Chereads / Seal The Witch's Magic / Chapter 9 - Ch. 9 - Latihan Pengendalian Sihir

Chapter 9 - Ch. 9 - Latihan Pengendalian Sihir

Malam hari telah tiba.

Riro datang ke wastu Keluarga Mawar Merah tepat waktu. Dia mengenakan celana panjang hitam dan kaos putih dengan tulisan 'I am Cool' warna merah di depannya. Lelaki itu juga membawa tas selempang warna abu-abu.

Setelah tiba di depan gerbang, Riro membunyikan bel. Beberapa detik kemudian Raka datang dan menyambut Riro. Mereka berdua pun masuk ke dalam wastu lalu menaiki tangga ke lantai empat.

"Nona Nalia, Tuan Riro sudah datang." Raka mengetuk pintu kamar Nalia beberapa kali.

Nalia pun keluar dari kamarnya. Dia memakai sweater hoodie abu-abu dan celana panjang warna hitam. Rambut merahnya diikat kucir kuda, sama seperti kemarin.

"Ikut aku."

Dengan ekspresi dingin, Nalia meminta Riro mengikutinya menuruni tangga. Riro merasa jengkel dengan sikapnya itu tapi dia tetap berusaha sabar. Jika bukan perempuan, gadis itu pasti sudah dijitak seratus kali olehnya.

"Nalia, bisa nggak sih kamu tidak bersikap dingin seperti itu? Bilang apa kabar kek, halo kek, apa kek. Sambil senyum. Masa' baru ketemu langsung bilang, ikut aku." Riro menirukan Nalia di akhir ucapannya. Mulai dari gaya bicara, hingga ekspresinya.

"Kau barusan meniruku?" Nalia menoleh ke arah Riro.

"Iya. Kenapa? Nggak suka?"

"Huh. Impersonatenya nggak mirip sama sekali." Nalia kembali melihat ke depan.

"Padahal tadi sudah sangat mirip dengan yang asli."

"Tidak mirip." Nalia membantah.

"Mirip."

"Tidak mirip."

"Mirip."

"Tidak mirip."

"Mirip."

"Tidak mirip."

"Mirip."

Nalia akhirnya menunjukkan emosinya yang lain. Dia sangat kesal sampai menggertakkan giginya. Urat di pelipisnya bahkan sampai terlihat. Berbeda dengan Nalia, Riro justru tertawa lantang dalam hatinya. Membuat Nalia kesal sangat seru bagi lelaki itu.

'Laki-laki ini minta dibunuh ya? Saat latihan nanti mungkin aku harus membakarnya sampai jadi abu,' batin Nalia sambil melotot.

'Hahahahahaha! Mukanya kelihatan kesel banget tuh! Sial, ini seru sekali!' Riro tersenyum dengan sudut bibir yang bergetar. Dia berusaha menahan tawanya.

....

Riro dan Nalia akhirnya tiba di lantai 0. Lantai ini berada di bawah tanah, tingginya mencapai sepuluh meter. Ruangan abu-abu ini sangat luas, beberapa pilar juga ada di tempat ini.

Lantai nol adalah tempat latihan pribadi milik anggota Keluarga Mawar Merah. Ruangan ini tidak mudah hancur berkat puluhan talisman sihir yang ditempelkan. Hanya beberapa orang saja selain anggota keluarga yang diizinkan masuk ke tempat ini.

Selain Riro dan Nalia, ada empat orang lagi di lantai 0. Mereka adalah Agus, Raka, Navia, dan seorang pria yang belum Riro kenal.

Mereka semua datang ke sini untuk menyaksikan latihan Nalia, sekaligus meningkatkan keamanan. Sebenarnya Riro tidak butuh bantuan mereka karena dia yakin cara yang ia gunakan sangat aman saat latihan pengendalian nanti.

Riro dan Nalia berdiri di tengah ruangan dengan jarak sepuluh meter di antara mereka. Nalia bingung dan penasaran apa yang ingin Riro lakukan, tapi dia tidak bertanya.

"Ah iya, aku hampir lupa." Riro berlari ke tempat Nalia dan memberikan sebuah cincin kepadanya. "Pakai ini. Dengan cincin ini, 80% kekuatan sihirmu akan tersegel. Kualitasnya tidak perlu kau ragukan karena cincin ini buatanku." Setelah mengatakan itu Riro pun kembali ke tempatnya.

'Apa benar cincin ini sebagus itu?' batin Nalia setelah memakai cincin. Dia cukup ragu karena cincin segel yang pernah ia pakai selalu rusak karena kekuatan sihirnya yang terlalu besar.

Riro mengeluarkan sebuah buku dan tongkat sihir pendek—wand. Dia membuka halaman pertama buku tersebut lalu mengucapkan mantra.

