Chereads / Queendom in The Water / Chapter 29 - PQ - 29

Chapter 29 - PQ - 29

SIDE STORY ABOUT VALDO & FELLY

Dialah Felly, gadis selama 32 tahun. Masa remajanya seolah terhenti saat Valdo menghilang. Malam itu saat Felly sudah janjian dengan Valdo di taman perumahan namun cowok itu tidak pernah datang. Yang ada hanya kabar jika Valdo tidak pernah kembali lagi.

Felly menunggu sampai malam menjelang, ia kedinginan karena gerimis juga ikut turun membuat dirinya semakin menggigil.

Jam menunjukkan pukul delapan malam. Felly segera pulang. Keesokan harinya ia mencari Valdo di sekolah tapi nihil, Valdo tidak ada di kelasnya. Ia bingung, ke mana harus mencari. Rumah Valdo jauh, kamar kostnya di rumah Felly terkunci rapat.

Sampai hari berikutnya di mana orang-orang tersadar kalau Valdo hilang. Karakter Valdo sebagai orang yang tertutup pada semua orang kecuali Felly membuatnya kurang dikenali teman-temannya.

Pagi itu hari rabu, saat kedua orang tua Valdo datang ke rumah kos milik Felly.

"Anak saya mana?!" tanya David, ayah Valdo dengan emosi pada Roslinda, ibunya Felly.

"Anak bapak tidak pulang sejak tiga hari yang lalu," jelas Roslinda.

"Mana tanggung jawabnya sebagai pemilik kost?" tanya Rasmi, bunda Valdo.

"Dia membayar setiap bulan, dia tinggal di kamar ini. Untuk pengawasannya bukan tanggung jawab saya," tegas Roslinda hingga kedua orang tua Valdo diam. Mereka masih tidak habis pikir jika anak semata wayangnya bisa menghilang begitu saja.

Felly mendengar ribut-ribut dari kamar, ia keluar karena penasaran.

"Ma, ada apa?" tanya Felly pada ibunya. Dia belum mengenal orang tua Valdo. Setahun sudah mereka dekat, namun namanya juga cinta monyet anak masih sekolah belum berpikir untuk melangkah hingga perkenalan orang tua.

Valdo datang sendiri saat akan menjadi anak kost. Berbekal baju dan uang untuk pembayaran pertama kali.

"Orang tua Valdo, anaknya menghilang, ibu yang disalahkan!" dengus Roslinda. Sikapnya membuat kesal kedua orang tua Valdo.

"Bu, Pak, saya juga kehilangan dia," ujar Felly dengan nada duka mendalam.

"Kamu jangan sok tahu, masih kecil," sahut Rasmi.

"Eh, anda malah ngatain anak saya!" tukas Roslinda tak kalah ketus.

"Ya sudah, kalau sampai terjadi sesuatu dengan anak saya, kalian akan saya penjarakan!" ancam David sambil menunjuk ke arah muka Roslinda. Felly meremas lengan ibunya ketakutan. Ia yang tidak mengerti apa-apa malah ikut terseret. Felly nyaris saja jadi pacar Valdo seandainya kehilangan itu tidak terjadi.

~~

15 April 2004

Ini adalah kisah saat Felly dan Valdo masih awal sekolah menengah atas. Felly baru saja akan keluar dari rumah. Tiba-tiba saja langkah Felly terhenti melihat laki-laki seumuran dengannya berdiri di depan rumah. Dia tampak bingung, kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri seperti sedang mencari sesuatu. Valdo sedang bingung memilih kost. Pilihannya jatuh pada rumah berpagar hitam tinggi, lantai dua, cat warna putih dan biru.

"Hei," sapa Felly dengan ramah.

"Di sini terima kost?" ujar Valdo tanpa membalas sapaan Felly.

"Iya di sini terima kost," Felly menunjuk pagar rumah yang sudah jelas bertuliskan TERIMA KOST SISWA.

Lokasi rumah Felly berdekatan dengan dua sekolah SMA. Tak heran jika kamar-kamar di rumahnya disewakan untuk kost siswa.

"Boleh saya kost di sini?" tanya cowok itu. Sekilas ia tampak aneh, ia hanya berpakaian kaos, celana jeans, tanpa membawa barang untuk pindah.

"Kamu masuk, deh. Tanya sama ibu, ya? Aku mau sekolah," ujar Felly dengan menunjukkan gestur terburu-buru.

