Masih dengan raut wajah yang tenang, Kirana berusaha membuka surat yang tergeletak tersebut. Ia kemudian duduk setelah berhasil meraihnya.
Entah, seorang lelaki yang tengah duduk di sampingnya justru ketar-ketir tanpa sebab. Berulang kali mengusap keringat yang mengucur di pelipis dan membasah di bawah hidung.
"May, abaikan saja!" titah Kakrataka saat Kirana mulai menyobek bagian atas amplop yang direkatkan dengan lem.
"Biar saya buka, salah lelah dijadikan bahan permainan olehnya," jawab Kirana dengan tegas.
"Siapa tahu dia hanya ingin menjebakmu."
Setelah mendengar kalimat tersebut, Kirana mencoba berpikir kedua kali. Ia merasa was-was saat mengingat siapa Delina yang sesungguhnya. Kirana menoleh dan menatap Kakrataka lebih dalam lagi.
"Sobek saja atau biarkan tergeletak di tempat semula," bisik Kakrataka.