagi manusia yang memiliki batas pengetahuan," ujar Tian.
"Tian, mau nggak kalau kita teliti bareng-bareng soal semua yang ada di dunia baik yang nyata maupun lainnya. Ibaratnya kita jadi petualang, siapa tahu di tempat berbeda kita bertemu makhluk unik lain," ajak Luna dengan semangat.
"Jadi kita keliling gitu, ya?" tanya Tian.
"Iya, pakai mobil aku. Nanti kita cari tempat-tempat yang sekiranya bisa jadi lokasi syuting video semacam vlog kayak kemarin gitu."
"Aku ingin tempat yang kita datangi nanti sebagian besar adalah air," pinta Tian
"Siap bos. Air, laut, memang penuh misteri. Sepertinya lemah dan rapuh tapi air bisa meruntuhkan batu sekalipun."
"Akhir-akhir ini hidupku sangat dekat dengan air. Rasanya energiku pulih kembali saat terkena air," ujar Tian.
"Apa mungkin kamu sudah jadi makhluk air?" tebak Luna.
"Pernah suatu ketika bermimpi aku ada di dalam air bersama seorang wanita, cantik sekali. Aku lupa siapa dirinya, aku seolah ada dalam kerajaan. Indah sekali, bebatuan warnanya biru gelap, mahkota berkilauan tapi hatiku seperti kosong. Ada yang hilang dari hidupku," curhat Tian. Luna menjadi pendengar yang baik. Dia memperhatikan omongan Tian tanpa memotong dengan seksama.
"Gimana kalau kita selidiki perasaan kamu itu sambil napak tilas tentunya, siapa tahu kamu ingat sesuatu?"
"Satu kepingan saja aku tidak ingat bahkan aku belum paham siapa diriku."
"Belum paham?" tanya Luna.
"Aku lupa jati diriku. Hanya tahu kalau aku adalah Tian, udah. Tian itu siapa, aku nggak tahu."
"Nah, sambil kita cari tahu, yuk. Mumpung ada aku, kita punya banyak waktu."
"Aku samar ingat sebuah danau, danau itu bisa jadi tujuan utama kita."
"Danau di mana? Bukan Danau Toba, kan?" Luna menyebutkan nama danau yang sangat jauh.
"Bukan. Nanti bisa jadi tujuan pertama."
"Nanti kita bagi hasil ya, buat kerja keras bikin video kita berdua," ajak Luna.
"Tidak dibayarpun aku bersedia," ucap Tian yakin. Ia murni hanya ingin mendapat jawaban dari semua pertanyaan. Misteri dari siapa dirinya yang sebenarnya. Andai waktu bisa terulang kembali, ia ingin terlahir kembali.
Di waktu yang bersamaan Dita dan yang lain masih ada di pinggir pantai. Dita duduk di dekat ombak yang menggulung ditemani Frans.
"Frans, aku tidak mengerti semua terasa sangat jauh. Tian yang dulunya begitu dekat, sekarang terasa tak tergapai. Hari ini saat aku membantu gadis lain aku berharap nantinya semua akan mendapat apa yang diharapkan."
"Semoga saja karena yang aku dengar dari Darren, saat ini Elnorez semakin bahagia berada di dalam kerajaan itu."
"Pupus sudah, Tianpun tidak mengingatku. Aku tidak mengerti lagi, harua bagaimana sekarang," keluhnya. Matanya mulai berair seolah tak sanggup lagi menjalani semuanya.
Ketika sebuah keinginan dipanjatkan, seorang yang pernah tinggal di lingkungan air, permohonan itu dipanjatkan ke atas. Namun terdengar oleh tukang sihir. Saat ini dia sedang ada di laut. Ombak menggulung sangat tinggi. Frans sampai terkejut melihatnya. Dita terkesiap lantaran saat ombak mulai turun, hadirlah sosok wanita bergaun hitam dengan badan yang bongsor. Senyumnya menyeringai, sangat mengerikan.
"Bertha!" panggil Frans kaget. Berthalah yang harusnya mereka cari saat ini. Namun tertunda karena ada kasus lain yang harus dibahas.
"Odetta, senang bertemu denganmu."
Dita terperanjat saat Bertha memanggilnya Odetta. Tanpa diduga, di pantai tempat mereka singgah hadirlah sosok yang mereka inginkan.
"Odetta?" Tanya Dita. "Siapa dia?" lanjut Dita. Hanya dia dan Frans yang bisa melihat sosok manusia dengan gaun hitam berenda.
"Saya ingin lapor soal Oseanna," ujar Frans. Mendengar nama itu, Bertha langsung terkejut.
"Dia jahat!" serunya marah.
Bersambung....