"Kamu sekolah di SMA Neo Technology, kan?" tebaknya. Tidak perlu banyak menjelaskan, seragam Felly berwarna hijau muda sudah cukup memberi tahu jika ia bukan dari sekolah negeri.

"Iya, SMA Neo ngga boleh telat. Bye," pamitnya.

"Hehe, semua sekolah juga nggak boleh telat," sahut Valdo.

Awal bertemu, Felly tidak tahu nama Valdo sampai akhirnya mereka berkenalan di teras rumah sore hari kala hujan menyapa. Mereka sedang di teras, duduk menunggu bakso lewat. Hujan, cuaca dingin butuh konsumsi sesuatu yang hangat.

"Hai, kamu kost di sini?" tanya Valdo.

"Enak aja, aku anaknya ibu kost!" serunya.

"Ih, ngegas. Ya kan, cuma tanya," goda Valdo.

"Lagian kan jelas, terima kost siswa, bukan siswi," sanggah Felly.

"Namamu siapa?" tanya Valdo mengalihkan topik.

"Felly."

"Kamu yang pertama nyapa aku itu kan, waktu pertama aku mau kost di sini?" tanyanya lagi.

"Oh iya, ya. Bukannya kamu berdiri depan rumah kayak orang bingung gitu," ledek Felly.

"Namanya juga anak baru, disuruh pilih kost sendiri, bayar sendiri, emang dididik independen."

"Apaan tuh?" tanya Felly.

"Independen?"

"Hu'um."

"Mandiri, astaga. Masa sih nggak tahu?"

"Hehe, ngga tahu," jawabnya polos.

"Oh iya, aku Valdo," ujarnya memperkenalkan diri.

"Sekolah di mana?"

"Neo Technology, kelas sebelas sosial."

"Loh, kok sama? Kita nggak pernah ketemu," tukas Felly.

"Aku di dalam kelas terus, males aja keluar kecuali ke kantin mau makan sama minum."

"Iya mungkin akunya juga sering di kelas ya."

"Kalau gitu pantes aja kita nggak pernah ketemu," sahut Valdo.

"Ketemu di kost aja. Satu rumah, beda kamar," Felly terkekeh.

Sejak itu mereka jadi dekat. Selalu saja menyempatkan diri untuk bertemu di sekolah. Entah di kantin atau perpustakaan.

Kalau mau ketemu di rumah pasti takut dimarahin ibu.

Padahal Valdo tidak menceritakan asal usulnya dengan jelas. Ia hanya bilang dari Banten. Sudah. Tidak ada informasi lebih lanjut tentang dirinya. Entah anak siapa atau pindahan sekolah mana. Valdo yang saat pindah hanya membawa dompet tiba-tiba mendapat paket berisi baju dan perlengkapan sehari-hari.

Satu yang Felly yakin, Valdo orang baik. Felly juga bukan cewek yang terbuka, ia hanya butuh satu atau dua orang saja untuk menemani dan Valdo salah satunya.

Lambat laun, mulai ada perasaan di antara keduanya. Perasaan wajar dialami remaja seusia mereka.

Felly dan Valdo tidak peduli latar belakang masing-masing, yang mereka tahu hanya saling menyukai. Begitulah kisah kasih di sekolah yang sederhana tapi manis.

Sampai di satu hari di mana Felly melihat dari kejauhan, Valdo dikepung oleh beberapa orang tinggi besar. Tepat satu jam setelah pulang sekolah.

Valdo tampak ketakutan, ia menggeleng sambil menyerukan kata-kata penolakan seperti 'nggak', 'bukan', dan 'jangan'. Felly tidak berani mendekat. Dia merasa lemah jika dibandingkan dengan pria-pria itu.

Tak lama kemudian saat Valdo hanya tinggal sendiri, Felly berani mendekatinya.

"Val, kamu kenapa?" tanya Felly. Tidak ada gores sedikitpun di badan Valdo, hanya saja ia nampak pucat dan ketakutan.

"Mereka berbahaya," sahut Valdo.

"Iya aku paham tapi mereka siapa?" desak Felly.

"Aku nggak bisa kasih tahu," jawab Valdo pendek. Entah, Felly masih belum mengerti siapa sebenarnya mereka hingga .....

Bersambung

Yuk, lanjut baca!!

Mumpung masih gratis ~

Kalo udah dikunci, ya buka pake koin

Klunting!! Ada bunyinya...