"Seal Magic: Nomeleia Circle!"

Lingkaran sihir besar tiba-tiba muncul. Lingkaran biru transparan itu berada di depan Riro dan mengambang di udara secara vertikal. Terdapat berbagai macam simbol dan huruf aneh di dalamnya.

"Sekarang, ayo keluarkan sihirmu Nalia! Jangan takut hilang kendali!"

Nalia menelan ludah. Dia merasa takut dan ragu. Kedua lengannya diluruskan ke depan dengan gemetar. "Apa ini ... baik-baik saja ...?" gumamnya.

Riro melihat Nalia yang khawatir. Untuk menenangkan gadis itu, Riro pun tersenyum hangat kepadanya. "Tenang saja Nalia. Aku akan menjagamu agar tidak hilang kendali."

Melihat Riro yang percaya diri membuat hati Nalia lebih tenang. Meskipun masih takut dan ragu, Nalia memaksa dirinya mengeluarkan sihir.

"Fire Magic: Great Flame!"

Setelah mantra diucapkan, api yang dahsyat keluar dari telapak tangan Nalia. Api itu terlihat ganas dan membara.

"Jadi inikah sihir yang dimiliki Nalia?" Riro bergumam. Dia meluruskan lengan kanannya yang memegang wand.

Api besar itupun menyentuh lingkaran sihir di depan Riro. Namun, sihir itu tiba-tiba terserap ke dalam lingkaran.

Setelah lingkaran itu menyerap api Nalia sepenuhnya, wujudnya berubah menjadi asap hitam lalu masuk ke dalam buku Riro.

"Fiuh ... berhasil. Penyegelan sihirnya sukses." Riro melihat halaman pertama pada bukunya. Simbol sihir yang sebelumnya tidak ada terlihat di sana.

Navia dan yang lain sangat terkejut melihat sihir segel milik Riro, sekaligus lega karena dia tidak terluka.

Saat semuanya merasa aman, tiba-tiba saja Nalia diselimuti oleh api yang sangat besar. Api itu tidak melukai Nalia, bahkan tidak membakar pakaiannya, tapi gadis itu terlihat ketakutan dan menjerit.

"Apakah dia akan hilang kendali lagi!?" seru Navia. Dia dan keluarganya langsung bersiaga.

Riro berjalan ke arah Nalia. Gadis itu semakin takut saat Riro mendekat.

"Jangan! Jangan mendekat!" Nalia berteriak dan mundur beberapa langkah.

Setelah melihat putrinya selama beberapa waktu, Agus pun menurunkan kewaspadaannya. 'Tidak, api ini tidak seganas dulu. Nalia juga tidak menembakkan apinya ke sembarang arah. Itu hanya api yang melindungi Nalia dan membakar apapun yang menyentuhnya.'

"Tidak! Jangan!" Nalia jatuh setelah mundur beberapa langkah. Dia meluruskan dan menggerak-gerakkan kedua lengannya, mengisyaratkan Riro agar tidak mendekat. Namun lelaki itu tidak peduli dan terus berjalan ke arahnya.

Jarak di antara keduanya pun tersisa satu meter saja. Nalia menutupi kedua mata dengan lengannya, tidak ingin melihat Riro terbakar.

"Seal Magic: Seal Chain."

Riro meluruskan lengan kanannya. Rantai biru transparan seketika keluar dari telapak tangan, lalu bagian ujungnya masuk ke dalam dada Nalia.

Api yang menyelimuti Nalia menghilang secara perlahan. Riro pun setengah berlutut di depan Nalia yang masih duduk sambil menutup mata.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Riro sambil memegang kedua pundak Nalia.

Gadis itupun mendongakkan kepalanya dan melihat wajah Riro. Lelaki itu baik-baik saja, tidak terluka sama sekali. Nalia terkejut dan bersyukur sampai matanya yang basah itu melebar.

"Kau ... tidak terluka?"

"Seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja." Riro tersenyum hangat.

Setelah mengatakan itu, tiba-tiba saja Riro dipeluk oleh gadis di depannya. Dia kaget dan bingung, tidak menyangka gadis ini akan berbuat demikian.

Nalia menangis, namun isakkannya terdengar samar. Dia sangat bersyukur karena latihan pengendalian ini tidak melukai siapapun.

"Syukurlah ... syukurlah ... syukurlah ...." Nalia mengatakan itu berkali-kali sambil memeluk Riro dengan erat.

Meskipun tindakannya ini memalukan, dia tidak peduli. Baginya, yang terpenting sekarang adalah melampiaskan rasa bersyukurnya.

Setelah melihat Nalia yang seperti ini, Riro pun membalas pelukan gadis tersebut dan membelai kepalanya.