"Bohong untuk apa?"
Kirana sontak menoleh dan terkejut ketika mendapati Kakrataka sudah berdiri di sampingnya.
"Mengapa Pak Bos ada di sini?" tanya Kirana terheran-heran.
"Ah, tadi Angkasa menangis kencang. Dia tidak mau tenang saat saya dan juga Mama bergantian menggendong. Mungkin jika bersamamu, dia akan tenang," tuturnya.
Kirana dengan cepat berlari dan menggandeng Rintik untuk segera masuk mobil. Ia tidak tenang jika mengetahui Angkasa menangis, sedangkan dirinya tiada di samping bayi itu.
"Sabar, Ki. Ini juga sudah lari," gerutu Rintik yang terus saja ditarik oleh Kirana.
"Ayo! Cepat. Anakku menangis!" serunya berapi-api.
"Sabar, Ki."
Setelah berhasil masuk mobil, napas keduanya tersengal. Kirana duduk seraya memang seatbeltnya, sedangkan Rintik masih bersandar di jok pengemudi. Menetralkan debar dadanya dan mencoba menenangkan diri.
"Astagfirullah," ucap Rintik menyebut.
"Ayo!"
"Iya, Ki, iya," ucap Rintik frustrasi dan segera menjalankan mobilnya kembali.